1. Bertemu Lagi

47 21 19
                                    

Raina syaqilla

Raina sosok gadis idaman di sekolahnya. Raina sangat ramah,dan selalu respon dengan siapapun.

Tapi itu hanyalah mereka, yang mengetahui satu sisi saja dari Raina.

Sebenarnya, ada banyak rahasia di balik sifatnya yang selalu actiotink.
Raina memendam rahasia itu sendiri, bahka Kinan, dan Resya saja tak mengetahui hal itu.

****

Mendung di sore hari sangat pekat, sepekat perasaan Raina saat ini. Raina berjalan lunglai sendiri menuju komplek pemakaman ayahnya.

Perasaan Raina saat ini sangat sulit untuk dikendalikan. Sepulang sekolah, Raina memilih untuk pergi ke pemakaman ayahnya.

Raina sudah tidak kuat membendung rasanya sendiri. Ia ingin cepat cepat sampai ke tpu.

Hanya ayahnya lah yang selalu mendengarkan keluh kesah Raina saat ini.  Ia belum siap menyeritakan hal itu kepada semuanya.

"Belum saatnya mereka tahu", entah Raina bicara dengan siapa. Namun, seakan akan mulut Raina memaksakannya untuk berbicara.

Di depan sana sudah terlihat gapura tpu surya pangga, dengan di hiasi polesan kaligrafi yang sangat memikat hati semua pengunjung.

Raina mempercepat langkahnya, memasuki tpu.

"Sore neng gelis, nambah hari nambah cantik aja nih, ya", sapa seorang kakek tua yang berada di depan gapura.

Dia adalah pak Rosyidi, yang selalu setia mendengarkan tangis suci para jenazah di tpu itu.

Namun, orang yang disapanya tidak menggubrisnya. Seakan akan Raina tidak menganggap Keberadaan Pak Rosyidi.

Entah apa yang di rasakan Raini saat ini. Raina yang sekarang sangat berbanding terbalik dengan Raina yang orang orang kenal.

Raina terus berjalan melewati pak rosyidi tanpa melihatnya. Raina memberi seribu tanda tanya kepada pak rosyidi.

Pak rosyidi sangat heran kepada raina. Raina tidak biasanya seperti ini. Raina yang pak Rosyidi kenali tidak ada disini, lalu siapa dia?

Mata raina terfokuskan melihat satu satu batu nisan yang iya temui.

Disana, ada batu nisan yang behastag Denni wicaksono bin wicaksono. Raina tersenyum parau melihat nisan ayahnya.

Raina terjatuh di samping ayahnya, yang sedang tertidur pulas. Tangis Raina seketika itu jatuh membasahi tanah. Sekuat apapun Raina cegah, air matanya terus memaksakan untuk keluar.

Hiksssss.... Hikkksssss......

Raina mulai terisak. Raina memeluk erat tanah kubur ayahnya.

"Pah, Raina pengin curhat ke papah", isak Raina mulai tak terkontrol.

"Raina lelah pah, lelah, nahan semua ini. Raina lelah pura pura baik di depan mereka semua. Raina sakit, pah"

Hikss.... Hikkssss

"Raina bingung harus gimana lagi pah, Raina belum siap nerima kenyataan ini", Raina terus terisak

"Kenapa papah pergi ninggalin Raina sendiri. Raina kangen sama papah, andaisaja papah disini, di samping Raina, menemani Raina berjuang".

Entah apa yang di rasakan Raina saat ini. Raina sendiri, pun tidak mengetahuinya. Perasaan sesak bercampur senang bisa menjenguk ayahnya lagi, sore ini.

Raina sangat menyayangi ayahnya, hingga di akhir hayatnya,pun Raina selalu berada di samping ayahnya.

Raina sangat dekat dengan Denni dulu, kemanapun selalu bersama.

About You (on Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang