3° Nocturne in C Sharp Minor

115 36 2
                                    

"Every difficulty slurred over will be a ghost to disturb your repose later on."
-Chopin

___________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________________




[Jacob's]

:  flashback

Membayangkan sebuah kegelapan tak berujung, seolah lorong itu tidak akan pernah usai saat kamu sentuh setiap ujungnya.

Ini bukan sindrom, tapi ini ketakutan terbesar yang aku pernah rasakan. Dimana aku terjebak dalam zona gelap sendiri, membiarkan orang lain terluka dan aku tertawa diatas hal itu tanpa merasa bersalah sedikit pun.

Aku mengingat setiap momen dimana aku selalu berdiri mendapatnya, mencercanya, menajamkan mata sambil mencekik leher dia sampai puas. Yang lain tertawa, mereka seolah memiliki pasokan oksigen yang banyak untuk melakukan hal yang kurang hajar—mereka tertawa terbahak-bahak.

"BgEr...gen..Ti ." Ucapnya kala itu, pertama kali dalam hidupku aku bisa mendengar suaranya.

Suara yang sangat buruk, sampai rasanya tenggorokanku tercekat untuk mengejeknya di depan muka.

Aku merasa wanita itu sangat buruk. Jauh lebih buruk dari apapun, dia terlihat tidak pantas untuk bersanding dengan semua orang.

Dan lagi, kejadian yang sama terjadi.

Kami berdua ketika itu, di dalam ruang musik yang gelap karena lampu yang dinyalakan meredup beberapa detik. Aku mencekiknya dengan sekuat tenaga, Nara mendorong badanku dengan kedua kakinya tanpa henti.

"KENAPA LO LAKUIN INI?! LO MENYALAHKAN SEGALA HAL ATAS SEMUANYA. GUE TAU! GUE TAU GUE YANG SALAH!" aku berteriak, memakinya dengan keras. Wajahku memerah karena perasaan emosional yang meledak seperti dentuman kembang api diluar sana. "Mama gue sakit, dia gaperlu tau apa yang terjadi terhadap anaknya di sekolah. TAPI KENAPA?! KENAPA LO LAKUIN INI?!" Aku berdiri memandangnya tajam. Meluapkan segala ekspresiku dalam satu waktu dan mematung.

Nara berdiri, menyentuh lehernya yang agak memerah. Dia bernafas dengan sekuat tenaga, menatapku dengan marah sambil mendorongku. "InHI SAlAg khAKhaa! Haarusnya Gaah kAyag gHini!!!" dia menangis menahan marahnya yang terus meluap, dibalik suaranya yang buruk itu Nara terus berusaha berucap. Aku tau dia melakukan itu karena marah.

Dan aku tidak peduli.












Beranjak hari demi hari, kami selalu bertemu. Dia selalu melemparku dengan tatapan yang tajam, entah apa maksudnya.

4'33 || Bae Jacob✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang