"PANGGILAN KEPADA ARHETA DITUNGGU DI RUANG BIMBINGAN KONSELING"
"SEKALI LAGI PANGGILAN KEPADA ARHETA DITUNGGU DI RUANG BIMBINGAN KONSELING"
"TERIMA KASIH"
***
Arheta kini tengah berada di ruang BK(bimbingan konseling).
"Saya tidak pernah melakukan itu Bu"
"Tapi dalam Poto itu sudah jelas bahwa itu kamu"
Arheta menggeleng kuat.
"Saya berani sumpah Bu. Di dalam Poto itu bukan saya, mungkin itu yang mirip dengan saya"
"Ibu tidak tahu harus percaya atau tidak sama kamu"
"Terserah ibu. Tapi saya berani sumpah bahwa saya tidak pernah melakukan hal seperti itu"
***
Sekolah telah bubar, kini Arheta tengah berjalan untuk pulang kerumahnya.
Setelah sampai ia menghentikan langkahnya di depan gerbang. Ia menatap gerbang bercat putih itu.
"Apa gue bakal diusir dari rumah ini?"
Arheta menarik nafas lalu membuangnya kembali. Ia melangkah lalu membuka gerbang rumahnya.
Arheta berjalan dengan pelan kearah pintu. Saat Arheta membuka pintu semua yang ada di dalam terdiam.
Arheta menatap mereka. Ia tak sengaja melihat sebuah koper besar miliknya. Arheta tersenyum kearah mereka.
Mama Arheta yang sedari tadi diam hanya menahan air matanya agar tidak jatuh. Sedangkan papanya tengah menatap Arheta tajam.
Dada Arheta terasa sesak bahkan nafas nya seperti berhenti. Sekuat mungkin ia menahan air matanya.
Arheta mengatur nafas nya. Lalu melangkah kearah mereka.
"Assalamualaikum"
Semua terdiam, Arheta menghela nafas. Air matanya tidak bisa ditahan dengan cepat ia menyekanya.
Arheta menatap koper tersebut lalu menatap kembali pada keluarga yang sangat ia cinta.
"Sebelum Arheta pergi dari rumah ini, Arheta boleh kekamar Arheta dulu kan?"
Tidak ada yang menjawabnya, Arheta menghela nafas lalu melangkah kearah kamarnya.
Ia membuka pintu kamarnya. Arheta menatap ke sekeliling, ruangan ini telah menjadi ruang untuk keluh kesahnya.
Arheta melangkah kearah kasur,ia duduk di pinggir kasur. Ia menatap sendu ruangan itu.
Arehta melihat secarik kertas dan pena tergeletak di meja, ia mengambilnya lalu menulis dengan pena.
***
Arheta keluar dari kamar nya dengan membawa secarik kertas tadi. Semua orang menoleh padanya.
Arheta menarik nafas lalu membuangnya kembali. Ia sodorkan kertas itu kepada papanya.
Papanya tak menghiraukan sama sekali, Arheta menatap kertas itu lalu menyimpannya di meja.
"Tolong baca"
Mama nya menatap surat yang di simpan Arheta, dengan ragu ia mengambilnya. Arheta tersenyum.
"Saya Arheta Angelina putri memberitahukan bahwa saya sudah menyerah, saya akan pergi dan saya tidak akan mengganggu kalian lagi. Sebelum saya pergi saya ada satu permintaan. Saya ingin dalam satu bulan ini tolong kalian selalu ada disisi saya, temani saya, tolong buat saya bahagia karena ini mungkin kebahagian terakhir saya. Jika dalam satu bulan kalian memenuhi permintaan saya,saya janji saya akan pergi. SEMOGA WAKTU SAYA CUKUP UNTUK SATU BULAN"
Mama nya menatap Arheta dengan mata berkaca-kaca. Mama Arheta masih tidak percaya dengan apa yang di lakukan oleh putri kesayangannya.
Arheta tersenyum. Papa nya mengambil kertas dari tangan mamanya. Semua orang membaca surat itu.
Arheta terdiam menunggu jawaban dari mereka. Mereka semua saling pandang.
Papanya berdehem lalu menatap Arheta."Baik papa beri waktu kamu satu bulan untuk tinggal disini"
Arheta tersenyum,setetes air matanya jatuh.
"Makasih pa,ma" Arheta kembali kekamar nya.
Mamanya sedari tadi diam memperhatikan Arheta. Biasanya jika Arheta berterima kasih kepadanya selalu di akhiri dengan pelukan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Instantly Destroyed
Teen FictionCinta berawal dari benci jika di kehidupan tidak nyata, tapi benci berawal dari cinta memang banyak dikehidupan nyata. Seorang gadis yang harus menerima nasib nya bahwa orang yang dulu mencintainya sekarang membencinya. Berawal dari kesalahpahaman y...