Aku beranjak turun dari mini bed ku dengan enggan dan malas. Pikiranku melalang buana hingga sampai ke film horror yang kutonton minggu lalu atas puncak salah satu bukit terdekat. Bulu kudukku meremang. Kuharap bukan gadis dengan senyuman lebar mengerikan yang makin lama makin lebar merobek wajahnya. Hii.
Kuputar knop pintu kamarku dengan perlahan sambil menutup kedua mataku. Antisipasi jika ada jump scare , setidaknya aku tidak perlu melihat wajahnya.
Kriettt...
Decit pintu besar kamarku membuatku semakin merinding.
"kenapa? kau takut?"
Buru buru kubuka kedua mataku saat suara berat yang amat familiar milik seseorang menyapa pendengaranku.
"Ah, kukira siapa, ternyata kau" aku menhembuskan nafas pelan merasa lega ,"tak seperti biasanya, kakak biasanya langsung masuk tanpa mengetuk pintu sama sekali. Ada apa kesini malam malam kakak ku yang paling tampan serumah?"
" Tidak ada, aku hanya merindukanmu, boleh aku masuk?" Aku hanya mengangguk dan menggeser tubuhku agar tak menutupi jalannya untuk masuk kedalam kamarku.
CEKLEK!
Aku menutup pintu kamarku terlebih dahulu sebelum akhirnya mengekor di belakang Felix untuk masuk ke tengah kamarku.
"apa yang kau mau? Cepat katakan, aku mengantuk" tidak biasanya Felix mendatangiku di tengah malam sambil mengetuk pintu kamarku ditambah lagi dengan mengatakan kalau ia merindukan ku. Aneh.
"Nope, tidak ada yang kuinginkan, aku hanya—aku hanya benar benar merindukanmu Lucca" Felix mengambil duduk di sofa kamarku, mulai menyalakan TV dan memilih saluran khusus kartun anak.
"kak.. cukup katakana, ini sudah malam" Aku cukup tidak percaya jika dia hanya kesini karena merindukan ku. Hampir mustahil.
"Emm...." Dia bergumam cukup lama seolah berpikir
"Baiklah jika kamu tidak percaya. Aku punya satu permintaan, sangat mudah dan tidak akan membuat mu rugi sama sekali" ucapnya tanpa mengalihkan wajahnya dari layar persegi yang sedang menampilkan acara kartun cloud bread.
Rasa rasanya aku ingin berteriak tepat di depan wajahnya.
Kesal? Jelas.
Memangnya kucing 2 dimensi terbuat dari kertas itu jauh lebih menarik daripada kehadiran adik kandungnya?
"iya, ada apa?" tanyaku dengan nada yang sangat kentara jika aku berusaha bersabar dengan sangat sangat. Sedangkan ia yang melihatku malah menunjukkan kekehan kecil dari mulutnya.
"Lucca... kau tidak ingat ini hari apa?"
Arghh!! Berhenti mengulur ngulur waktu kuu... aku sedang tidak ingin bermain tebak tebakan.
"apa? Senin? Selasa? Rabu?" jawabku asal.
"Lucca.." kali ini suaranya terdengar jauh lebih serius dari yang tadi. Membuatku mengerjapkan mata berkali kali, "kau tau ? kali ini aku benar benar merindukan mu , aku tidak berbohong. Kau pikir sudah berapa hari kau pulang lewat tengah malam?" aku memperhatikan Felix dari samping dalam diam. Tak lama kemudian Felix mendesah berat lalu tersenyum kecil dan menggeser pandangannya untuk menatapku, matanya dan senyumnya menyiratkan bahwa apa yang ia katakan adalah kebenaran.
"kau boleh mengataiku alay, kau boleh mengataiku seperti anak kecil dan kau juga boleh mengataiku seperti anak gadis remaja labil setelah ini. Tapi aku tidak peduli"
Senyum tipisnya dan sorot mata tulusnya membuatku merasa sangat bersalah sudah memarahinya dan menuduhnya berbohong.
"tanggal 10 september, tak ada yang ingin kau katakana padaku?"