Arheta bangun lebih pagi,ia ingin memasak untuk keluarganya. Arheta memasak nasi goreng dan ayam goreng.
Semua hidangan telah selesai,Arheta kembali ke kamarnya untuk mengganti baju dengan seragam sekolah.
Setelah selesai Arheta kembali dengan tas yang ia gendong dan secarik kertas yang digenggamnya.
Arheta menyimpan kertas tersebut di meja makan. Ia berjalan keluar. Entah lah hari ini ia bahagia tanpa alasan.
***
Mama Arheta telah bangun,ia pergi ke dapur untuk memasak. Tapi ia tidak sengaja melihat makanan di atas meja makan.
Mama Arheta melihat ada sebuah kertas disana. Ia mengambil nya lalu membacanya.
Pagi semuanya
Arheta udah masakin buat kalian. Maaf Arheta gak makan bareng kalian. Sebenernya Arheta sedih karena ini pertama kalinya Arheta gak makan bareng kalian,Arheta takut suasana nya jadi buruk maafin Arheta ya:)Tidak tega ia melihat putrinya di perlakukan seperti ini. Tetapi ia juga bingun mana yang benar dan mana yang tidak.
***
Arheta sudah sampai di sekolah ia kini tengah berjalan di koridor, semua orang menatapnya.
Arheta jalan dengan kepala menunduk.
"Itukan Arheta"
"Iya dia Arheta cewek yang gak punya malu"
"Iya ih gak punya malu"
Ingin sekali Arheta berteriak dan berkata bahwa ia tidak pernah melakukan itu.
Tapi Arheta yakin semua orang tidak akan mempercainya.
Arheta sudah sampai didepan kelas. Ia menatap pintu kelas yang masih tertutup.
Dengan ragu mencekal gagang pintu. Saat ia ingin membuka tapi tidak bisa, seprtinya masih dikunci.
Arheta mengintip dijendela. Semua orang ada di kelasnya tapi mengapa mereka mengunci pintunya?
Arheta menggedor-gedor kaca jendela,tapi tidak ada satu pun yang menghiraukan.
Arheta menghela nafas lalu duduk di bangku yang tersedia disana.
"Gimana seru?"
Arheta menengok lalu mengepalkan tangannya.
"Kurang" Arheta mengangkat sudut bibir kirinya.
"Bil...Bil....Lo itu licik,tapi bodoh" Nabila mengepalkan tangannya.
"Lo udah merekayasa semuanya" Nabila tersenyum licik.
"Hahaha gue emang licik" Arheta mengangguk paham lalu menatap Nabila dengan datar.
"Tapi gue gak bodoh Bil. Gue bakal cari bukti. Bahwa yang ngelakuin hal itu Lo bukan gue"
"Terserah Lo" Nabila melenggang pergi sambil tertawa licik. Arheta menghela nafas lalu menyenderkan kepala Kedinding.
***
Arheta kini tengah berjalan di atas trotoar dengan tas yang ada digendongannya.
Air matanya jatuh membasahi pipi chubby nya. Perkataan semua orang disekolah terngiang-ngiang di telinganya.
"Bu keluarkan Arheta dari sekolah ini Bu!!"
"Iya Bu jalang gak pantes sekolah disini"
"Lo itu udah kotor Arheta"
"Lo itu jual diri"
"Lo gak punya malu"
Arheta menggeleng ini bukan salahnya tapi kenapa semua orang menyalahkannya.
"Maaf Arheta guru-guru sudah mendiskusikan ini"
"Maaf yang sebesar-besarnya. Kamu terpaksa dikeluarkan"
Arheta menangis kencang tidak peduli dengan orang sekitar.
"Hiks....hiks....hiks.....gue gak pernah ngelakuin itu"
Arheta berjongkok lalu melipat kedua tangan nya diatas lutut. Arheta menyembunyikan wajahnya diatas lipatan tadi.
"Hiks....hiks...semua orang gak ada yang percaya sama gue. Semua benci sama gue. Lo udah hancurin hidup gue Bil"
***
Arheta kini berada di pinggir danau. Ia ingin menenangkan hatinya terlebih dahulu.
Arheta merasakan hembusan angin menerpa wajahnya. Mata sembab Arheta masih terlihat dengan jelas.
Pandangannya kebawah menandakan sebuah kekhawatiran dan kesedihan.
Dadanya kembali sesak matanya berkaca-kaca ia masih tidak percaya dengan semua yang terjadi.
***
Arheta sudah pulang kerumahnya,ia kini tengah berjalan kearah kamarnya. Mama nya yang tengah duduk di sofa memperhatikan putri kesayangannya yang berjalan dengan pandangan kosong.
Ingin sekali ia bertanya ada apa? Tapi ego tidak bisa dikalahkan. Arheta membuka pintu kamarnya lalu menyimpan tasnya sembarangan.
Arheta memandang sebuah Poto yang disana terdapat dirinya dan mamanya. Arheta mengambil Poto itu.
Air matanya kembali jatuh,ia rindu mamanya yang selalu ada disinya. Arheta memeluk Poto itu.
"Arheta rindu mama hiks"
***
Mama Arheta tidak sengaja mendengar suara tangisan di arah kamar Arheta. Mama Arheta mendekatkan telinganya kearah pintu kamar Arheta.
"Arheta rindu mama hiks"
Sesak itu lah yang dirasakan mamanya. Air matanya jatuh,ia juga merindukan putrinya itu.
Ingin sekali ia memeluk anaknya.
"Maafin mama Arheta"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Instantly Destroyed
Teen FictionCinta berawal dari benci jika di kehidupan tidak nyata, tapi benci berawal dari cinta memang banyak dikehidupan nyata. Seorang gadis yang harus menerima nasib nya bahwa orang yang dulu mencintainya sekarang membencinya. Berawal dari kesalahpahaman y...