"Permainan apa yang tengah kalian mainkan?."
~Bulan~
Bintang terperangah, menatap tidak percaya ke-arah Angkasa yang masih tampak santai walau wajahnya lebam-lebam.
Bulan yang kesal menghampiri Angkasa. Angkasa menaikkan alisnya saat melihat Bulan berdiri di hadapannya.
Plak!
Angkasa terkejut saat tiba-tiba Bulan menamparnya, bukan cuman Angkasa, tapi semua yang menyaksikan itu terkejut bukan main.
Mata Bulan berkaca-kaca. "Lo tau ... lo orang paling munafik yang pernah gue kenal. Buang semua kata-kata motifasi dari mulut kotor lo. Lo gak tau gimana tersiksanya gue berkorban, dan dengan mudahnya, lo ngerusak hal yang udah gue korbanin. Lo jahat, Angka." Ucapan Bulan menampar Angkasa secara tidak langsung.
Angkasa terdiam, cowok itu sama sekali tidak berniat untuk membalas ucapan Bulan.
Bulan berlalu pergi, meninggalakan orang-orang yang masih menatap terkejut dirinya. Bulan marah, apa Angkasa tidak memikirkan perasaannya? Bulan sudah berusaha mati-matian untuk melepaskan Langit, tapi Angkasa malah pacaran dengan Mentari? Jadi untuk apa dia berkorban selama ini?
Bintang melepaskan tarikannya pada kerah baju Langit.
Bintang menunjuk Angkasa. "Lo ... terserah!" Bintang beranjak pergi, lelah dengan semua yang terjadi. Bintang terlalu malas untuk melerai pertengkaran keduanya, Bintang pusing, jalan pikir teman-temannya sangat tidak bisa di prediksi.
Bintang pergi ke kelas untuk menaruh tasnya, upacara sebentar lagi akan di mulai, bodo amat dengan Langit dan Angkasa yang akan di panggil ke-ruang BK.
Pelajaran pertama dan kedua berlangsung dengan lancar, namun aura permusuhan sangat terasa dari Langit dan Angkasa. Langit memutuskan untuk duduk di belakang, sepertinya cowok itu tidak mau satu meja dengan Mentari.
Mereka tidak bersama ke-kantin seperti biasanya. Angkasa pergi dengan Mentari, Bintang pergi dengan Bulan dan Embun, sementara Langit memilih untuk tetap tinggal di kelas.
Baru saja duduk di bangku kantin, Bulan minta izin mau ke-toilet, saat Embun ingin menemani Bulan, Bulan menolak, katanya dia bisa pergi sendiri.
"Gue lupa ngambil ponsel gue di laci, lo pesan bakso aja tiga ya, Mbun. Gue ke kelas bentar," ucap Bintang yang segera di angguki Embun.
Bintang menyusuri koridor seorang diri, Bintang berhenti tepat di depan pintu kelasnya. Tangan Bintang terkepal, di dalam kelas ada Langit dan Bulan yang tengah berpelukan. Sial, Bintang memalingkan wajahnya, malas melihat adegan pelukan Langit dan Bulan. Bintang berdecih, sejak kapan toilet pindah ke kelasnya?
Bintang mengontrol ekspresinya menjadi santai kembali, cowok itu masuk kedalam kelas. Melewati Langit dan Bulan, seakan tidak melihat keduanya. Langit dan Bulan sontak melepaskan pelukannya saat melihat kehadiran Bintang.
Bintang segera mengambil ponselnya, saat ingin keluar kelas, cowok itu di hadang oleh Bulan.
"Lo ngapain?" tanya Bulan.
Bintang menaikkan sebelah alisnya, melipat tangannya di depan dada. "Ponsel gue ketinggalan. Dan ... setau gue di kelas gak ada toilet," ucap Bintang sedikit ketus.
Bulan tersentak, cewek itu mencekal pergelangan tangan Bintang saat Bintang ingin pergi.
"Bintang...." Wajah Bulan terlihat merasa bersalah.
