Asutan

30 3 2
                                    

"Percaya atau tidak,
Terlihat lemah dulu baru dia akan peduli.
Dan akan terasa sakit saat kepedulian hanya berdasarkan rasa kasihan."

□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□

🍃
🍃
🍃

Satu minggu sudah berlalu dan kelakuan Gaury semakin seenaknya. Ia bahkan berani bermesraan dengan Afnan di depan oma dan ibunya. Hingga sekarang hanya tinggal mereka bertiga dan beberapa pelayan lainya. Oma dan Miranda sedang berkunjung ke rumah papa mama Aflan untuk satu bulan ke depan. Baru saja satu hari, Akira sudah merasa bosan tinggal di rumah.

Akira menapakkan kaki di meja makan. Mumpung hari ini libur ia memilih untuk makan menyampaikan hasrat yang sejak pagi belum diisi.

“Ra, untung kamu ada di sini,” kata Gaury yang tengah berdiri di dekat meja makan. “Aku haus, mau minum jus buah tapi pelayan pada nggak ada.”

Akira dapat melihat raut sedih di wajah Gaury. Dan ia paham betul arah pembicaraan Gaury barusan. “Kamu bisa duduk di meja makan dulu, aku akan membuatkannya.”

“Kamu baik sekali, Ra. Nggak pake lama.” Perkataan Gaury di akhir sedikit ditekannya. Namun, tidak diambil pusing oleh Akira.

Akira memilah-milah buah di dalam kulkas. Mangga, akan lebih menggiurkan dijadikan jus. Ia mulai mengupas beberapa mangga hingga buah yang tadinya terbungkus rapi oleh kulitnya kini telah berubah menjadi minuman yang menyegarkan. Saat ingin mengangkat gelas yang sudah berisi jus ia berbalik.

Prang

Jus yang tadinya memenuhi gelas, berjatuhan hingga menimbulkan bunyi nyaring. Akira merasa terkejut saat Gaury berada di belakangnya, hingga benda di tangan keduanya berjatuhan.

“Aflan,” gumaman Gaury terdengar jelas hingga kedua wanita itu melihat sosok yang sedang berdiri tidak jauh dari mereka.

Aflan mendekat dan berhenti tepat di dekat buku yang berserakan di lantai dipenuhi jus. Mata mereka tertuju pada buku tersebut.

“Aflan, buku tugasmu.” Gaury mengambilnya dan kembali berkata, “oh ya ampun, ini tugasmu yang harus dikumpulkan besok kalau tidak maka akan dihukum.”

“Akira, kenapa kamu ceroboh sekali, lihatlah ulahmu ini.” Ucapan Gaury membuat sang empu mengerutkan kening.

“Aku melihatnya, dia dengan sengaja menumpahkan jus saat aku membawa bukumu, Aflan,” adu Gaury dengan raut sedih.

“Tidak, Gau bukankah kamu yang tiba—“

“Akira kenapa kamu harus berbohong dan malah menuduhku?” Gaury dengan cepat memotong perkataan Akira dengan pertanyaannya.

 “Sungguh Aflan, aku tidak sengaja dan tidak bermaksud mel—“

“Apakah itu artinya, kamu menuduhku berbohong dan ini semua gara-gara aku?” tanya Gaury memotong ucapan Akira.

Seketika Gaury menangis dan membuat perhatian Aflan sepenuhnya beralih pada dia. Akira bahkan tidak menyangka akan terjadi seperti ini dan sikap Gaury barusan sangat kekanakan.

“Aflan kepalaku pusing,” lirih Gaury memijit pelipisnya.

“Sungguh ak—“

“Diam.” Bentakan Aflan benar-benar membuat Akira terdiam.

Merasa tidak ada gunanya membelah diri, Akira memilih untuk pergi dari tempat itu saja. Ia tergesa menuju kamar dan menutupi pintu kamar dengan sedikit bantingan. Ia meringkuk memeluk lutut bersandar di balik pintu.

Hatinya benar-benar sakit saat Aflan meninggikan nada bicara dan lebih membelah Gaury ketimbang dirinya. Seumur hidup, baru kali ini ia diperlakukan tidak adil.

Seluruh tangis ia tumpahkan, hingga rasa sakit di hatinya dikalahkan oleh rasa sakit di kaki kanannya. Rasa itu sangat perih, hingga ia merasakan aliran di bawah sana. Seketika tubuhnya lemas dan pandangan mengabur hingga semua menjadi gelap.

●●●●●

Setelah memberikan obat pada Gaury hingga ia terpaksa menemaninya hingga tertidur. Ia merasa haus dan kembali ke dapur. Saat ingin menutup kulkas tatapannya terpaku pada bercak merah yang berceceran di lantai.

Aflan mengikuti bercak tersebut hingga langkah kakinya semakin cepat saat mengetahui arah yang akan menuju kamar Akira. Pintu putih itu tertutup rapat dan tidak terkunci. Aflan dengan muda membukanya hingga separuh terasa berat.

Pandangannya tertuju pada Akira yang tergelak di lantai dengan kaki berlumuran darah. Dengan gesit, Aflan mengangkatnya menuju mobil. Ia sangat panik, suhu tubuh dingin jelas terasa olehnya.

Mobilnya melaju menuju Rumah Sakit terdekat meski sore yang sebentar lagi akan berganti malam. Ia bahkan tidak memedulikan keadaan sekitar dan tidak melepaskan genggaman tangannya dengan Akira.

“Bertahanlah!”

□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□

Hai-hai apa kabar🤗
Sudah lama ya tidak update, pasti nungguin ya?😐
Mulai sekarang bakal up kembali kok
Wah, asiknya

Selamat membaca kembali😊

12 Januari 2021
Lia

Eyes Of Love [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang