[06]. Falling

81 29 48
                                    

a f t e r   d o w n p o u r

Mata Nakyung terbelalak, mulutnya menganga dengan sosok laki-laki di sebelah Henry.

"Woah lumayan juga," sanjungan Henry mampu membuat Lin Yi tersipu. "Aku mendukungmu jika berpacaran dengan muridku itu."

"A-aniya, Lin Yi bukan pacar ak—Ssaem! penerbangannya kan 3 jam lagi Ssaem harus cepet pergi!" Nakyung berakhir gelagapan begitu sadar Lin Yi menaruh atensi padanya.

"Ara ara ara, aku memang mau pergi," Henry berdecak-decak sembari menggeleng. "Oh iya karena kamu pacarnya, jangan sampai membuat Nakyung bersedih ya,"

"Mwo?" Nakyung hendak menghampiri Henry yang sudah mengangkat tangannya agar Nakyung berhenti di langkahnya.

"Okay okay aku pergi, beneran pergi. Silakan menikmati masa berpacaranmu—aku pun tidak berniat untuk mengganggumu."

Dengan senyum jahil yang menjalar di wajah, Henry masuk ke dalam mobil lalu melongokkan kepalanya dari samping jendela. Seohyun pamit pada dua orang itu lalu masuk ke dalam mobil yang sama dengan Henry.

"Jangan lupa kasih kabar kalau kalian beneran pacaran! Hahahahaha!" Teriak Henry yang segera mengeluarkan mobilnya sebelum Nakyung memperlihatkan wajah kesalnya.

"Mwore," umpat Nakyung menahan malu.
(Ngomong apa sih)

Nakyung berjalan hingga ke halaman rumah, "Sampai ketemu lagi Ssaem! kabarin aku kalau udah sampai di Kanada!"

Gadis itu menghela napas melihat kepergian mobil putih dari kawasan rumah. Nakyung sampai melamun hingga lupa dengan Lin Yi yang kini berdiri di sampingnya.

"Ahahah, Ssaem emang suka bercanda jadi omongannya jangan kamu anggep serius ya—"

"Omongannya yang mana? Aku pacar kamu atau untuk ga buat kamu sedih—"

"E-eoh?" Mata Nakyung membulat mendengar opsi pertama.

Putra dari Hyunbin itu tak sanggup menahan senyumnya. "Aku bisa lakuin itu untuk kamu, opsi pertama dan kedua." Laki-laki itu tersenyum simpul.

Nakyung berdeham dan menatap apapun asalkan tidak menatap netra lelaki jangkung yang baru saja mengucapkan kalimat maut itu. "Oh iya kenapa kamu kesini?"

Lin Yi mengangkat sebelah alisnya sebelum tangannya memperlihatkan jika ia datang dengan paper bag besar. "Bunda Yuri minta aku masak buat kamu," ungkapnya.

"Bunda? Astaga maaf banget Bunda aku jadi ngerepotin kamu, ga usah aku ga mau makasih.." Nakyung berhenti berucap menyadari air wajah Lin Yi yang tidak bereaksi apapun selain diam menatapnya.

Nakyung menelan salivanya, "Emm-maksud aku karena kamu udah ada disini y-yaudah ayo ke dapur sekarang!" gadis itu melangkah terlebih dulu hingga teras.

"Kamu keberatan?"

Dengan gugup Nakyung membalikkan tubuhnya, karena bingung bagaimana menjelaskan tingkahnya yang aneh akhirnya Nakyung menarik Lin Yi hingga ke dapur.

"Ahahahah aniya, mana mungkin aku keberatan, ayo ayo masuk!"

Ngomong-ngomong Lin Yi tersenyum senang melirik bagaimana cara gadis itu menyeretnya ke ruang dapur. Tidak, Nakyung tidak langsung memegang tangan Lin Yi, melainkan menarik bagian lengan jaket.

Keduanya berhenti melangkah, tepat di tengah ruang dapur. Nakyung menatap lelaki yang mengenakan jaket hitam—lalu melepas tangan nya dari jaket Lin Yi.

"Eh aku belum ganti baju!" seru Nakyung yang baru sadar dengan apa yang dikenakannya.

"Ganti dulu aja, aku beresin bahan-bahan disini," ujaran Lin Yi langsung disetujui oleh Nakyung.

After Downpour  [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang