Malam ini keluarga Arheta tengah mengadakan makan malam bersama. Arheta tengah bersiap-siap,tadi mamanya datang ke kamar menyuruhnya siap-siap.
Setelah siap Arheta keluar dari kamarnya. Mama Arheta menoleh kepada Arheta.
Senyum Arheta tidak hilang dari bibirnya walaupun tidak ada yang membalas senyumannya.
Semua nya telah ada di meja makan. Arheta menarik satu kursi yang kosong lalu mendudukinya.
Arheta duduk berhadapan dengan Nabila. Arheta menatap datar Nabila,sedangkan Nabila tersenyum licik.
"Silahkan dimakan"
Semua nya mulai menyantap hidangan. Arheta menyiuk satu sendok nasi lalu lauk nya.
"Tante tolong ambilin Nabila ayam nya dong" mama Arheta mengangguk lalu mengambil daging untuk Nabila.
Arheta hanya menatap mamanya. Mama Arheta sekilas melirik putrinya itu.
"Makasih Tante" mama Arheta hanya tersenyum.
Semua menikmati hidangan dengan kehening.
"Ma.."
"Tante" Nabila langsung memotong ucapan Arheta. Arheta menatap Nabila dengan datar.
"Iya sayang?"
"Tante tau? Disekolah aku ada yang dikeluarin tauuuu" Nabila melirik Arheta. Arheta terdiam nafas nya memburu ingin sekali ia hajar Nabila sampai mati sekalian.
"Ouh ya siapa?"
"Tuu" mata Nabila menunjuk kepada Arheta yang tengah menatap nya tajam. Mama Arheta menatap anak nya.
"Kan emang seharusnya" bukan mama Arheta yang berbicara melainkan mama Nabila.
"Iya mama bener" Arheta bukan nya tidak ingin melawan hanya saja ia tidak ingin membuang-buang tenaga nya hanya untuk manusia munafik seperti Nabila.
Papa Arheta yang sedari tadi terdiam hanya menatap putri nya itu. Ada perasaan sedikit tidak tega melihat putrinya dikeluarkan dari sekolah.
Papa Arheta telah mengetahui kalau Arheta dikeluarkan disekolah, tadi guru BK yang menelpon nya.
Mama Arheta belum mengetahui kalau Arheta di keluarkan ia baru mengetahui nya dari Nabila.
Arheta mempercepat makannya. Setelah selesai ia langsung bangkit dari duduknya membuat semua orang menoleh padanya.
"Waktu Arheta tinggal dua puluh sembilan hari lagi. Tapi Arheta gak yakin bisa bertahan di sini"
"Arheta kekamar dulu,makasih buat makan malamnya Arheta bahagia" Arheta melangkah kearah kamarnya.
Mama Arheta menatap kepergian Arheta dengan dada yang sesak,sedangkan papanya hanya diam tak peduli.
Nabila tertawa dalam hati nya,ia sangst senang diatas penderitaan orang lain.
"Ini belum seberapa ta"
***
Arheta menutup pintu kamar nya dengan kencang, dada nya terasa sesak mata nya berkaca-kaca.
Ingin sekali ia menangis kencang menyurahkan seluruh isi hatinya.
Arheta duduk di pinggir kasur.
"Tante tau? Disekolah aku ada yang dikeluarin tauuuu"
Suara Nabila terngiang-ngiang di benaknya. Ia benci Nabila sangat benci.
Arheta mengepalkan tangannya menahan amarah. Ia akan mencari bukti bahwa ia tidak pernah menjual diri melainkan Nabila.
Arheta menarik sudut bibir kirinya, dan menatao nyalang kearah depan.
"Tunggu Bil, Lo bakal hancur"
***
Hari sudah pagi Arheta kini tengah di kamar mandi sedari tadi ia mual dan kepala sangat pusing.
Huek
Huek
Huek
Ada apa dengan dirinya. Tidak mungkin ia hamil dirinya tidak pernah berbuat seperti itu.
Tes
Sebuah cairan kental berwarna merah menetes dari hidungnya. Arheta menyusut hidung yang mengeluarkan banyak darah.
Lengan dan kakinya melemas. Arheta berusaha untuk bangkit tapi ia tidak bisa.
"Mama tolongin Arheta" Gumam Arheta.
***
Mama Arheta kini tengah berjalan untuk ke dapur, saat melewati kama Arheta ia tidak sengaja mendengar suara orang mual-mual.
Deg
Keringat dingin mengucur di kening nya. Pikiran nya kini tengah menuju kepada Arheta.
Insiden kemarin membuat mama nya berpikir bahwa Arheta hamil.
Mama Arheta menggeleng tidak mungkin putri nya hamil.
"Enggak gak mungkin"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Instantly Destroyed
Teen FictionCinta berawal dari benci jika di kehidupan tidak nyata, tapi benci berawal dari cinta memang banyak dikehidupan nyata. Seorang gadis yang harus menerima nasib nya bahwa orang yang dulu mencintainya sekarang membencinya. Berawal dari kesalahpahaman y...