[5] - 'Kang' Is A Reason

230 44 16
                                    

Jika harapan yang kali ini tidak bisa dibenarkan, aku tetap akan mencobanya lain kali walaupun sudah terjatuh
Kazino - 'Kang' Is a Reason

-🥂-

Sudah hampir lima bulan lamanya Seulgi menaruh banyak banyak perhatian kepada muridnya yang bernama Kang Daniel itu.

Dia bahkan tidak berani menyentuh buku identitas untuk mengetahui siapa nama Ayah dari Kang Daniel ini.

Harapannya tentang suatu hari ayah dari Kang Daniel ini akan menjemput sang anak hilang begitu saja, Anak ini terbiasa diantar jemput oleh Jackson.

"Bunda egi, Daniel mau buang air" ucap Daniel menarik narik ujung baju Seulgi.

"ayo kemari" Seulgi mengangkat tubuh Daniel kedalam gendongannya.

Bunda Egi, panggilan baru oleh Daniel yang membuatnya campur aduk, tidak ingin berharap terlalu tinggi.

"aaaa cepat bunda" teriak Daniel heboh membuat Seulgi tertawa lalu mempercepat langkahnya.

Seulgi menuntun bocah itu melepas celana seragamnya, dengan sendirinya anak itu akan buang air didalam kamar mandi.

"disiram dengan benar ya, airnya yang banyak" ucap Seulgi dibalik pintu.

"siap bunda" terdengar suara flash yang pasti itu pencetan tangan mungil Daniel.

Setelah selesai buang air, mereka berdua kembali ke kelas dengan tawa karena selingan bercanda di perjalanan.

"sekarang saatnya makan siang, ayo bereskan semua mainan kalian anak anak" Seulgi menuntun.

Semua anak yang mendengar langsung patuh dan membereskan kekacauan yang mereka buat sendiri.

"jika sudah ayo kita ke ruang makan ya" ucap Seulgi

Sementara itu Seulgi berpindah ruangan dan mengawasi barisan pengambilan makanan dengan rapih, memperhatikan Daniel dalam diam yang begitu menggemaskan.

Ugh, bisa gila kalau dia dikira menyukai anak berumur enam tahun.

Daniel menyadari diperhatikan oleh gurunya itu langsung tersenyum dan melambaikan tangannya, Seulgi membalas dengan menatapnya manis.

Kalau Daniel tersenyum, mungkin Brian akan tersenyum seperti itu, sialnya dia bertemu lelaki itu dengan keadaan kacau, bukan dengan senyuman.

Seulgi memutuskan kontak seutuhnya, dia bahkan tidak menelepon nomor atau mendatangi tempat yang tercatat di kartu nama Brian.

Hari itu dia sibuk menghindar dari keadaan, memindahkan kenangan lamanya di tempat yang membusuk tiga tahun lalu karena kematian seseorang didalamnya.

Wendy juga menghilang, apalagi Joy yang sudah pasti menetap didalam sana dengan tenang, dia tidak berkabar apaapun setelah semuanya terjadi.

Intinya dia tidak ingin mengganggu brian dan memasuki kehidupan gelapnya secara gampang, entah terlalu pengecut atau terlalu takut mati.

Bahkan setiap pagi, Kafein berwarna coklat yang setiap pagi menemaninnya selalu mengingatkan untuk berterimakasih kepada tuhan dan Brian.

Hidupnya diselamatkan oleh kedua hal yang begitu rata di matanya, menatap sendu gelas kosong sambil merutuki dirinya karena terlalu pengecut untuk mendatangi Brian.

BRUK

Seulgi tersadar dari lamunannya, mengedarkan pandangannya kearah kerumunan muridnya yang sudah mengelilingi sesuatu

"bu guru, Daniel berdarah" ucap Seseorang menunjuk dalam kerumunan.

Seulgi panik bukan main, menerobos kerumunan anak anak tadi lalu segera mengangkat Daniel dalam gendongannya untuk pergi.

"bunda, sakit" ringis Daniel yang membuat Seulgi seketika menangis.

"sabar sebentar ya, bunda akan menyelamatkanmu" Seulgi dengan berhati hati menggendong tubuh Daniel.

Sialnya jam ini sedang ada perbaikan yang membuatnya harus melewati tangga panjang sampai lantai dasar.

Dengan hati hati Seulgi membopong Daniel menggunakan kecepatan dan kelincahannya.

Darah dari kepala Daniel tak berhenti mengeluarkan darah walaupun dengan tekanan yang rendah.

Untungnya rumah sakit hanya beberapa bangunan dari bangunan sekolahnya disini.

Seulgi berlari tanpa alas kaki dibawah sinar matahari membawa Daniel dengan cepat menuju unit gawat darurat.

Dengan bantuan beberapa suster dirinya berhasil membawa Daniel masuk kedalam ruang UGD dengan cepat.

"dimana walinya?" tanya Seorang dokter yang baru keluar dari ruangan tersebut.

"dia muridku" Seulgi berdiri, mencegah dokternya berjalan lebih jauh lagi.

"cepat panggilkan orang tua dari anak tersebut, kita perlu tanda tangannya untuk penjahitan di kepalanya"

Bolehkah kali ini Seulgi berharap pertemuan itu akan terjadi?

[END] Kazino - Kang Brian • Kang Seulgi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang