Kembalinya Akira

20 3 4
                                    

"Kamu hadir tanpa cinta namun pergi meninggalkan luka.
Luka yang membuatku bahagia meski hanya sesaat yang terasa.
Kenangan ini akan tetap ada walau pun dua alam memisahkan kita."

(Akira, Aflan)

□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□□

🕊
🕊
🕊

Sudah seminggu berlalu namun kondisi Akira masih sama. Tidak ada perubahan malahan semakin kritis, bahkan dokter sudah pasrah. Ia seperti dalam kondisi hidup dan mati. Hal tersebut membuat Aflan semakin yakin bahwa Akira akan sadar kembali. Hanya dirinya yang bersikeras dan memiliki keyakinan semacam itu.

“Akira,”

“Bangun sayang!”

“Buka matamu!”

Merasa risi dengan pendengaran yang ditangkap indranya, suara yang sangat ia rindukan. Akira perlahan-lahan membuka mata dan silau yang ia lihat telapak tangannya berusaha menutupi cahaya. Ia pikir saat membuka mata maka kondisinya akan tertidur tetapi ini malah berdiri. Merasa penasaran ia mulai menurunkan kembali tangannya. Tidak ada lagi cahaya silau melainkan pemandangan yang sungguh indah.

Seseorang menyentuh bahu kiri dan kanannya. Ia berbalik melihat sosok yang ternyata seorang pria dan wanita. Ingin rasanya Akira melompat dan berteriak betapa senang perasaannya sekarang. Ia berhambur ke pelukan kedua sepasang kekasih tersebut yang pastinya disambut oleh mereka. “Ayah, Ibu ini sungguh kalian?” tanya Akira melepas pelukannya.

Mereka tersenyum dan mengangguk membuat Akira puas. “Akhirnya aku bertemu dengan kalian lagi.”

“Tapi ini bukan tempatmu, Nak,” kata wanita paru baya dengan pakaian serba putih melekat sempurna di tubuhnya.

Merasa tidak peduli dengan yang barusan dikatakan ibunya ia kembali bertanya, “Di mana Kak Afnan?” Akira menunggu jawaban tersebut dengan raut bahagia.

“Belum saatnya kamu bertemu dengan Afnan, Nak.” Kali ini sang ayah yang berkata dengan pakaian yang sama.

Akira memperhatikan dirinya, gaun putih dengan lengan pajang serta rambut terurai bebas, cantik. Ia tersenyum dan berkata, “Kak Afnan pasti akan menjemputku, Ayah, Ibu.”

“Ingatlah, di sana ada Aflan yang menunggumu, Nak,” jelas ibunya.

Senyum Akira sama sekali tidak pernah pudar. “Ya, aku sangat ingin bercerita pada Kak Afnan betapa baiknya Aflan padaku. Dia pasti marah, karena aku juga mencintai adiknya.”

“Dunia kami belum bisa menerimamu, Nak. Kembalilah!”

“Aku akan kembali, baik itu kepada Aflan mau pun pada Kak Afnan.” Akira memundurkan langkahnya mulai memberi jarak. “Aku menyayangi kalian, sampai jumpa.” Akira melambaikan tangan hingga seluruh tubuhnya tertelan oleh cahaya putih.

Mata yang sejak tadi tertutup kini sudah mulai terbuka. Ia dapat merasakan genggaman hangat pada tangannya. “Aflan.”

Pria yang semulanya menunduk kini mendongak melihat ke sumber suara. Akira menatapnya sambil tersenyum.

“Aku ingin mengunjungi suatu tempat,” minta Akira.

Ingin rasanya Aflan mengatakan kata tidak melihat kondisi Akira sekarang. Namun, ia tidak ingin wanitanya itu sedih akibat penolakan yang nanti malah memperburuk keadaan.

“Pantai, aku ingin ke tempat itu lagi.” Akira tersenyum senang membayangkan kenangan mereka dulu. Ia bahkan melupakan segala hal yang sempat terjadi sebelum kecelakaan itu terjadi.

Eyes Of Love [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang