Purwokerto - Yogyakarta

4 1 2
                                    

29 Desember 2018

Semuanya terlalu mendadak. Setelah satu tahun lamanya tidak mendapatkan izin, akhirnya malam itu aku mendapatkan izin.
Tidak banyak persiapan yang ku lakukan. Kami -aku dan saudaraku- hanya membawa satu tas ransel yang berisi beberapa pakaian dan beberapa makanan ringan.

Kami bukan lah morning person's, bangun pagi itu biasa namun melakukan kegiatan di pagi hari bukanlah gaya kami. Terkadang untuk mencegah keterlambatan kami memilih untuk tidak tidur atau tidur dengan alaram beruntun.

Pagi itu pukul 07.00 WIB, kami siap memulai perjalanan kami. Ini bukan pertama kalinya kami ke Yogjakarta, tetapi menjadi yang pengalaman pertama menggunakan motor ke sana. Sebelum memulai perjalanan kami mengisi bahan bakar terlebih dahulu. Saat sedang mengisi bahan bakar ada sebuah pesan yang hampir membuat perjalanan kami batal. Perjalanan yang sudah kami impikan, kami siapkan sedemikian rupa. Aku hanya pasrah, kalaupun tidak jadi aku mencoba ikhlas.

Sis, -begitu bissa aku memanggilnya- memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kami. Kami segera berangkat dengan Sis yang mengendarai motor. Pagi itu, lalu lintas tidak begitu padat. Kami pergi melewati Banyumas, dan mengambil arah menuju Sumpiuh. Awal perjalanan kami nikmati dengan merasakan udara yang masih segar dan musik pilihan dari gadget masing-masing, sangat individual kan?😂

Tentu saja kami mengandalkan google maps sebagai penunjuk arah. Percaya saja kemana maps membawa kami pergi, tidak punya gambaran apakah kami tersesat atau tidak.

Setelah berkendara kurang lebih 2 jam, kami memutuskan untuk beristirahat di teras masjid daerah Kebumen. Memakan bekal yang kami bawa, sebungkus keripik dan beberapa permen untuk membuat kami tetap segar. Setelah  beristirahat selama 20 menit kami melanjutkan perjalanan.

Semakin siang, cuaca semakin tidak menentu. Sesekali kami berhenti untuk menggunakan mantel karena hujan namun, beberapa saat kemudian hujan berhenti. Cuaca seperti sedang bermain-main dengan kami. Beberapa kali kami berhenti untuk menggunakan dan melepas mantel, hingga akhirnya memutuskan untuk tetap menggunakan mantel walaupun hujan sudah reda. Kami baru melepasnya saat mengisi bahan bakar di salah satu pom bensin daerah Kulonprogo. Saat melepaskannya aku menyadari menggunakan mantel adalah keputusan yang tepat karena bagian punggung mantelku sangat kotor, penuh bengan cipratan tanah. Baju dan tas yang kugunakan selamat dari kotoran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PerjalananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang