Untitled Part 7

738 45 6
                                    


One Year Later

Jeong Won meremas jemarinya yang berbalut sarung tangan putih, ia tak berhenti menggigit bibirnya, sebuah kebiasaan yang ia lakukan saat merasa gugup. Jeong Won menghela napas, bahkan saat operasi penting pertamanya sebagai lead surgeon ia tak merasa segugup ini. Ia menyapu pandangan ke seluruh ruangan, lalu menatap ke arah ibu dan kakak-kakaknya yang duduk di barisan paling depan. Ketiga kakaknya memberi senyum menenangkan, sementara ibunya, nyonya Jung Rosa, tampak elegan dengan hanbok berwarna biru muda. Jeong Won tersenyum sambil memberi isyarat pada ibunya agar jangan menangis. Acara bahkan belum dimulai, namun ibunya sudah tampak berkaca-kaca. Pandangan mata Jeong Won kemudian beralih ke barisan kedua, tempat sahabat-sahabatnya beserta pasangan masing-masing duduk. Jun Wan tampak berbisik dengan Ik Sun sementara Seok Hyeong sedang merapikan rambut Min Ha. Semuanya tampak tak sadar Jeong Won sedang menatap ke arah mereka. Terakhir ia beradu pandang dengan Song Hwa yang tersenyum hangat sambil memberi isyarat padanya untuk menarik napas. Jeong Won mengikuti saran sahabatnya, ia menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Ternyata seperti ini rasanya berdiri di depan altar sebagai mempelai pria yang menunggu mempelai wanitanya.

"Hadirin sekalian, upacara pemberkatan pernikahan Ahn Jeong Won dan Jang Gyeo Ul akan segera dimulai." Lee Ik Jun berbicara dengan lantang dari atas mimbar yang berada di sisi altar. Ia bertugas sebagai MC pemberkatan. Sebelum melanjutkan, ia sempat memberi kedipan jahil pada sang pengantin pria, yang tentu saja, dibalas dengan delikan tajam dari Jeong Won.

"Baiklah, sekarang saatnya mempelai wanita untuk memasuki ruangan. Shinbu, ibjang."

Sayup-sayup Gyeo Ul mendengar suara Ik Jun dari balik pintu, ia menghela napas dan mempererat genggamannya di lengan sang ayah saat petugas wedding organizer memberinya isyarat untuk bersiap-siap.

"Kau gugup?" Jang Sung Jae berbisik,menunduk untuk menatap anak perempuan satu-satunya. Ia tersenyum, berusaha menahan haru. Gadis kecilnya kini sudah dewasa, dan sesaat lagi Sung Jae akan mengantarkan putri tersayangnya untuk menikah dengan laki-laki pilihannya. "Jangan gugup. Ada appa di sampingmu."

"Gomawoyo, Appa. I love you."

"I love you too. Always." Sung Jae mengelus lembut jemari Gyeo Ul. "Ingat ya, sampai kapanpun kau tetap gadisku. Kau hanya kupinjamkan sementara pada Ahn Jeon Won. Kalau sampai kudengar ia tak membuatmu bahagia, appa akan membawamu pulang. ."

"Aigoo, Appa. Percuma pura-pura galak sekarang. Aku tahu kau sayang sekali pada Jeong Won oppa." Gyeo Ul tertawa. "Jangan khawatir. Kami akan hidup bahagia bersama. He loves me, appa. And I love him too."

"Aku tahu. Makanya kuijinkan ia menikahimu." Sung Jae merapikan dasi kupu-kupunya lalu sekali lagi menatap putrinya. "Kau cantik. Jeong Won pasti sedang gelisah sekarang, tak sabar untuk melihatmu."

Gyeo Ul tersenyum, menatap ayahnya dengan tatapan sayang dari balik veil sutra yang menutupi wajahnya. Ia juga sudah tak sabar untuk bertemu calon suaminya. Setelah dua tahun bersama akhirnya Jeong Won menepati janjinya. Sebulan setelah Gyeo Ul lulus board exam, Jeong Won langsung datang menghadap pada kedua orang tua Gyeo Ul, meminta restu untuk menikah. Dan akhirnya, hari itu pun tiba. Musim dingin 2021, dua minggu sebelum natal, Jang Gyeo Ul akan menjadi istri Ahn Jeong Won.

***

Pintu gereja terbuka.

Gyeo Ul melangkah menuju altar dengan diiringi Canon in D Major. Ia bisa merasakan semua mata tertuju padanya, tapi pandangannya hanya tertuju pada satu orang. Dan orang itu membalas tatapannya dengan cara yang persis ia bayangkan selama ini.

Setiap wanita pasti memiliki pernikahan impian masing-masing. Kalau gadis lain mungkin memimpikan pernikahan megah dan gaun indah seperti putri-putri dalam kartun disney's. Tapi Jang Gyeo Ul berbeda. Dulu, di sela-sela padatnya jadwal kuliah, ia dan beberapa temannya pernah membicarakan pernikahan impian masing-masing. Dan saat itu, Jang Gyeo Ul yang berusia 22 tahun menjawab kalau ia membayangkan calon suaminya menatap ke arahnya dengan tatapan penuh cinta saat dirinya berjalan menuju altar. Kini, Jang Gyeo Ul yang berusia 31 tahun berhasil mewujudkan impiannya. Calon suaminya, Ahn Jeong Won, menatapnya dengan tatapan lembut penuh cinta. Hanya padanya.

Mata itu.

Senyum itu.

Tertuju padaku.

Hanya untukku.

"Hai," sapa Jeong Won lembut saat Gyeo Ul sudah berdiri di sampingnya. "Kau cantik sekali. Aku sampai kehabisan kata-kata."

"Masa? Kemampuan bicaramu masih baik-baik saja kurasa." Balas Gyeo Ul datar. "Oh, kau juga tampan, Oppa." Ia melempar cengiran singkat pada Jeong Won yang tercengang menatapnya.

Gadis ini! Sedari tadi aku gugup, bisa-bisanya dia bercanda di saat penting seperti ini.

Jang Gyeo Ul. She's really one of a kind.

"And now, I pronounce you as husband and wife." Ujar pastor Ahn pada kedua mempelai. "You may kiss the bride."

Jeong Won tersenyum. Seumur hidupnya sama sekali tak terlintas kalau suatu saat ia akan menikah. Masa remaja dan masa mudanya selalu terfokus dengan impian untuk menjadi pastor, dan setelah itu, walaupun profesinya sebagai dokter selalu membuat mimpinya tertunda, ia tak pernah teralih dari impiannya untuk menjadi pastor. Tidak sampai Jang Gyeo Ul muncul, dan membuat dunianya jungkir balik. Di gereja ini ia selalu menumpahkan keluh kesah, sedih dan amarahnya. DI gereja ini juga ia memberi tahu kakak tertuanya tentang keputusannya untuk menjadi pastor. Dan saat ia bimbang dengan pilihan hidupnya, di gereja inilah ia mendapat kemantapan hati. Kini, di gereja ini pulalah Jeong Won menikah dengan Jang Gyeo Ul, gadis yang sangat ia cintai.

"Hai, Istri." Gumamnya halus sambil membuka veil yang menutupi wajah Gyeo Ul.

"Hai, Suami." Gyeo Ul membalas dengan senyum lembut. Binar bahagia terpancar dari matanya.

Jeong Won merengkuh wajah Gyeo Ul dengan kedua tangannya, mengecup lembut bibir istrinya.

Inilah akhir pencariannya.

It's you, Jang Gyeo Ul. It's always you.

FIN

***

New Chapter In LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang