[FLASHBACK ON]
[Fiolla POV]
..
.
Hari dimana salju pertama turun, aku dan kakak bodohku terperangkap di dalam rumah mewah dan megah ini. Walaupun status kami menjadi Tuan dan Nona Muda tetapi bagi kami ini seperti tawanan dalam penjara.
"Olla, Olla lihat! Saljunya sudah turun aku yakin pasti akan seru jika kita bermain disana"
Kulihat kakakku menunjuk butiran salju yang terhalang oleh kaca besar. Beginilah hidup kami, sehari-hari kami berada di kamar. Meskipun kamar kami sudah dihias dengan indah juga berbagai macam mainan terbaru, itu tidak membuat kami puas malah sebaliknya kami merasa tersiksa disini.
Ayah mengatakan jika umur kami belum cukup untuk muncul di media tetapi kakakku sudah di nobatkan menjadi pewaris utama padahal usianya masih dini. Terkadang aku berfikir kalau kakakku pasti terbebani untuk hal itu.
Jika sudah dikenal sebagai pewaris, maka kedepannya hidup Sang Kakak akan rumit. Sedangkan di depanku, dia selalu berpura-pura tangguh seolah tidak pernah ada masalah."Apa kau ingin bermain salju juga denganku, Olla?" Aku menoleh ke arah kakak yang sudah berada disampingku "Nanti aku akan membicarakan ini pada Ayah" katanya dengan semangat.
Walaupun kakakku agak ceroboh, dia selalu berusaha melakukan apapun untuk membuatku bahagia dan aku menyukainya.
"Itu menguras tenaga lebih baik tidur saja. Kakak juga tahu kan jawaban Ayah?" ucapku sambil menaiki kasur dengan susah payah.
"Sikapmu ini seperti orang tua saja sangat membosankan. hei bangun, ayo kita bermain!"
Aku mengabaikan panggilan kakakku tapi kini aku menyesal mengabaikannya karena kakakku meloncat-loncat di kasur dan ini membuatku emosi.
"Hentikan kakak! Kau membuatku pusing"
Lagi-lagi kakakku tidak mendengarkan dan malah memperparah aksinya.
"Baiklah. Aku mengaku kalah, ayo kita main" ujarku dan sontak aku melihat mata kakak yang berbinar-binar.
.
.
.
Aku dan kakak mengendap-endap saat menuju ruangan Ayah yang terletak dilantai 3. Disana Ayah biasanya hanya duduk disofa dan menatap tanpa ekspresi ke api unggun seolah-olah itu tontonan menarik untuknya, bukan itu saja kami juga melihat Ayah lebih sering tidur disana daripada dikamarnya sendiri.
"Pstt, kakak!" Kemudian kakakku berhenti dan menatapku "apa kau yakin Ayah menginjinkannya?" Lanjutku.
Namun kakak tidak menjawab ia hanya menepuk kepalaku dan tersenyum.
PRANGG!
Kami terkejut dan langsung bersembunyi di samping tembok yang berada di lorong. Aku yakin ini bukan pertanda baik dan kedatangan kami tidak tepat untuk waktu sekarang.
Aku dan kakakku berusaha untuk bersikap tenang agar tidak Ayah bertambah kesal. Aku sudah tahu jika Ayah terkadang suka seperti ini.
"Rossi... kenapa kau terus mengutukku sampai akhir? Apa ini penyebab kejadian waktu 'itu' ?"
Aku dan kakak tidak berani melihat ekspresi Ayah, jadi kami hanya mendengarkan saja didekat lorong. Ayah kami terkesan tidak peduli jika berada diluar seakan-akan ini bukan masalah besar untuknya tetapi aku mengerti, bagaimanapun Ayah adalah manusia biasa, ada waktunya ia bisa lemah seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are The Twins
Mystery / Thriller"Aku ingin kita menjadi saudara kembar yang paling bahagia sedunia" -Fiollin Dimana ada Fiollin pasti ada Fiolla. itulah mereka saudara kembar yang tidak terpisahkan. Namun apa yang mereka lakukan jika salah satu dari mereka harus berkorban untuk te...