"Aku pikir kata "bersama" itu adalah kata yang hebat"Hari ini rowoon sudah masuk sekolah setelah beberapa hari berada dirumah sakit, ia sudah lebih baik sekarang, ia tidak melupakan obatnya dan ibunya juga sudah mempersiapkan kebutuhannya dengan baik.
"Ibu kamu besok jadi pulang,yoon?" tanya jaehyun sambil memasukan sesuap nasi kemulutnya.
Hyeyoon mengangguk sambil mencuri pandang ke rowoon yang sekarang tengah memakan bekal yang hyeyoon tebak itu adalah masakan ibunya. Hyeyoon merasa itu bukanlah hal yang lumrah dilakukan rowoon. Pasalnya, semua murid disini disediakan fasilitas makan, walaupun ada kantin sekolah yang menjual makanan ataupun minuman lain.
"Besok aku boleh mampir?" tanya jaehyun lagi, tidak menyadari bahwa kekasihnya dari tadi sibuk memperhatikan rowoon.
"Tentu saja, aku yakin eomma akan senang bertemu denganmu."
Rowoon yang sedari tadi hanya mendengar pembicaraan mereka hanya bisa melanjutkan kegiatan makannya. Harusnya dia sudah terbiasakan seperti ini? Dirinya dan hyeyoon hanya sebatas teman, beda statusnya dengan jaehyun yang merupakan kekasih hyeyoon. Rowoon bukanlah prioritas hyeyoon sekarang, jaehyun adalah seseorang yang memang harusnya dikenalkan oleh hyeyoon ke ibunya.
"Rowoon, tumben banget bawa bekal," ucap doyoung, pria itu biasanya tidak peduli dengan sekitar tapi ia juga merasa jangal dengan bekal rowoon.
"Hanya ingin."
"Lalu kartu kantinmu?" tanya naeun yang ikut penasaran.
"Aku berikan kepada jisoo, aku sudah bilang ke kepala kantin," kata rowoon, jisoo hanya mengangguk saja, berkat rowoon juga ia tidak perlu menunggu lama untuk pembuatan kartu kantinnya. Ia yang akan membayar kartu kantin rowoon selanjutnya.
Hyeyoon mengangguk mengerti, tapi hatinya berkata lain, ada sesuatu yang mengusik dalam dirinya ketika rowoon sepertinya sudah dekat dengan jisoo. Jaehyun juga menatap jisoo dengan tatapan bertanya, jisoo hanya tersenyum saja sebagai jawabannya. Ia tidak boleh berharap bahwa tatapan itu adalah tatapan cemburu jaehyun, ia lelah berharap.
. . .
Rowoon melihat pantulan dirinya dicermin, dirinya yang lengkap dengan baju basketnya. Ia lalu tersenyum, bertanya-tanya pada dirinya apakah ini benar-benar kesempatan terakhirnya untuk bermain basket? Rowoon lalu mencengkram erat gelang kaptennya, gelar yang disandangnya kurang lebih selama 2 tahun ini dan hyeyoon sendiri yang membuat gelang kapten ini.
"Rowoon. Ayo!"
Rowoon lalu tersadar akan panggilan jaehyun lalu segera memakai gelang kaptennya cepat dan berlari kearah luar ruangan.
. . .
Latihan basket itu terasa sangat melelahkan bagi rowoon untuk kondisi tubuhnya yang sudah tidak sebaik dulu lagi, kepalanya sangat berdenyut, rowoon tahu ini adalah keputusannya untuk tetap bermain basket hingga pertandingan ini selesai dan setelahnya ia akan menjalani pengobatan. Rencananya ia juga akan memberitahu hyeyoon setelah pertandingan ini selesai.
YOU ARE READING
Dear You
Teen FictionSeharusnya mereka tau bahwa kehilangan adalah hal yang menyakitkan. Kim hyeyoon bahkan tidak pernah menyadari kelihangan dia akan terasa sesakit ini. "Untuk kamu yang senyumannya aku rindukan."