"Ayo, kutraktir." suara kembali mengalun, menyapa indra pendengaranku. Bukan mengalun lembut, tetapi mengalun menyebalkan. Ck.
Oh Zey, cepatlah kembali.
Namanya Array. Gadis berambut gelombang bak brand ambasador sebuah sampo itu bernama Array. Gadis anggun yang penuh kebohongan. Seluruh penjuru sekolah juga tau jika gadis yang berhobi memakai sepatu high heels ke sekolah itu mengejar Arka, lelaki berwajah manis dengan lesung di kedua pipinya.
Ah... bodoh sekali kau Lucca. Kenapa baru sadar?
Baru 2 hari yang lalu aku bertemu dengan lelaki lesung tersebut di taman belakang sekolah. Ah, lebih tepatnya aku sedang menenangkan diri di sana dan lelaki itu mendatangiku lalu mengatakkan dengan gamblangnya jika ia ingin mendekatiku. Karena ia mengutarakannya dengan berani maka aku harus menjawabnya dengan berani juga kan? maka ku jawab "Tidak tau diri"
Hey, aku tidak gila untuk menerima pernyataan dari salah satu otak dan pelopor teman teman untuk mengolokku. Aku tidak sebodoh itu untuk menerima laki laki tidak tau diri itu.
Jadi, kesimpulannya Array berdiri di hadapanku saat ini sudah pasti memiliki keinginan. Apapun itu. Kemungkinan terbesarnya adalah suatu hal yang berhubungan dengan lelaki manis yang sayangnya sangat tidak tau malu itu.
Ugh.., menyadarinya membuat emosiku semakin memuncak. Ayolah Zey, cepatlah kembali sebelum aku menghabisi gadis ini dengan kedua tanganku sendiri.
"Hey!" gadis itu melambaikan tangannya di depan wajahku, "Lucca? ayo, jangan melamun. Kau boleh membeli apapun deh, mumpung aku sedang baik." Gadis ini belum menyerah ternyata. meskipun aku sudah mendiamkannya beberapa saat.
"Tidak perlu, terimakasih, tapi aku tidak lapar sekarang. Mungkin kau bisa mentraktir yang lain jika sedang banyak uang." Ucapku sambil memasang senyum termanisku yang bisa kulukiskan di wajahku, berharap dia pergi dari pendanganku secepatnya.
Oh Zey... mengapa kau lama sekalii?
Baiklah jika Zey tidak dapat membantuku, aku bisa mencari bantuan lain. Yahh... bantuan lain yang mungkin tidak logis dan memang tidak logis.
Oke, akan kucoba mengirimkan sinyal meminta bantuan pada Ederly. Sangat aneh memang. Tapi aku hanya berharap ia meneangkap sinyalku dan membantuku pergi dari situasi menyebalkan ini agar aku tak melayangkan tinjuku pada wajah cantik Array.
"Tapi aku sedang ingin bersama mu." balasnya dengan nada yang di buat buat dan bibir mengerucut dan wajah memelas. Menjijikkan.
Ish, pergilah segera dari hadapanku sebelum aku membuatmu terbaring di ranjang rumah sakit selama 2 hari.
"Kurasa gadis di pojok sana sedang lapar, ray." Kutunjuk gadis yang sedang terduduk diam sendirian di pojok kelas sambil menatap botol minum di hadapannya dengan penuh harap. Dia benar benar terlihat lapar, aku tidak berbohong.
"Tapi aku ingin dengan mu."rayunya lagi.
Aku mendengus kesal, tak ada habis habisnya gadis ini mengajakku.
Baru saja aku hendak bangkit mengiyakan ajakannya sebelum akhirnya aku mendudukkan kembali tubuhku saat aku mendengar sebuah langkah mendekat dan tak lama kemudian seseorang menyentuh bahuku.
Bagus Ederly, sepertinya kita punya telepati yang bagus hingga kau bisa mendengar perimintaan tolong ku.
"Kalau dia sudah menolak, jangan dipaksa." Suara dinginnya menyapa kedua telingaku. Seketika tubuhku menegang.
Ini bukan suara Ederly.
**********
"Omong omong, katanya fans gadis itu bertambah lagi.'