Start°

491 53 2
                                    

Choi Nara

(n) adik Areum di buku :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(n) adik Areum di buku :

Comedy Romance-Bermuda Line.















































[Jacob's]

Aku melangkah memasuki hujan saat itu, sebuah suara memanggil setiap detak jantung yang menggebu. Pijakan yang tertahan membuat gemersik pohon menimpa. Saat itu lampu jalanan remang karena belum terlalu malam. Aku merasa sendiri karena delusi buruk yang aku buat saat memasuki taman.

Aku baru pulang sekolah, dan aku merasa buruk juga saat ini. Berbagai rintangan disebuah gedung tua barusan membuat aku sedikit sulit merangkai kata-kata. Banyak hal yang membuat aku letih. Termasuk secara mental dan fisik.

Tidak bermaksud untuk pulang, aku memutuskan untuk duduk sendiri di kursi taman sambil menunduk. Banyak hal yang membuat isi otakku penuh, itu membuat aku terdiam sendiri. Asik pada lamunanku sendiri dan hanya bisa diam membisu. Seolah pertunjukan kemarin terangkai kembali di dalam imajinasi, tidak bisa keluar begitu saja dalam satu waktu.

Aku berupaya untuk lupa, tapi pertunjukan itu terbayang.

Sebuah pertunjukan piano dimana seseorang membawakan lagu yang cukup unik, tapi terdengar konyol kalau kata orang lain. Yang terlihat dia hanya diam, tapi aku jujur dapat merasakan emosi disetiap ketukannya. Dia-pianis itu hanya bermain dalam udara, tidak mengerti kenapa demikian. Tapi perasaan yang dia perlihatkan terasa masuk ke dalam hatiku sekarang.

Aku bertanya pada seorang guru disana, dia bernama Kim Wonpil. Seorang guru seni budaya yang sangat kental dalam cara mengajarnya, dia sangat mengerti soal emosi dan musik.

"Itu namanya, four three-three. Itu salah satu komposisi lagu dari Amerika." Kata Pak Wonpil saat itu, "memang seperti itu lagunya, cukup unik. Cuman orang-orang yang peka...dan mengerti cara memainkan dan mendengarnya seperti apa."

"....saya percaya...musik itu bukan hanya untuk di dengar. Tapi musik itu memiliki arti penting juga, yaitu merasakan dan membawa emosi orang yang mendengarnya."

"...musik itu punya nyawa. Layaknya manusia."

Hal itu, yang membuat aku merasakan karma yang sesungguhnya. Dimana aku yang dulu masih sama, mengolok, mencaci maki hati seseorang layaknya mendiskriminasi sebuah karya hebat dari seorang musisi.

4'33 silent.

Itu adalah angka dimana semua karma itu terjadi menimpa seseorang yang jahat seperti aku.

Dan kini aku menyukainya.

Layaknya sebuah nada musik hujan yang terasa, tanpa di duga-duga.

Seorang wanita datang berjalan membawa payung ditangannya, dia berjalan melewatiku tanpa melirik atau menyapa. Langkahnya anggun, pembawaan setiap pijakannya terasa cantik. Bukan hanya membuat jatuh cinta salam satu persekon menit, tapi dia adalah hal yang membuat aku merasakan hal dramatisir untuk pertama kalinya.

Wanita itu melewatiku saat hujan menerpanya tanpa permisi. Dia terlihat seperti angin lalu yang dibuat untuk menyapa, tatapannya tajam entah kenapa. Dia mengeratkan tangan sambil berjalan lurus tanpa memandang. Aku merasa berharap bisa melihat wajahnya.

Hujan terus mengguyur, kini aku merasa mati. Matanya menunjuk padaku, dia tersenyum tipis lalu kembali berjalan. Seolah waktu melambat, juga jantungku kini terhenti, aku menahan nafas untuk kesekian kalinya.

Bayangan masa lalu terbayang lagi, dan jujur ini adalah memori yang menyakitkan.

Dia...

....adalah wanita bisu.








___________________

Cerita ini terinspirasi dari film :

Silent voice (Japan : Koe no katachi)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Silent voice
(Japan : Koe no katachi)

____________________





4'33 || Bae Jacob✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang