Chapter 23

1.2K 238 2
                                    

Vote sebelum membaca
.
.
.
.
.

Jennie POV

Aku mengerang kesakitan ketika aku bangun karena mabuk yang menyakitkan. 

"Ugh... dimana aku?" Aku melihat ke sekeliling tempat itu dan menemukan bahwa aku ada di rumah. "Apa? Apa yang terjadi?" Aku menggosok pelipisku. 

Tunggu, bukankah hari ini seharusnya menjadi hari Jisoo dan aku pergi ke Paris? 

Aku terkekeh pahit memikirkannya. 

Berhentilah berharap, Jennie. Dia bukan milikmu lagi. Sepertinya semua hal baik yang terjadi padaku selalu berakhir buruk. 

Tiba-tiba, seseorang membuka pintu dan membuatku meninggalkan pemikiranku. 

Apakah itu Jisoo? 

Aku segera duduk dan memperbaiki diri dan kecewa karena itu bukan orang yang ingin aku temui. 

"Hei, Unnie. Kamu sudah bangun."  Kata Chae sambil memegang nampan yang berisi makanan dan obat-obatan. 

"Kenapa kamu ada di sini?" Aku dengan sopan mengatakannya karna tidak ingin mencoba menjadi kasar. 

Dia tersenyum hangat.

"Aku kira kamu tidak ingat apa-apa."  Dia meletakkan nampan di meja samping tempat tidur. 

"Tidak, aku tidak bisa mengingat apa pun kecuali pergi ke bar setelah..." Pikiran tentang Jisoo dan pria itu berciuman muncul di benakku. 

Aku menggelengkan kepalaku dan menahan air mataku. 

Aku mengertakkan gigi mencoba melupakannya. 

Aku tiba-tiba merasakan sebuah tangan di bahuku. 

"Unnie, tidak apa-apa. Tapi bisakah kamu memberi Jisoo Unnie kesempatan untuk menjelaskan." Dia berbicara dengan tenang sambil memberiku obat. 

"Apa lagi yang harus dijelaskan? Aku melihat semuanya." Aku berkata dengan dingin dan aku meminum obatnya. 

Dia mengerutkan kening dan mendesah. 

"Kamu tidak melihat semuanya." Dia bergumam. 

"Apa?" Tanyaku dengan tatapan bingung. 

"Beri dia kesempatan, Unnie. Jisoo Unnie mengalami banyak masalah akhir-akhir ini. Dia tidak menjaga dirinya sendiri minggu ini. Dia hanya tidak menunjukkan kepadamu bahwa dia tidak sedang baik-baik saja." Chae menepuk pundakku. 

"Kenapa? Apa yang terjadi?" Aku panik.

"Ibunya terluka. Ayahnya membencinya. Dan dia masih harus berurusan dengan perpisahanmu?"  Chae memiringkan kepalanya. 

Aku melihat ke bawah dengan perasaan bersalah karena aku harus menjadi beban lagi. 

"Kami belum putus putus." Aku bergumam dengan malu-malu. 

Chae tersenyum lebar. 

"Dia di Rumah Sakit XXX. Dia sedang merawat ibunya." Kata Chae. 

"Oke." Aku berdiri dan segera mengambil handuk. 

"Sepertinya Lisa dan aku juga harus merencanakan kencan kita di lain waktu." Bisik Chae tapi cukup keras untuk didengar olehku. 

Rasa bersalahku semakin bertambah. 

Aku sangat egois. 

Aku kemudian masuk ke kamar mandi. 

...

My contract with the CEO [Jensoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang