3

400 50 5
                                    

Scorpius

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Scorpius

Selepas bel berbunyi kali ini aku mengikuti kata Mommy untuk langsung kembali ke rumah, selama perjalanan jalanan yang aku lewati cenderung sepi hal ini dikarenakan penduduk kota ini sedikit dan saat ini masih jam kantor. Aku menghentikan langkahku di depan etalase toko mainan, saat ini aku terpesona pada boneka naga yang berukuran sebesar diri ku. Boneka itu berwarna hijau dan memiliki tanduk dikepalanya, andai aku bisa memilikinya dapat dipastikan setiap malam aku tertidur nyenyak karena memeluk boneka naga itu.

Saat aku sibuk memikirkan boneka naga tiba-tiba aku merasakan tepukan keras dibahu ku, kulihat siapa yang menepuk ku dan ternyata itu Cony.

"Hei aneh, mau bermain dengan kami?" Ku hiraukan pertanyaan Cony dan dengan terburu-buru aku mencoba meninggal toko itu. Tapi sialnya dapat kurasakan ia menarik tas ku sehingga langkah ku terhenti.

"Kenapa buru-buru? mau bertemu dengan Mommy mu?" Lagi-lagi ku hiraukan pertanyaannya. Melihat respon ku yang hanya diam sepertinya memancing emosi Cony.

"Apa kau tidak bosan bersamanya terus? Dimana Daddy mu?" Mendengar hal tersebut tiba-tiba aku merasa sangat marah. Ku genggam tanganku sampai memerah agar aku tidak meledak saat ini juga.

"Cony apakah kau lupa dia tidak mempunyai Daddy"

"HAHAHA kau benar Dylan"

Cukup! Aku tidak tahan lagi, dapat kurasakan saat ini perasaan marah yang ku tahan seperti keluar dari tubuh ku. Badan ku terasa bergetar dan saat aku melihat Cony, ku lihat ia telah terkapar tampak tak berdaya.

"CONY!" seketika saja mereka mengerubunginya bak semut.

"LIHAT DIA MELAKUKANNYA LAGI! DIA MENYAKITI CONY" Eva berteriak marah kepada ku, mukanya kini memerah seperti buah tomat.

"Hei nak, apa yang kalian lakukan?"

Tiba-tiba seorang paman berambut pirang pucat dengan tatapan dingin menghampiri kami, saat melihatnya aku langsung terpesona dia sangat tampan dan gagah. Terlintas dipikiran ku ingin sepertinya saat dewasa nanti.

"Paman dia menyakit teman kami! dia aneh, dia monster!" Eva menjelaskan dengan penuh emosi. Mendengar tuduhan Eva aku tertunduk, tiba-tiba perasaan marah dan takut menggerogoti hatiku.

"Bukannya kalian yang memulainya?"
Paman itu membelaku? Aku menatapnya tak percaya, selama ini hanya Mommy yang berada dipihak ku.

"A-apa?! tidak..." perkataan Dylan terpotong.

"Cih, ayo nak pergi dari sini"

Paman yang tidak aku ketahui namanya memegang ku seolah dia tidak tahu dan takut pada ku, padahal aku yakin jika ia tahu apa yang terjadi tadi. Kulihat tangan besarnya yang menggenggam tangan ku, terasa tak asing dan membuat perasaan marah menghilang dari diriku seketika.

Draco

Saat aku melihatnya aku langsung terpesona padanya, sosoknya yang mirip dengan fisik masa kecil ku kecuali bagian matanya yang mengingatkan aku padanya. Kini ku genggam tangan kecilnya yang lembut, seketika perasaan hangat menyelimuti hati ku yang telah lama bermusim salju.

"Kau baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja paman, terimakasih telah membantu ku pergi dari sana"

"Bukan masalah" Hening, setelah mengatakan itu tidak ada percakapan diantara kami, Saat kami melintasi toko es krim terlintas ide dikepala ku untuk mengajaknya.

"Hei, mau es krim?"

"aku m-mau, tapi Mommy melarang ku menerima makanan dari orang asing" saat mengatakan itu dapat kulihat raut sedih diwajahnya.

"Kalau begitu mari berkenalan. Perkenalkan nama paman Malfoy, Draco Malfoy" aku berjongkok didepannya dan mengulurkan tangan untuk berkenalan.

"Nama ku Scorpius Granger" ia meraih tanganku dan bersalaman. Mendengar jawabannya seketika aku membeku, Granger? apakah dia anaknya? sejak pertama aku melihat matanya aku telah curiga jika dia anaknya tapi kutepis perasaan itu, dan kini anak itu berkata dia seorang Granger, tidak mungkin. Aku harus mencari tahu.

"Paman kau baik-baik saja?"

"Paman?"

"Ah iya, aku baik-baik saja" suara Scorpius menyadarkan ku dari keterkejutan.

###

Saat ini kami berdua tengah makan es krim, kami duduk di pinggir jendela jadi kami dapat melihat orang berlalu-lalang. Setelah menghabiskan es krim coklatnya Scorpius mengeluarkan kertas yang berisi gambar anak kecil dan seorang wanita dewasa.

"Paman, hari ini di sekolah aku menggambar Mommy dan aku, aku menggambar ini untuk diberikan kepada Mommy agar dia tidak bersedih lagi"

Melihatnya kini mengoceh dengan antusias entah mengapa membuatku bahagia. Saat ku lihat gambarnya muncul rasa penasaran yang tak bisa ku tahan untuk tidak aku tanya kan.

"Kenapa hanya berdua? Sepertinya kau melupakan Daddy mu Scorp"
Begitu aku mengatakan itu raut wajahnya berubah menjadi sendu.

"Aku tidak mempunyai Daddy"

"Maaf, aku tidak tau" Mendengar jawabannya perasaan ku tercampur antara senang, sedih, dan marah. Senang karena jika misalnya dia anak si Granger berarti dia masih sendiri, sedih karena membayangkan selama ini Scorpius tumbuh tanpa sosok ayah, dan marah pada laki-laki brengsek yang meninggalkan mereka berdua.

"Tak apa Paman"

"Jika kau tidak keberatan, aku bisa menjadi ayah mu" dengan penuh keberanian akhirnya aku mengatakan ini.

"Benarkah?" raut sendu kini telah hilang dari wajahnya, ia menatapku dengan antusias.

"Tentu saja" aku tersenyum meyakinkan.

"Kalau begitu bolehkah aku menambah gambar mu di sini Paman?" ia bertanya dengan antusias, matanya bersinar dan senyum lebar ia tujukan kepada ku. Melihat itu tentu aku tidak bisa menolakanya.

"Tentu" kini Scorpius mengeluarkan krayon dari dalam tasnya dengan antusias, ia mulai menggambar diriku tepat disamping dirinya.

____

13/01/21

ObscurusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang