Hari ini seharusnya menjadi hari normal yang baik-baik saja bagi Heeseung. Tidak ada pelajaran matematika. Tidak ada pelajaran desain berbasis komputer. Hidupnya seharusnya aman dan tentram.
Yah, seharusnya begitu sebelum ia mendapati cairan warna biru mengenai rambutnya dan mengalir tepat di wajah dan badannya.
Sial.
"PARK JONGSEONG!"
Heeseung tidak punya nama lain untuk diteriakan. Lagipula memang tidak ada nama lain. Itu dapat dikonfirmasi dari suara tawa keras yang Heeseung dengar bahkan dari posisinya sekarang yang berada di lantai satu.
"Ups, maaf!" Seruan itu sangat tidak membantu. "Aku kira di bawah sana tidak ada siapa-siapa! Aku berniat buang air catku di pot, tetapi, oh, apakah kau sudah berubah peran jadi pot?!"
Heeseung menarik napas dalam-dalam dengan kedua tangan terkepal. Dia membiarkan rambutnya berubah menjadi lepak dengan air berwarna biru itu. Dia juga mengabaikan banyak mata yang sudah menatapnya dengan banyak makna.
"KUBUNUH KAU BESOK, PARK JAY JONGSEONG!"
.
Di sekolah menengah atas vokasional teknik khusus pria ini, semua tahu bahwa Lee Heeseung dan Park Jay Jongseong adalah musuh bebuyutan sehidup semati.
Tidak ada yang ingat betul sejak kapan hidup mereka seolah berperang terus-menerus. Heeseung hanya ingat saat Jay dengan sengaja mendorongnya keras di minggu kedua tahun pertama mereka. Wajah Jay sangat tidak enak saat itu, pemuda tersebut bahkan tidak mengucapkan maaf ketika ia berhasil menumpahkan seluruh susu stroberi Heeseung ke lantai.
Heeseung tidak tahu apa yang membuat Jay sangat bermasalah dengannya. Ha, dia juga tidak mau tahu. Dia ingin mengenyahkan Jay dari pandangannya semampu yang ia bisa. Mereka tidak akan bisa berbaikan satu sama lain.
Jay yang awalnya melakukan hal-hal tidak menyenangkan. Mengacak-acak loker Heeseung, menyembunyikan blue print yang Heeseung pinjam dari kakak kelas, sampai membuang jangkanya ke belakang sekolah. Semua berpikir Heeseung adalah target perundungan dari Jay, tetapi itu semua berubah ketika Heeseung membalas semua tindakan Jay.
Heeseung mencorat-coret gamtek Jay. Dia menyelipkan buku fisika Jay di loker milik kakak kelas. Dia menghilangkan penggaris besi milik Jay. Prinsipnya, jika Jay melakukan sesuatu kepadanya, dia akan membalas dengan hal yang sama atau lebih parah lagi.
Ini tahun ketiga mereka yang juga menjadi tahun terakhir mereka sekolah. Pertikaian itu masih berlangsung seminggu sekali dan Heeseung rasa kali ini adalah yang terparah.
"Ck, merepotkan," gumam Heeseung. Dia terpaksa harus membersihkan dirinya di kamar mandi, tidak mungkin, kan, ia kembali ke kelas dalam keadaan basah kuyup terkena air kobokan tinta cat?
Untunglah jam istirahat baru berlangsung lima belas menit. Heeseung masih punya banyak waktu untuk membersihan dirinya.
"Perlu bantuan, Kak?"
Seseorang bersuara di belakangnya. Heeseung langsung menoleh dan menemukan seorang pemuda tengah menatapnya dengan senyum lebar.
"Ah, halo Niki," sapa Heeseung sambil tersenyum. Dia sekarang sedang mengeringkan kepalanya dengan lembaran tisu. Sebelumnya dia sudah membilas rambut seadanya di wastafel. "Sedang apa kau di sini?"
"Aku lihat apa yang Kak Jay lakukan kepada Kakak. Aku pikir Kakak butuh bantuan."
Pemuda yang akrab dipanggil Niki itu adalah adik kelas Heeseung. Mereka satu ekskul yaitu ekskul tari. Niki adalah anak yang berbakat dalam bidang tari dan dia juga cukup akrab dengan Heeseung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Across The Universe • Jayseung
Fanfiction[COMPLETED] Tujuh cerita Heeseung dan Jay dalam tujuh realita yang berbeda. . . - Jay x Heeseung - Alternative universes. - baku/nonbaku