"Tha?! Sini masuk."
"Lagi rubah konsep, Ry?"
"Iya, gue mau nyediain tempat buat mini cafe gitu?"
"Waah keren."
"Keren tapi capek."
"Nggak apa-apa capek sekarang daripada capeknya pas tua."
"Pelan sih itu ngomongnya tapi dalem Mbak, nusuk sampe hati." Kelakar Gery, Vitha tersenyum lebar. "Gue capek soalnya gue kejar tayang. Secara vape store gue nggak bisa tutup lama-lama. Tapi pas mau finishing gini bagian yang ngecat malah nggak masuk."
"Ngecat apa sih?"
"Ngecat tembok."
"Sini."
"Apanya yang sini?"
"Mana cat sama kuasnya."
"Buat apa?"
"Ya buat ngecat."
"Siapa yang mau ngecat, lha si bapaknya hari ini izin."
"Aku yang ngecat."
"Hah?"
"Kenapa?"
"Kamu mau ngecat?"
"Iya sini mana cat sama kuasnya? Katanya pengen cepet beres." Gery bergeming, Vitha mengedarkan pandangannya, hingga akhirnya ia menemukan cat dan kuas. "Ini?" Tanya Vitha memastikan. Gery mengangguk lemah sembari menatap Vitha lekat.
"Yakin bisa?"
"Bisa, tenang aja." Vitha pun segera ambil posisi. Gery masih di tempat semula. Pelan tapi pasti Vitha memulai aksinya. Gery sampai menatap takjub pada sahabatnya itu.
"Tha, gue baru tahu lu jago ngecat. Kok bisa sih?" Gery penasaran. Vitha hanya mengulas senyum tipis. Gery lalu beranjak dan tidak lama kemudian kembali dengan sebotol air mineral. "Turun dulu, Tha. Minum." Titah Gery, Vitha patuh. "Duh sampai keringetan gini." Gery mengusap keringat di dahi Vitha. Vitha terkesiap. "Kenapa?"
"Nggak usah, nanti biar aku ngelap sendiri."
"Nggak apa-apa, biar aku lap-in aja."
Semakin kamu gini, semakin aku baper, Ry. Batin Vitha.
# # #
"Kak." Angga memeluk haru Chris. "Semoga istiqomah." Ucap Angga. Chris mengangguk.
"Terima kasih, Ga." Chris tersenyum penuh makna, setelah berpelukan dengan Angga, ia lalu menghampiri Rudi. "Terima kasih, Pak." Rudi mengangguk. "Sekalian saya mau pamit sama bapak dan keluarga." Ucap Chris mantap.
"Kamu mau kemana, Chris?"
"Saya mau hijrah. Entah kemana tapi mungkin sementara saya cari kost-an atau kontrakan."
"Kamu nggak kerasan tinggal di tempat bapak?"
"Bukan begitu, Pak. Saya malah kerasan sekali tapi saya juga nggak mau merepotkan bapak terus. Terlebih jarak rumah bapak dan orangtua saya berdekatan. Saya tidak ingin ada masalah."
"Bapak paham."
"Terima kasih, Pak."
"Terus kamu udah dapat tempatnya?"
"Belum sih, Pak. Tapi kemarin sempet lihat-lihat di iklan baris. Mau coba cek langsung kesana."
"Ya sudah hati-hati, Chris. Semoga kamu Istiqomah. Ada apa-apa jangan sungkan hubungi bapak atau Angga." Pesan Rudi, Chris mengangguk. Mereka pun saling berpelukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Luar Biasa
Любовные романыKadang kita mencintai tanpa dicintai dan juga dicintai tanpa mencintai. Tapi bagaimana jika semesta berkendak kita bersama? Bisakah seiring tanpa saling mencintai? Atau perpisahan lebih baik? Disclaimer : Cerita hanya khayalan belaka. Jika terdapat...