1

19 8 3
                                    

Plak

Plak

Plak

Tamparan ketiga kalinya membuat gadis itu tersungkur kelantai. Sebuah cairan kental berwarna merah keluar dari sudut bibirnya.

Semua orang kini tengah menatap nya murka. Seorang wanita paruh baya tersenyum licik.

Menangis, ya,gadis itu menangis. Ia menangis meratapi nasib nya. Ia harus menanggung kesalahan orang lain.

Ia tidak pernah menjual diri, ia masih bersih, ia belum kotor, tapi semua orang menyebutnya jalang.

Sebuah tangan kekar menjambak rambutnya kuat hingga membuat gadis itu berdiri.

"PAPA TIDAK PERNAH MENDIDIK MU SEPERTI ITU ARHETA!!!!"

Ya,Arheta gadis yang harus menerima nasibnya yang malang . Seseorang telah memfitnahnya.

Arheta berusaha melepas jambakan papanya,tapi tangan kekar papanya tak sebanding dengan lengan mungil miliknya.

"Aku gak ngelakuin itu pa"

"Kalian harus percaya sama aku"

"Kamu tidak bisa mengelak Arheta, Nabila melihat semuanya bahwa kamu melakukan hal tersebut" Arheta menatap wanita paruh baya itu.

Arheta menggeleng "Bohong semuanya bohong. Nabila udah fitnah aku" Arheta melepas paksa jambakan ya lalu berlari dengan kencang kedalam kamar.

"ARHETA PAPA BELUM SELESAI BICARA!!!!"

Nabila yang sedari tadi tengah duduk di sofa tersenyum penuh kemenangan.

"Okey,keluarga Lo udah benci sama lo.tinggal Tristan"

***

Brukkk

Arheta menutup dengan keras pintu kamar lalu menguncinya. Tubuh nya merosot kelantai.

Keluarga nya membencinya tidak ada yang mencintainya lagi. Arheta memukuk-mukul lantai dengan keras.

Hancur semuanya hancur keluarga yang ia sangat cintai kini semua membencinya. Ia sendiri tidak ada lagi yang akan menemaninya.

"KALIAN SEMUA JAHAT!!!!!"

***

Hari sudah pagi Arheta sudah berangkat ke sekolah pagi tadi. Ia tidak bertemu kelaurga nya karena ia bangun lebih awal dari mereka.

Arheta kini tengah duduk di bangkunya. Ia sendirian dikelas. Arheta merongoh ponselnya disaku.

Tristan❤️

Tristan??

Apa?

Arheta menaikan sebelah alisnya. Mengapa Tristan mengirimnya pesan singkat? biasanya jika ia mengirim pesan padanya pasti langsung akan disambut dengan ucapan good morning baby.

Sekolah?

Hmm

Oh iya aku tunngu❤️

Read

Arheta heran dengan sikap Tristan yang tidak biasanya. Arheta menggedikan bahunya lalu menyimpan ponselnya di atas meja.

Satu persatu orang mulai berdatangan ke kelas. Arheta tersenyum ramah,tapi tidak ada satu pun yang membalas senyumannya.

"So polos banget orang nya"

"Iya padahal kan udah kotor"

"Kalau gue sih udah pergi keluar negri. Malu soalnya"

"Dia kan gak punya malu"

Semua orang tertawa. Arheta menunduk sambil meremas roknya.

Brakk

Seseorang mengebrak meja Arheta, Arheta terkejut lalu menoleh keorang tersebut.

"Lo udah bikin nama sekolah ini jadi jelek. Dan Lo gak punya malu karena masih nunjukin muka Lo disini"

"Maksudnya?"

"Udah deh gak usah so polos. Lo itu udah kotor"

Degg

Mata Arheta berkaca-kaca. Ia takut jika semua orang membencinya dan ia juga takut jika ia dikeluarkan disekolah.

"Mending sekarang Lo pergi dari sini"

Arheta menggeleng cepat, ia tidak bersalah ia di fitnah.

"Gak gue gak salah"

"Gue gak pernah ngelakuin itu"

"Maling mana ngaku" orang tersebut pergi dengan kedua tangan dilipat di dadanya.

Arheta menggeleng kembali. Air mata nya kembali mengalir dengan cepat ia menyekanya.

"Lo udah hancurin semuanya Bil"

***

Arheta dan Tristan kini tengah berada di belakang sekolah. Tadi Tristan menyuruh Arheta menemuinya.

Arheta berdiri dihadapan Tristan dengan senyuman yang tidak hilang di bibirnya, sedangkan Tristan hanya menatap nya datar.

"Kenapa kamu ngajak aku kesini?"

Tristan berdecak.

"Kita putus"

Senyuman Arheta seketika hilang saat mendengar kata putus. Arheta menggeleng sambil tertawa renyah.

"Ini bukan ulang tahun aku Tris. Gak usah ngeprank"

"Gue gak ngeprank Lo, gue serius. KITA PUTUS"

Hancurlah sudah hari Arheta.

"Tapi kenapa?" Mata Arheta mulai berkaca-kaca.

"Gue udah tau semuanya. Lo itu udah kotor Ta. Gue gak mau punya pacar kaya lo. Gue malu"

Arheta menggeleng tak percaya. Ia menghela nafas. Arheta tidak punya hak untuk melarang Tristan untuk putus dengannya.

"Oke, kalau itu keputusan kamu, aku gak bisa maksa"

"Jelas ini keputusan gue buat cewek murah kaya lo"

Arheta tersenyum miris sambil mengangguk-angguk paham.

"Oke, cewek murah ini bakal pergi"

Arheta pergi meninggalkan Tristan yang terdiam ditempat.

***

Instantly DestroyedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang