Udara dingin yang membekap seluruh bagian kamarku sudah cukup membuatku berguling guling di atas kasur dengan berbalut selimut seharian. Jika boleh jujur aku sebenarnya sangat sangat bosan berada di kamar seharian dan hanya bergelut dengan selimutku tanpa ada perlawanan. Tapi mau bagaimana lagi, aku tidak boleh keluar kamar sama sekali kecuali bersama Felix itupun dengan batasan waktu.
Ini sudah seminggu sejak aku menemukan Zack yang berdiri tegak sembari bersedekap di depan kamarku. Itu bererti ini juga sudah seminggu sejak aku terbaring sakit. Dan sudah seminggu itu pula Felix mengurungku di dalam kamar dan hanya boleh keluar beberapa saat saja dengan syarat tetap dalam pengawasan lelaki itu. Peraturan Felix sejak hari pertama juga masih tetap berlaku, tidak ada seorangpun yang boleh menemaniku dan menemuiku selain dirinya.
Arghh!! apa dia tidak tau betapa bosannya diriku ini hanya bisa melihat wajah nya seharian. Untung saja ia tampan , setidaknya tidak membuatku muntah pada hari pertama. Tapi sungguh aku benar benar bosan. Andai papa tidak sedang pergi untuk urusan bisnis, setidaknya aku bisa berbincang dengan papa melihat dan mendengar suara dan wajah yang berbeda, tidak hanya Felix.
Hebatnya Felix, lelaki itu bahkan menendang jauh jauh Zack dari pintu kamarku, yah, Felix juga melarang Zack yang biasanya berkeliaran di sekitarku dengan jabatan pengawal pribadiku. Yah, untuk urusan yang satu itu, aku setidaknya bisa sedikit bersyukur dengan peraturan kakak kandungku tersebut.
Jadi Felix benar benar melarang Zack menemuiku, meski sekedar masuk kamarku ketika aku tertidur pun Felix tetap pada pilihannya yang tidak mengizinkan Zack melihatku sama sekali. Padahal beberapa kali aku mendapati suara Zack yang merengek di depan pintu pada Felix, meminta kakak ku itu untuk membukakan sedikit pintu ini untuknya. Dari suaranya, aku tau lelaki itu meminta dengan sepenuh hati. Terkadang rengekannya membuatku menggigit bibir bawahku kecil. Terbesit rasa tidak tega tapi bagaimana lagi. Membujuk Felix adalah hal yang sia sia dan lagi aku masih menyimpan sedikit kesalku padanya.
Aku meraih ponselku dari atas nakas dan mulai mengecek pesan baru yang masuk. Mungkin ada pesan dari Zey atau Ederly ,atau mungkin ....Zack? Ah bodoh! lelaki itu merengek di depan kamarku tetapi sama sekali tak mengirimiku pesan apapun. Terbesit rasa menyesal telah merasa tidak tega padanya, tapi sungguh aku tidak bisa tidak tega padanya, ia memohon mohon pada Felix sebegitunya tapi di sisi lain aku juga sangat kesal dengan lelaki itu. Arghh... sudahlah lupakan Zack, ini hanya akan membuatku semakin pusing.
Oke, cukup, kemali pada ponselku. Aku mendapati beberapa lampiran materi dan tugas yang harus dikumpulkan lusa, pesan itu dari Zey. Jariku mengetuk akun Ederly. Memastikan pesan apa yang dikirimkannya.
Selama seminggu ini sudah jelas aku harus izin tidak masuk sekolah. Tapi demi tidak terlalu tertinggal materi dan informasi terkini seputar sekolah, Ederly dan Zey dengan senang hati mengirimkanku materi terbaru, tugas, dan informasi terkini tentang gosip yang beredar di sekolah. Yah, untuk hal yang terakhir itu tidak penting sebenarnya tapi Ederly bilang agar aku tidak terlalu terkejut saat kembali masuk nanti.
Dan yah... kupikir seminggu itu tak akan ada gosip apapun yang cukup mengguncangkan sekolah. Ternyata aku salah. Salah besar, bahkan gosip yang peredar itu cukup membuat beberapa anak gadis menangis patah hati. Mau tau apa? yah, Zack di kabarkan Dating dengan seorang anak pindahan. Jujur saja aku cukup terkejut, karena selama ini Zack bahkan tak punya inisiatif mendekati gadis manapun tapi yang membuatku lebih terkejut adalah papularitas Zack yang sudah mirip dengan para idol diluar sana. Bayangkan saja kabar datingnya membuat seantero sekolahan menjadi seperti pasar. Anak gadis benar benar terguncang mendengarnya. Mengerikan.
"Huh!"aku mendengus sebal mengingat lagi tugasku yang bertumpuk dan arus ku kerjakan seorang diri di tambah lagi beberapa pelajaran yang belum kupahami. Jika aku terus seperti ini aku akan tertinggal jauh. Bisa bisa aku harus lembur hingga jam 12 malam setiap harinya setelah ini. Ah, membayangkannya saja membuatku bergidik, mengerikan, aku tidak mau kehilangan jadwal healing time rutin ku yang biasa ku laksanakan di puncak ataupun rooftop sebuah gedung.