"Aku selalu berlari kebelakang namun aku tidak bisa, aku selalu melihatmu."Jaehyun melihat hyeyoon keluar dari kamarnya dengan rambutnya yang masih setengah basah. Hyeyoon hingga saat ini masih memilih diam dan jaehyun juga tidak bisa memaksa hyeyoon untuk bercerita.
"Kamu gak apa-apa? Kepalanya sakit?" tanya jaehyun, hyeyoon malah memeluk jaehyun erat dan menenggelamkan kepalanya didada jaehyun.
"Hye..?"
"Jangan sekarang,jae."
Jaehyun mengangguk mengerti mungkin saja hyeyoon belum bisa menceritakannya, ia lalu melihat rowoon yang sudah masuk kedalam rumah hyeyoon bersama ibunya. Ia lalu berdiri dan membungkuk sopan kepada ibu rowoon. Mereka berlima duduk diruang tamu hyeyoon, suasana sedikit canggung. Ibu rowoon dengan berinisiatif untuk mengajak ibu hyeyoon pergi kebelakang untuk berbincang.
"Kamu baik-baik saja kan hye?" tanya rowoon pelan, hyeyoon mengangguk pelan. Harusnya hari ini merupakan hari yang meyenangkan dapat menghabiskan waktunya bersama jaehyun dan ibunya, semua berubah saat kabar itu datang.
"Maaf ya buat kalian khawatir, aku cuman ada masalah sedikit tadi sama eomma, jadi bertindak gegabah," kata hyeyoon berbohong, ia sudah berkompromi dengan ibunya, ia ingin tidak ada yang tahu soal penyakitnya ini.
Kedua pria itu hanya mengangguk saja, mereka tidak bisa memaksa hyeyoon untuk bercerita saat ini. Rowoon memperhatikan wajah lelah hyeyoon, itu membuatnya cukup khawatir dengan kondisi hyeyoon, tapi tidak banyak yang bisa ia lakukan selama hyeyoon masih berstatus kekasih jaehyun sahabatnya.
"Hyeyoon-ah, maaf aku harus pulang, ibu bilang ada hal mendesak jadi aku harus pulang," ucap jaehyun, jujur ia tidak ingin pulang tetapi hari ini ia sudah berjanji menemani jisoo untuk terapi kaki yang sempat tertunda karena hilangnya hyeyoon. Jaehyun tahu seharusnya ia lebih mementingkan kekasihnya tapi ia tidak bisa meninggalkan jisoo seperti itu saja.
"Tidak apa-apa, salam untuk bibi."
"Nanti malam jika sempat aku bakalan kesini, aku mencintaimu," ucap jaehyun sambil mengecup kening hyeyoon sebentar lalu tersenyum singkat kepada rowoon sebelum benar-benar meninggalkan rumah hyeyoon.
"Mau keluar bersamaku?"
. . .
"Jisoo-ah!"
"Oh, jae, gimana hyeyoon udah ketemu?"
"Udah, ayo kita masuk," kata jaehyun sambil mengambil kruk jisoo agar gadis itu bangkit berdiri.
Jisoo mengambil kruk itu dan berdiri, keheningkan tercipta saat mereka berjalan menuju tempat terapi jisoo, jaehyun dengan pikirannya dan jisoo dengan pertanyaannya.
"Nona jisoo boleh langsung masuk saja," kata perawat kepada jisoo, "Apakah tuan ini mau ikut masuk atau diluar saja?"
"Saya ikut masuk saja sus," jawab jaehyun sopan.
YOU ARE READING
Dear You
Genç KurguSeharusnya mereka tau bahwa kehilangan adalah hal yang menyakitkan. Kim hyeyoon bahkan tidak pernah menyadari kelihangan dia akan terasa sesakit ini. "Untuk kamu yang senyumannya aku rindukan."