Aku memandang malas kak Kevin yang duduk di hadapanku, ia terus saja menatapku.
Aku penasaran apa saja yang ia bawa dalam kantong kantong belanjaan disamping sofa ia duduk.Kak Gabriel menatap aku dan kak Kevin yang saling memandang dalam diam, ia duduk di tempat biasa papi duduk, seolah ia seorang ayah yang sedang bertanggung jawab atas dua anaknya, yaitu aku dan kak Kevin.
Saat kak Kevin datang, kak Gabriel menyambutnya dengan tangan terbuka. Kak Gabriel mengijinkan kak Kevin masuk ke rumah.
Anehnya kak Kevin terlihat begitu berbeda dengan ia yang biasa di sekolah, saat berhadapan dengan kak Gabriel ia menjadi sangat sopan, ia terus mengangguk dan menunduk seperti yang tadi Brandon lakukan, bedanya, tatapan mata kak Kevin tetap sama, ia tetap terlihat kuat dan tak kenal takut.
Sudah begitu kak Gabriel menyajikan sirup jeruk lagi untuk kami bertiga, aneh sekali rasanya.Tidak ada satupun dari kami yang bicara sampai aku merasa risih sendiri.
"Kak, aku keatas ya....", ucapku pada akhirnya, aku merasa tak nyaman terus ditatap kak Kevin.
Kak Gabriel mau menjawabku ketika tiba-tiba kak Kevin bicara.
"Maaf Gaby..!", seru kak Kevin.
Aku terkesiap karena kak Kevin meminta maaf seperti membentak, kupandang kak Gabriel meminta bantuan namun berikutnya yang kudengar malah tawa kak Gabriel.
Kak Kevin kaget karena mendengar tawa kak Gabriel, ia menoleh menatap kak Gabriel yang tertawa dan seketika menunduk, entah kenapa, malukah?
"Gaby punya kendali besar atas kamu ya...", komentar kak Gabriel.
Hmm.. Maksud kakak apa...?
Aku bingung dengan pernyataan dari kak Gabriel, aku menatapnya penuh tanya tapi kak Gabriel tidak sedang melihatku, ia melihat kak Kevin dan anehnya kak Kevin seolah tidak heran atau kaget mendengar komentar kak Gabriel padanya.
"Gue benar-benar minta maaf... Gue salah....", ucap kak Kevin, ia mengangkat wajahnya dan menatapku penuh harap.
Aku memang marah atas apa yang kak Kevin lakukan padaku tapi melihatnya sangat berharap maaf dariku membuatku tak tega.
"Kenapa kamu ngelakuin itu ke adik saya....?", tanya kak Gabriel.
Kak Kevin ragu-ragu menoleh pada kak Gabriel, saat itu kulihat dengan jelas sekali kak Kevin berusaha menguatkan dirinya untuk kembali menatap kak Gabriel, ia meremas kedua tangannya, menarik nafas dan membuangnya serta ekspresi wajahnya yang merasa terintimidasi.
"Apa yang dilakukan Gaby sampai kamu buat dia terluka seperti itu....?", tanya kak Gabriel.
Nada suara kak Gabriel berbeda sekali seperti biasanya, aku menoleh memandangnya dan aku terkejut melihat bagaimana caranya duduk, raut wajahnya yang marah, tatapan matanya yang tajam menusuk, seolah ia adalah seorang hakim yang sedang menghakimi terpidana mati. Aku sendiri merasa terintimidasi padahal kak Gabriel tidak sedang melihat kearahku.
Sedari kecil aku terbiasa dengan kak Gabriel yang selalu tersenyum, ia yang manis dan penurut, tapi detik ini aku merasa seolah baru mengenal kak Gabriel, sisi baru yang ia tunjukkan hari ini entah kenapa membuatku merasa begitu tak berarti dan kecil.
Kulihat kak Kevin, ia memang menoleh kearah kak Gabriel tapi ia tidak memandang mata kak Gabriel, baru kali ini aku melihatnya menghindari tatapan mata orang lain dan entah mengapa aku merasa iba padanya."Fra..ter...".
Aku menelan ludahku yang sulit kutelan, suara lirih kak Kevin memanggil kak Gabriel 'Frater' malah membuatku takut.
"Saya.. Marah...", kak Kevin bicara dengan hati-hati, ia memalingkan wajahnya sebelum sempat menatap mata kak Gabriel, "Saya pikir Gaby punya pacar...".
KAMU SEDANG MEMBACA
My Guardian Angel
SpiritualIa dan jubahnya yang ingin kugapai... Ia dan jubahnya yang ingin kudekap... Dengannya aku merasakan surga yang damai Bersamanya aku mengetahui, neraka itu ada.. Apa yang harus kulakukan kak? Bisakah Tuhan mengabulkan doaku, agar kau menanggalkan ju...