•Flashback•
"aku tidak yakin dia akan bersikap baik nanti.."
ujar Park Sinhye cemas.Seulgi hanya tersenyum tenang, masih menyandarkan tubuhnya ke tembok bercat putih itu.
"katamu dia sudah terapi 3 tahun kan? bahkan dirimu tak pernah mencoba menguji seberapa kuat dia dalam menghadapi masalah. Bagaimana mau sembuh?""oh atau jangan-jangan memang sengaja ya membuatnya tetap sakit dan tetap terapi agar kamu bisa terus didekatnya? sekarang sudah suka perempuan,eoh?" ucap Seulgi menyelidik.
Yang menjadi lawan bicaranya bersungut. Omongan Seulgi kadang benar tapi terkesan menyebalkan karena nada bicaranya yang cuek.
"tidak, mana mungkin aku membiarkan pasien tidak sembuh. dokter macam apa aku? dan jika aku suka perempuan, memang apa urusannya?" balas Sinhye tak mau kalah.
Seulgi terkekeh selepas mendengar jawaban dari rekannya itu, " Sinhye , aku hanya bercanda tentang kondisi pasienmu. Jangan terlalu dipikir. Tapi untuk yang suka perempuan, aku serius. Sejak kapan ? Setauku kamu phobia dengan hal berbau LGBT?"
Sinhye hanya mengendikkan bahunya pelan, enggan menjawab. Bukan tidak mau, tapi tidak tahu mau dibalas apa. Dirinya pun tidak tau apa dia benar menyukai perempuan atau tidak? Mungkin setelah pindah nanti, dia bisa mengujinya.
"apa kamu yakin dengan semua rencana ini?" Sinhye bertanya dengan nada lantang pada Seulgi.
"yakin. aku tak pernah seyakin ini." jawab Seulgi mantap. Keduanya kemudian masuk ke mobil yang sedari tadi sudah terparkir di halaman rumah yang baru saja Seulgi beli psca kedatangannya di Seoul.
Seulgi sengaja membeli rumah karena dirinya tidak suka suasana apartment yang sempit dan sepi. Baginya rumah lebih luas dan nyaman.
Kedua dokter ini mengendarai mobil menuju satu tempat yang sama. Yaitu kediaman Joohyun.
—
Joohyun terduduk di sofa ruang tengahnya. Saat ini dihadapannya hanya ada sosok dokter yang akan menjadi dokter tetapnya nanti.
Pandangan Joohyun masih kebawah,merunduk. Joohyun masih belum
berani bertatap mata dengan si pemilik monolid itu. Sebab kejadian tadi sungguh memalukan baginya.Memeluk orang asing yang bahkan belum sempet bertegur sapa denganmu. Jangan dibayangkan. Joohyun sangat malu.
Sementara Seulgi yang terduduk dihadapan Joohyun masih setia menunggu sembari mengamati apa yang dilakukan wanita di depannya ini. Mencoba menerka nerka apa yang akan dilakukannya selanjutnya.
Bagi Seulgi, Joohyun penuh kejutan. Mulai dari ketika dia menemukan banyak orang mengerumuninya yang pingsan di sevel. Hingga tadi saat dirinya baru saja masuk, wanita yang sedari tadi diam ini langsung berlari dan memeluk Seulgi erat.
"Lalu sekarang? apa lagi yang akan dilakukannya? Sungguh sulit ditebak." ucap Seulgi dalam hati
"terima kasih sambutannya nona. Ini sangat mewah dan nyaman."
Joohyun menautkan kedua alisnya, bingung. Apa maksudnya sambutan?
"apa maksudnya?"
Seulgi terkekeh kecil sambil memindahkan kaki kanannya untuk naik keatas kaki kirinya.
"untuk sambutan perayaan natal yang sedikit terlambat ini?" ujar Seulgi seraya memandang sekeliling ruangan dimana penuh dengan dekorasi natal. Perapian diujung sana pun tak luput dari hiasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Dream ☘︎ {Seulrene}
FanfictionBagi Joohyun, Seulgi adalah obat. Tapi bukankah kita tidak bisa selamanya bergantung pada obat? Pindahan dari AU-