Jay melihat di ujung lorong sana segerombolan siswa sekolah yang tidak jauh dari daerah itu tengah menghajar seseorang. Dia tidak mengetahui siapa yang dihajar, tetapi Jay tahu kalau dia harus menolong orang tersebut.
Ck, hari ini hujan deras sekali padahal. Masih ada saja yang bersemangat dalam menggunakan tenaga mereka untuk hal yang tidak berguna.
"Hei, hei! Berhenti!" Jay berlari mendekat sambil menekan tombol polisi yang ia ketahui. "Mau aku panggil polisi sekarang juga?!"
Segerombolan siswa itu berhenti. Mereka menatap Jay dengan menantang, tetapi mata mereka langsung membelalak ketika mendapati Jay sudah mengangkat ponselnya dan sudah terhubung dengan polisi.
"Halo, ini dari Kepolisian Seoul--"
"Pada Blok 8 di Distrik Mapo terjadi ada keribut--"
Jay belum sempat menyelesaikan ucapannya ketika gerombolan itu melesat ke arahnya. Mereka tidak menghajar Jay--Jay juga yakin mereka tidak akan berani, tetapi mereka mendorong bahunya dengan keras dan menyebabkan baik payung maupun ponselnya terlepas dari kedua tangannya. Ponselnya jatuh ke dalam kubangan dan diinjak oleh beberapa kaki milik gerombolan tersebut.
Jay tidak masalah sama sekali. Dia juga tidak masalah ketika anak-anak nakal itu menatapnya dengan tajam. Mereka tidak akan melakukan apa pun kepadanya. Salah satu di antara mereka meludah kasar ke Jay, tetapi Jay hanya menatapnya sampai mereka semua tidak ada di lorong tersebut.
Ia mengambil ponselnya yang sudah terjatuh dan mati total karena terendam kubangan. Ia menghela napas lalu berlari ke arah seseorang yang masih berada di ujung lorong.
"Apa kau bisa dengar suaraku?"
Jay berjongkok sambil berusaha menahan payungnya agar mampu memayungi dirinya dan orang tersebut. Korbannya laki-laki. Seragamnya sama dengan seragam anak-anak nakal tadi. Wajahnya jelas babak belur dengan sudut bibir berdarah. Tampaknya sekumpulan anak berandal itu juga menendangi sekujur tubuhnya.
"B-Bisa." Di tengah ringisannya, sosok tak dikenal itu menjawab. Jay melihat tanda pengenal di jas almamaternya. Lee Heeseung.
Jay mengulurkan tangannya. "Maafkan aku karena tidak datang lebih cepat. Mari kubantu." Dia mengulurkan tangannya. Anak itu, Lee Heeseung, menatapnya dengan tatapan tak terbaca dengan mata besarnya. Akan tetapi, tidak lama kemudian dia menerima uluran tangan Jay.
Sekarang Jay berjalan sambil memapah Heeseung dengan tangan lainnya berusaha mengamankan payungnya. Badan anak itu ringan, Jay tidak yakin bagaimana rasa sakit yang dirasakan sosok di sisinya sekarang. Sedari tadi hujan juga belum berhenti--merasakan sakit dan juga dingin jelas bukan hal yang bagus.
"Kau basah sekali." Jay bukan orang yang pandai berkata-kata dan mengawali pembicaraan. Dia tidak mungkin bertanya apakah Heeseung sakit atau tidak ketika sedari tadi dia hanya mendengarkan rintihan sakit dari pemuda itu di tiap langkahnya. "Kita berhenti dulu di swalayan terdekat untuk membersihkan dirimu, bagaimana?"
Heeseung menggeleng. Dia menolehkan kepalanya ke Jay.
"T-Tidak apa. Nanti a-akan kering dengan cepat." Heeseung tersenyum tipis sebelum meringis. Bibirnya masih terluka dan dia mencoba tersenyum. Jay ingin berdecak. "Terima k-kasih telah membantuku."
Heeseung tampak sangat rapuh.
"Ya, sama-sama." Jay mencoba membalas senyuman Heeseung semampunya.
Jay bisa melihat Heeseung mencoba mengangkat satu tangannya yang tidak tersampir di bahu Jay. Tangan itu bergetar--entah karena sakit atau dingin. Mungkin keduanya.
Langkah mereka masih sangat lambat, sedikit terseok-seok, dan terasa menyakitkan bagi Heeseung ketika Jay melihat Heeseung menjentikan jarinya tepat di kedua pasang mata mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Across The Universe • Jayseung
Fanfiction[COMPLETED] Tujuh cerita Heeseung dan Jay dalam tujuh realita yang berbeda. . . - Jay x Heeseung - Alternative universes. - baku/nonbaku