Brukk...
Pantat Gabi mendarat dengan kejam dilantai kantin, rasa sakit langsung menjalar ditubuh bagian bawahnya. Ini terjadi karena Ia tidak memperhatikan jalan dan terburu-buru.
"Sshh..." ringis Gabi. Amel yang memegang tangan Gabi, tak kuasa menahan beban tubuh Gabi yang tak seberapa itu, karena jatuhnya sangat mendadak.
Hancur sudah mood Gabi, tadi dilabrak cewe-cewe gak jelas, sekarang jatoh, mana diliatin banyak orang lagi. Of course, keadaan perutnya yang kosonglah yang membuat Gabi tambah kesal.
Mata Gabi memicing, dengan gerakan cepat Ia mendongkakkan kepalanya, menatap benda apa yang sudah menghalangi jalannya, sehingga Ia sampai terjatuh, ditambah kening dan bokongnya jadi sakit.
Mata yang semula memicing, sekarang membola tak percaya. "LO!" Kaget Gabi.
Ternyata yang ditabrak Gabi adalah Eron, Gabi kira Ia menabrak tembok, keningnya sampai sakit. Keras banget njirr dadanya si Eron, gerutu Gabi dalam hati.
Ingin rasanya Gabi mencak-mencak, di depan muka datar Eron, tapi apalah daya tenaganya belum diisi. Jika kurang asupan ke dalam perutnya, Gabi akan malas melakukan apapun, bahkan sekarang untuk sekedar mengomel pun Ia malas.
"Aduhh, Gab. Lo gapapa?" Panik Amel, Tangannya bahkan bergerak tak beraturan saking khawatirnya. Ia sempat meringis, melihat dan mendengar suara bokong Gabi dan lantai yang beradu.
Eron, hanya menatap datar ke arah Gabi yang masih terduduk di lantai dingin kantin. Tanpa ada niat sedikit pun untuk menolong gadis di bawahnya. Ia tak merasa bersalah, karena Eron pikir Gabi lah yang menabraknya, bukan dirinya.
Amel membantu Gabi bangkit, dengan memegangi kedua tangan Gabi, lalu menariknya ke atas.
"Lo beneran gapapa Gab?" Tanya ulang Amel.
Sebenarnya, Amel bingung melihat Gabi tidak menangis, biasanya saat tangannya tergores ujung meja sedikit saja, Gabi langsung nangis meraung-raung, bagai jatuh terhempas dari tebing.
Tangan Gabi menepuk-nepuk rok seragam bagian belakang, agar tidak ada debu yang menempel. Itu Ia lakukan juga agar rasa sakit di bokongnya mereda. Sesekali matanya melirik ke arah seragam yang sedang Ia tepuk, untuk memastikan tidak ada noda yang menempel.
"Gapapa kok, santai aja." Ucap Gabi menenangkan Amel.
"Minggir!" Ketus Eron, Ia berniat melangkahkan kakinya, waktunya sudah terbuang percuma, tapi langkahnya langsung terhenti mendengar ucapan Gabi, yang sangat langka, bahkan Eron tak pernah mendengarnya sekali pun, selama Ia mengenal seorang Gabi.
"Dih, jalan gede juga. Tinggal kesamping dikit langsung beres," jawab Gabi tak kalah ketus.
Dengan kesal Ia berkata begitu, tadinya Ia akan minta maaf, tapi niatnya langsung Ia urungkan, setelah mendengar ucapan Eron yang tidak enak didengar.
Eron melirik Gabi sekejap, wajahnya sempat menampilkan raut tak suka mendengar apa yang diucapkan oleh Gabi. Sebelum melanjutkan langkah kakinya yang sempat tertunda.
"Ihh, kok lo gitu sih sama Eron," panik Amel, hari ini Amel benar-benar dibuat serangan jantung oleh kelakuan Gabi yang tak biasa.
"Dahlah, ayo makan. Laper nih."
***
Dahulu, Gabi Roselle Gallica adalah seorang gadis angkuh, manja, cengeng, egois, dan keras kepala. Meskipun semua hal buruk melekat pada dirinya, tak membuat Gabi dijauhi para lelaki, melainkan dikejar-kejar.
Gabi memiliki wajah perpaduan cantik dan manis, matanya bulat, bibirnya sedikit tebal, pipi cubby meskipun tubuh yang tidak terlalu tinggi dan ramping, jangan lupakan rambut hitam panjang yang menambah kadar kecantikkan seorang Gabi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who I'm?
Teen Fiction[ON GOING] "Semakin Aku mengingat masa lalu, semakin Aku berharap tak mengingatnya." - Gabi Roselle Gallica. Kehidupan yang penuh dengan cinta dan kasih sayang, akan selalu ada duri. Kehidupan yang kosong dengan cinta dan kasih sayang, tak akan ada...