Bintang menghela nafas kasar, cowok itu menepis tangan Bulan yang mencekal tangannya. "Jangan lupa, nanti pulang sekolah kita ke Dokter."
Setelah mengatakan itu Bintang benar-benar pergi dari hadapan Bulan. Bulan menatap punggung Bintang yang kian menjauh, ada perasaan bersalah yang menyelimuti hati Bulan.
Langit menepuk pundak Bulan, menyadarkan Bulan dari lamunannya.
"Lo gak papa, 'kan?" tanya Langit memastikan.
Bulan mengangguk, tapi pikirannya tetap tertuju pada Bintang. Bulan memutuskan untuk tidak ke-kantin, cewek itu menemani Langit di kelas.
"Lo gak ketemu Bulan, Bin? Kok Bulan belum balik juga, ya? Gue khawatir," celetuk Embun.
Bintang menggelengkan kepalanya, cowok itu makan dengan cepat, lalu meninggalkan Embun sendiri di kantin. Embun mengernyit, ada apa dengan sepupunya itu?
Embun memijat pangkal hidungya, frustasi melihat tingkah teman-temannya, apa lagi saat mengetahui Angkasa dan Mentari pacaran. Itu terlalu aneh menurut Embun.
Rumor Angkasa dan Mentari yang pacaran menjadi topik pembicaraan murid jurusan IPA. Semua orang tentunya tidak menyangka, terlebih lagi selama ini Mentari dekat dengan Langit.
Angkasa dan Mentari tampak cuek-cuek saja, seakan tidak peduli dengan opini orang lain tentang hubungan mereka. Mereka juga tampak mesra, hal itu semakin menimbulkan banyak pertanyaan di kepala Embun. Apa yang sebenarnya terjadi? Setau Embun, Mentari sangat mencinta Langit, tapi kenapa ... ah! sudahlah, Embun lelah berpikir, sebaiknya dia mencari keberadaan Bulan saja.
Embun menemukan Bulan yang tengah menelengkupkan kepalanya di atas meja. Embun menghampiri Bulan, lalu menepuk pundak sahabatnya.
"Lo kenapa?" tanya Embun.
Tidak ada sahutan dari Bulan, cewek itu sama sekali tidak terusik dengan kehadiran Embun.
Embun menggoyang-goyangkan bahu Bulan, berharap Bulan merespon panggilannya, tapi hasilnya nihil, Bulan tetap tidak bergerak.
Embun yang curiga, menempelkan punggul tangannya pada dahi Bulan, Embun spontan menarik tangannya saat merasakan suhu tubuh Bulan yang tinggi.
"Lan, bangun, Lan." Embun berusaha membangunkan Bulan, namun hasilnya tetap sama.
Langit yang baru saja kembali dari toilet, mengerutkan alisnya saat melihat Embun yang terus memcoba membangunkan Bulan.
"Bulan kenapa, Mbun?" tanya Langit pada Embun.
Embun menoleh, wajahnya terlihat sangat cemas. "Badan Bulan panas, gue udah berusaha bangunin Bulan, tapi Bulan gak bangun-bangun," jelas Embun dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Langit segera membawa Bulan dalam gendongannya, Langit berjalan menuju UKS dengan Embun yang mengikuti di belakang.
Bintang yang tengah bermain basket di lapangan, melihat Langit yang tengah menggendong Bulan, cowok itu meremas bola basket di tangannya.
Apa dia harus berkorban lagi sekarang? Sepertinya Bulan memang masih mencintai Langit.
Lah? Mana bisa gitu woe T_T
Hayyeo ku up, buahhaha(ketawa jahat).
Jangan lupa klik bintang di pojok kiri, makaseh❤💥
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan story: Cinta segi banyak [END]
Teen FictionFollow akun wp author terlebih dahulu❤ Cover by; @Lhansaaat_ [Revisi setelah end] Bulan di tinggalkan oleh orang tuanya semenjak ia bayi. Bulan di tinggalkan oleh sahabatnya, Bunga saat berusia 15 tahun. Bulan sudah terlalu biasa di tinggalkan, me...