-3-

51 22 31
                                    

Gabi sudah rapi dengan seragam sekolah yang melekat ditubuh indahnya, Ia memakai sepatu hitam, gesper, dan dasi sekolah. Benar-benar seperti anak teladan.

Hari ini adalah hari pertama Gabi sekolah setelah koma 4 minggu.

Ia merasa biasa saja, tak khawatir ataupun takut. Dengan santai Gabi menghampiri mamah dan papahnya yang sudah menunggu di ruang makan.

"Pagi Pah, Mah," sapa Gabi ceria. Ia mencium pipi Davi dan Emma bergantian. Dibalas kecupan oleh keduannya. Tak lupa Davi mengelus kepala Gabi sayang.

"Pagi sayang."

"Pagi princes."

"Cantik banget anak Papah," puji Davi. Baik Davi maupun Emma merasa senang melihat putrinya kembali ceria dengan wajahnya yang  terlihat segar, tak lagi pucat.

"Iya dong siapa dulu Mamahnya," sahut Emma yang sedang menyiapkan nasi goreng dipiring Davi.

Davi dan Gabi tersenyum. "Iyain deh biar Mamah seneng," goda Gabi lalu tersenyum geli.

"Mamah kan emang cantik."

"Iya Mamah cantik," ucap Davi dan Gabi serempak, lalu tertawa. Mereka bertos ria. Benar-benar menggambarkan keluarga bahagia.

"Udah ah. Sini sayang piringnya, biar Mamah isi."

"Gak usah Mah, biar Gabi sendiri yang ngisi," santai Gabi. Emma terdiam begitu pun Davi, mereka merasa bingung, biasanya Gabi akan merengek meminta piringnya diisi oleh Emma. Bahkan jika Emma mendahulukan Davi, Gabi akan cemberut seharian.

"Kenapa Mah?" Bingung Gabi melihat Mamahnya hanya terdiam menatap dirinya, terlihat kerutan tipis didahinya. Bahkan tangan mamahnya masih menggantung.

"Ehh... gak papa sini."

"Aku aja," tangan Gabi meraih centong nasi ditangan Emma, lalu mengaduk nasi goreng mengisi piringnya sendiri.

"Putri Papah sudah besar," bangga Davi. Entah kenapa Ia merasa putrinya berbeda, Ia pikir meskipun amnesia, perilaku Gabi akan tetap sama manja dan kekanakkan.

"Iya dong, aku kan udah kelas 3 SMA, jadi udah besar hehe," cengir Gabi. Memang benerkan Ia sudah besar, jadi harus mandiri.

Davi terkekeh begitupun Emma. Mereka melanjutkan acara sarapan yang sempat tertunda dengan khidmat.

***

Gabi sudah sampai di sekolah diantar Papahnya. Saat keluar mobil Ia sudah disambut oleh Amel di depan gerbang.

"Sengaja nungguin yah?"

"Iya dong, gue takut lo nyasar," canda Amel.

"Makasih."

Amel menatap lekat Gabi. Tak biasanya Gabi mengucapkan terima kasih, bahkan jarang. Dulu Gabi termasuk orang yang gengsi-an. Ia kembali dibuat bingung melihat penampilan Gabi yang sangat rapi, bahkan lebih rapi dibanding dirinya. Dulu boro-boro rapi, memakai dasi dan gesper saja Gabi ogah-ogahan, katanya sesak.

"Kenapa?" Heran Gabi, karena daritadi Amel memperhatikan dirinya.

"Hah? Gapapa kok," Amel menggelengkan kepalanya, "btw lo cantik banget Gab," sambungnya lalu menggandeng Gabi memasuki area sekolah.

"Eh itu si Gabi kan?"

"Njirr kok tambah cantik."

Who I'm?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang