29 Desember 2019.
Tiga bulan lalu Jeong Won berpikir bahwa hari ini akan menjadi tanggal keberangkatannya menuju Itali, untuk mengejar mimpi masa kecilnya untuk menjadi Pastor. Namun ternyata manusia hanya bisa berencana, Tuhan lah yang menentukan. Alih-Alih di bandara, ia kini berada di Yangpyeong, di halaman rumah ibunya, siap untuk memberi kabar pada Jung Rosa bahwa ia akan tinggal. Ahn Jeong Won, akan tetap menjadi dokter. Seperti yang ibunya inginkan. Seperti yang teman-temannya harapkan. Seperti yang ia sendiri akhirnya sadari.
"Let's go," Jeong Won bergumam pada dirinya sendiri, melangkah mantap menuju pintu dan menekan tombol pin.
"Oh?" Pintu tak terbuka. Nomor pin yang ia masukkan tak berfungsi. "Ah Eomma?! Kenapa pin-nya diganti? Ini aku, Jeong Won. Eomma? Buka pintunya!"
"Silho! Kalau kau kemari hanya untuk pamit. Sana pergi! Aku tak mau bertemu denganmu!" Teriak ibunya dari balik pintu.
"Bukan itu, ada banyak yang ingin kuceritakan. Makanya buka dulu pintunya." Jeong Won mengetuk pintu dengan tak sabar. Ia sama sekali tak menyangka ibunya akan bertindak seperti ini. "Ah Eomma! Aku tak pergi! Aku tak akan ke Itali!"
Ceklek!
"Jinjja?" Pintu terbuka sedikit, ibunya mengintip dari balik pintu. Wajahnya tampak separuh curiga, separuh berharap.
"Jinjjayo. Makanya izinkan aku masuk." Ujar Jeong Won sambil tersenyum, meyakinkan ibunya.
"Aigoo~ uri adeul!" Ro Sa menghambur ke arah Jeong Won, mendekapnya erat. "Akhirnya semua doa-doaku terjawab. Terimakasih Tuhan. Ayo! Ayo masuk. Kau lapar? Kau pasti belum makan. Tunggu sebentar ya, akan kusiapkan guksu kesukaanmu." Ro Sa menarik Jeong Won masuk ke dalam rumah dengan riang. Tuhan mengabulkan doa-doanya. Putra bungsunya akan tetap menjadi putranya.
Terimakasih, karena telah membuatnya untuk tetap bersamaku.
***
"Jelaskan semuanya." Jeong Won baru saja meletakkan mangkok kosong di meja saat melihat ibunya mencondongkan tubuh ke arahnya dengan tak sabar.
"Ah sebentar dulu, aku belum minum, Eomma!"
"Arraseo, arraseo. Nah, ini minum dulu." Rosa menuang air ke dalam gelas dan menyerahkannya ke Jeong Won. "Sudah? Sekarang ayo ceritakan semuanya padaku."
"Oke, pertama-tama. Aku sudah memutuskan untuk tak pergi ke Itali. Aku akan tetap menjadi dokter."
"Kalau begitu kau sudah melepas mimpimu itu, mimpi untuk menjadi Pastor?"
"Ya, aku akhirnya menyadari kalau panggilan jiwaku adalah untuk menjadi dokter." Ujar Jeong Won tersenyum menatap ibunya yang kini tampak berkaca-kaca. "Ah Eomma, kenapa menangis?"
"Oh anakku." Rosa mengusap air matanya, "ini air mata bahagia. Aku sangat bahagia." Gumam Ro Sa sambil menepuk halus pipi anak bungsunya, "jjalhaesso, jjal saenggakhaesso. Oh, sebentar, ada yang ingin kuberikan padamu." Ro Sa bangkit dan berjalan menuju kamarnya.
"Apa ini, Eomma?" Tanya Jeong Won saat Ro Sa menyerahkan sebuah amplop berwarna cokelat padanya.
"Itu uang tabunganmu yang kau simpan untuk hadiah ulangtahunku. Aku sudah mendapatkan hadiah yang tak terkira, sudah saatnya ini kukembalikan padamu."
"Aniyo, Eomma. Ini kusiapkan untukmu. Bagaimana mungkin kuambil lagi, tidak."
"Eeeiii~ kau bahkan sudah menjual mobilmu. Kau pasti butuh uang untuk membeli mobil karena sekarang kau sudah memutuskan untuk tinggal." Desak Ro Sa.
"Ibu tampaknya sudah lupa, biar bagaimanapun juga, aku kan pewaris. Jangan Khawatir, aku punya cukup simpanan untuk membeli mobil." Jeong Won tertawa saat melihat ekspresi khawatir di wajah ibunya, "aigoo~ gokjeongmaseyo. Uangku cukup. Lebih dari cukup untuk membeli mobil, dan sebuah apartemen." Senyum simpul menghiasi wajah Jeong Won.
"Apartemen?" Tanya Ro Sa dengan mata menyipit. Sudah sejak lama ia mendesak Jeong Won untuk berhenti merepotkan Jun Wan dan mulai tinggal sendiri. Ia bahkan sudah berkali-kali mencoba membelikan sebuah apartemen untuk Jeong Won, tapi anaknya selalu menolak. Kini si bungsu yang keras kepala ini bahkan sudah berpikir untuk membeli apartemen sendiri. Ada apa ini?
"Wae? Tampaknya ada hal lain yang belum kau ceritakan padaku, Ahn Jeong Won." Selidik Ro Sa, ia mengamati wajah Jeong Won yang tiba-tiba tampak kikuk. "Mwonde? Apa ada hubungannya dengan Jang Gyeo Ul Sonsaengnim?"
Mwoya?! How did she know?
"Aigoo~ aku ibumu." Ujar Ro Sa, seolah bisa mendengar suara hati Jeong Won. "Aku pernah tak sengaja melihatmu sedang berbicara dengan Dokter Jang di taman. Hanya butuh waktu semenit untukku menyadari kalau kau menyukai gadis itu." Rosa tersenyum puas melihat Jeong Won yang kini hanya menatapnya dengan terkejut. "Kau mungkin bisa berbohong dengan bibirmu, anakku. Tapi wajahmu? Wajahmu tak akan pernah berbohong."
"Eomma..."
"Kapan-kapan ajak dia kemari ya. Segera cari mobil yang bagus dan apartemen yang layak. Sudah saatnya kau memikirkan hidupmu sendiri. Siap-siaplah,this is your new chapter in life."
KAMU SEDANG MEMBACA
New Chapter In Life
FanfictionSelama ini Ahn Jeong Won selalu berpikir kalau ia akan 'pergi', makanya ia berusaha untuk tak terikat pada hal-hal duniawi. Namun ternyata Tuhan punya kehendak lain, Jeong Won menyadari bahwa ia ingin 'tinggal'. Dan mulai sekarang, ia harus mulai me...