[15]. Be Us (Forever)

78 22 88
                                    

a f t e r   d o w n p o u r

Seoul, 31 Desember 2018






Gadis berponi itu menguleni adonan dengan lambat dan pergerakkan tangannya hampir berhenti setelah keasikan dengan pikirannya, pandangannya pun saat ini kosong.

Sejak menyatakan perasaannya waktu itu Nakyung jadi sering diam merenungkan sendiri. Bertanya-tanya mulai dari mengapa bisa ia seberani itu, apakah timing pengakuannya benar-benar tidak tepat, hingga memikirkan sebenarnya apa maksud dari Lin Yi.

Enam hari yang lalu adalah hari raya natal, ia dan teman-temannya merayakan natal di sebuah restoran. Dan Nakyung diam-diam memperhatikan bagaimana Heejin yang berani mendekati Lin Yi. Putra Hyunbin itu manut-manut saja. Bukan hanya Heejin, tapi siswi dari kelas lain yang kebetulan berada di restoran pun meminta foto bersamanya.

Sementara Nakyung? ia hanya memperhatikan dan terdiam ketika Ryujin dan Minjoo membicarakan Lin Yi.

Nakyung merasa seperti pengecut saat memandangi Heejin yang seolah terus mengejar Lin Yi. Pun ketika Lin Yi menatapnya, Nakyung memilih mengalihkan pandangannya.

"Lama banget ngulen adonannya—coba sini Bunda aja kamu bersihin Tahu untuk Dubu jangajji sana, " Yuri mendesak anak gadisnya untuk enyah dari tepi kabinet sebab sedari tadi hanya melamun.

"Kalau banyak ngelamun nanti gak pinter-pinter belajar masaknya," ujar Yuri yang sesekali menatap Nakyung.

Ya, beberapa waktu belakangan ini anak gadisnya meminta diajari memasak, Yuri sangat senang mendengarnya. Namun tetap saja ia menggeleng saat Nakyung terus melamun seperti ini.

"Bunda, apa artinya kalau seseorang minta waktu ke kita tapi gak ngasih keputusan apapun?" Nakyung membawa Yuri keluar dari topik sebelumnya.

"Ya kamu juga ngerti artinya kalau dia butuh waktu," Yuri menoleh memperhatikan putrinya yang memberi tatapan serius. "Belum kasih keputusan mungkin karena ada hal yang lebih penting?"

Nakyung tercekat pada kalimat terakhir Yuri, "Yang lebih penting?"

"Wae? seseorang bilang minta waktu ke kamu?"

"Eung," Nakyung berubah menjadi cemas, "Gimana kalau sebenernya dia sengaja ulur waktu supaya aku lupa kalau aku pernah nyatain perasaan ke dia?"

Yuri menekan lambat kepalan tangannya ke dalam adonan, "Jangan tebak-tebakan dan temui dia, tanya ke dia apa dia udah cukup ambil waktu atau belum,"

"Oh, geurae?— tapi Bunda gimana kalau ternyata selama ini Nakyung sebenernya udah di tolak?!" Nakyung meremat tahu di genggamannya.

"Eh-eh! Nak tahunya jangan di ancurin!"

Adonan itu terbanting oleh Yuri dan membuat Nakyung terkejut sekaligus merasa takut.

Terlambat, tahu itu bahkan sudah tak berbentuk seperti tahu kotak lagi. Terlalu banyak jejak rematan tangan Nakyung disana.

Yuri menghela napas dan berusaha tidak mempermasalahkannya.

"Sama kaya anak bayi yang jatuh ya harus bangkit dan jalan lagi, kalau kamu di tolak ya kejar lagi sampai dapat!" suara Yuri menggelora di seisi dapur.

After Downpour  [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang