Untitled Part 5

529 45 0
                                    


 "Your favorite's here." Seru Jeong Won riang saat Gyeo Ul membuka pintu apartemennya. Ia mengayunkan plastik berisi Egg Drop dan dua cup coffee latte, ice untuk Gyeo Ul dan hot untuknya sendiri.

"Woah, sandwich!" Gumam Gyeo Ul, mengambil plastik berisi Egg Drop dengan senang.

"What? No kiss for me?" Gumam Jeong Won saat Gyeo Ul berbalik masuk ke dalam apartemen sambil bersenandung riang. Jeong Won menggelengkan kepala sambil tersenyum, ia tak pernah menyangka kalau rutinitas akhir pekannya yang biasanya ia isi dengan mengunjungi ibu, kakak-kakaknya, atau rumah Ik Jun kini berubah. Apartemen Gyeo Ul selalu menjadi tujuan pertamanya di akhir pekan. Jeong Won masih rutin mengunjungi ibu dan kakak-kakaknya tentu saja. Tapi ia selalu mampir ke apartemen Gyeo Ul terlebih dulu, bahkan seringkali pergi bersama. Sabtu pagi dan apartemen Jang Gyeo Ul sudah menjadi rutinitas barunya selama tujuh bulan ini.

Dan kini ia tak sabar untuk menempati apartemennya sendiri.

Menikmati Sabtu pagi, di rumahnya sendiri, bersama Gyeo Ul..

"Oppa? Sedang apa berdiri di depan pintu? Ayo masuk!"

"Oh? Keurae.." Jeong Won bergegas menghampiri Gyeo Ul yang sedang berdiri di counter dapur, mengeluarkan sandwich dari plastiknya dan menatanya di piring. "Gyeo Ul-ah? Kaosku nyaman?" Tanya Jeong Won, ia menatap jahil ke arah Gyeo Ul yang memakai kaos putih miliknya dengan celana jeans pendek dan handuk yang dililit di kepala.

"Ah ini? Hm..kaosmu longgar, enak dipakainya." Jawab Gyeo Ul, ia kini sudah berdiri hadapan Jeong Won. "Waeyo? Apa tak boleh kupakai?" Gyeo Ul melingkarkan kedua tangannya di leher Jeong Won, mengusap rambut kekasihnya pelan.

Jeong Won tersenyum. This little minx.

"No, I like it." Jeong Won melingkarkan tangannya di pinggang Gyeo Ul, menariknya mendekat. "You. Wearing my shirt. Kinda sexy, you know." Bisiknya puas karena melihat rona merah di pipi Gyeo Ul.

Makes me wanna kiss you. Right here. Right now.

And he did it.

Jeong Won menunduk dan mencium bibir Gyeo Ul. Membawanya dalam pagutan lembut dan dalam.

"Alright, now stop kissing me." Gyeo Ul menangkup pipi Jeong Won dengan kedua tangannya dan memberikan kecupan singkat.

"Ah wae~?" Rengek Jeong Won, memajukan wajahnya, bermaksud untuk kembali mencium bibir Gyeo Ul.

"Oppa, stop! Aku belum sarapan, belum siap-siap juga. Lihat? Aku bahkan belum sempat mengeringkan rambut." Gyeo Ul menunjuk rambutnya yang masih terlilit handuk. "Kan kau sendiri yang bilang kalau hari ini kita mau pergi."

"Iya iya, ya sudah ayo sarapan dulu." Jeong Won menyodorkan sandwichpada Gyeo Ul.

"I can kiss you later, anyway." Ia menyeringai jahil sementara Gyeo Ul memutar kedua bola matanya. Entah sejak kapan kekasihnya ini menjadi master of kissing.

Not that I'm complaining, though.

***

"Oppa, kalau yang ini bagaimana?" Tanya Gyeo Ul sambil duduk di atas sebuah sofa 3-seater berwarna light green.

"Hm. Warnanya bagus, tapi apa tak terlalu kecil?"

"Oppa, ini sofa 3-seater. Kau mau sofa yang sebesar apa?"

"Bagaimana kalau yang itu, yang ada chaise lounge-nya?" Jeong Won menunjuk sofa 4-seater berwarna abu-abu. "Kita bisa minta yang warna light green-nya, gimana?" Jeong Won menatap Gyeo Ul dengan penuh harap. Lucu, pikirnya. Mereka baru setengah jam berada di IKEA, dan kini Jeong Won sudah merasa seperti suami yang sedang menunggu persetujuan dari istri.

"Apa tidak terlalu besar?" Gyeo Ul mengernyit.

"Ei~ justru ini paling pas, sini lihat.." Jeong Won menarik Gyeo Ul menuju sofa yang diinginkannya. "Lihat, chaise lounge-nya lebar. Bayangkan, kita bisa tiduran santai sambil menonton tv dengan leluasa di sini."

"Hmmm..."

"Ya? Boleh ya, yang ini ya, Gyeo Ul-ah?" Tanya Jeong Won manis, berusaha membujuknya.

Gyeo Ul berusaha mati-matian menahan tawa melihat tingkah Jeong Won. Ia kan hanya menemani Jeong Won memilih furniture untuk mengisi apartemen barunya, tapi Jeong Won selalu memastikan kalau Gyeo Ul juga suka sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu. Ada perasaan aneh yang tak bisa ia artikan. Membuat Gyeo Ul berpikir, apakah seperti ini rasanya memilih perabotan bersama pasangan? Apakah orang-orang juga melihat mereka sebagai pasangan?

"Hm. Oke, yang ini saja. Oppa." Gyeo Ul mengangguk setuju.

"Yes." Jeong Won bersorak. "Permisi, untuk sofa model ini apakah ada yang warna light green?" Jeong Won bertanya pada staf toko yang sedang lewat.

"Sebentar saya cek stok-nya dulu," Ujar staf dengan ramah, ia berjalan ke arah komputer untuk mengecek stok. "Masih ada, Pak. Stoknya tinggal lima sofa lagi untuk yang warna light green. Sofa ini sedang banyak diminati oleh pasangan pengantin baru seperti kalian makanya stoknya sudah tak banyak."

"E-eh?" Pe-pengantin baru?

"Begitu?" Jeong Won terkekeh pelan, ia melirik ke arah Gyeo Ul yang tampak salah tingkah. "Oke, kami ambil satu yang model ini. Warna light green."

"Baik. Ini kode barang yang bapak inginkan." Ujar staf sambil menyerahkan secarik kertas, "nanti staf kami di bagian pengambilan barang akan membantu untuk mengambilkan dan mengatur pengiriman barangnya."

"kau kaget?" Tanya Jeong Won setelah staf yang melayani mereka pamit.

"Eh?"

"Jangan bengong seperti itu, kau tampak lucu." Kekeh Jeong Won. "Well, kita di toko perabotan. Tentu saja orang akan mengira kita pasangan pengantin baru. Kenapa? Tak suka?"

"Bukan. Sama sekali bukan itu, hanya merasa aneh. Itu saja."

"Kau harus membiasakan diri mulai dari sekarang. Karena suatu saat, itu akan menjadi kenyataan."

"Apa yang jadi kenyataan?"

"Kau, Jang Gyeo Ul, suatu saat akan jadi pengantinku." Ujar Jeong Won tersenyum hangat menatap gadis di sampingnya sebelum kemudian berjalan santai, kembali memilih perabotan. Meninggalkan Gyeo Ul yang terbelalak dan kehabisan kata-kata.

Did he just-

***

New Chapter In LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang