Pagi ini, Gabi sudah sampai di sekolah. Ia menyusuri koridor, terlihat ada beberapa siswa. Jam masih menunjukkan pukul 6.30 memang terbilang masih pagi, jadi belum terlalu ramai. Mungkin yang sudah di sekolah adalah langganan murid rajin, bisa juga murid yang mau mencari contekkan tugas.
Sesekali Gabi bersenandung, lalu tersenyum ramah pada orang lain yang menyapa. Suasana hatinya sedang baik, Gabi juga terlihat ceria.
Gabi membetulkan tali tas yang melorot ke pergelangan tangan. "Hai juga," balas Gabi saat ada yang menyapa. Tak lupa menampilkan senyum manisnya. Membuat yang menyapa salah tingkah.
Tak berapa lama, Gabi sampai di kelasnya. Baru ada 4 orang. Amel pun belum datang. Gabi menghampiri tempat duduknya, Ia terlihat bingung saat matanya menangkap sosok gadis lumayan cantik, sedang duduk dikursi depan meja miliknya. Perasaan kemarin Gabi tak melihat gadis itu.
"Hai," sapa Gabi mencoba seramah mungkin.
Gadis tersebut menolehkan kepalanya ke bangku di belakang dirinya, wajahnya menampilkan raut heran.
"Mm, hai," balasnya ragu.
"Kenalin gue Gabi," Gabi menyodorkan tangan kanannya. Berniat mengenal gadis itu. Tak lupa menampilkan senyum manisnya.
"Gue udah tau kali," kekeh gadis itu.
Refleks Gabi menarik kembali tangannya malu, Ia kira dia anak baru, Gabi menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal.
"Ehh..." Gabi tersenyum canggung. Kenapa juga Ia bisa lupa, jika Ia amnesia. Jadikan malu sendiri, untung di kelas belum terlalu ramai.
"Lo pasti lupa guekan?" Jedanya, "gue Alice," ucapnya seraya tersenyum.
Alice sudah tau jika Gabi mengalami amnesia, karena berita menyebar luas dengan cepat. Meski Ia izin sekolah.
Tiba-tiba kepala Gabi sedikit pusing mendengar nama itu, sekelebat bayangan melintas di kepalanya. Segera saja Gabi menggelengkan kepalannya.
Gabi Langsung menampilkan senyum manis, lalu menantap kembali ke arah Alice. Mulut Gabi membentuk huruf o dengan wajah imutnya, kepalannya mengangguk tanda mengerti.
Oh, namanya Alice toh, batin Gabi.
Gabi lihat, Alice adalah tipe wanita trendi, lihat saja dari segala hal yang melekat pada tubuh Alice, semuanya sedang tren akhir-akhir ini.
"GABIIIII...." Teriak seseorang dari arah luar kelas, sungguh berisik.
Gabi dan Alice menengokkan kepalanya ke asal suara. Ternyata itu adalah Amel, Ia berlari memasuki kelas seraya berteriak. Suara toa Amel langsung menusuk telinga Gabi, langsung saja Gabi menutup telinganya. Sahabatnya ini memang kayak toa masjid, untung toa masjid merdu, lah ini cempreng.
"Apa sih?" Sentak Gabi.
Gabi menatap horor Amel, yang ditatap sama-sama menampilkan muka tak suka. Amel berjalan cepat ke arah Gabi, sekejap Ia melirik dengan mata sinisnya pada Alice. Sedangkan Alice hanya tersenyum canggung.
"Geser-geser!" Titah Amel.
Pinggung Amel mendorong pinggul Gabi pelan, agar pindah ke kursi dekat jendela, dengan terpaksa Gabi memindahkan bokongnya.
"Kan biasanya lo yang duduk disini," sebal Gabi. Tapi Ia tetap duduk di kursi tersebut.
"Gapapa sekali-kali."
Amel masih menampilkan tatapan tak suka, bukan ke pada Gabi, tapi kepada gadis yang duduk di depan mejanya.
Alice kembali menghadap depan, Ia membuka buku pelajaran fisika, lalu mulai menghapal, karena hari ini ada pel fisika. Alice termasuk siswa yang lumayan pintar, di kelas Ia termasuk 10 besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who I'm?
Teen Fiction[ON GOING] "Semakin Aku mengingat masa lalu, semakin Aku berharap tak mengingatnya." - Gabi Roselle Gallica. Kehidupan yang penuh dengan cinta dan kasih sayang, akan selalu ada duri. Kehidupan yang kosong dengan cinta dan kasih sayang, tak akan ada...