Chapter 30

2.7K 197 10
                                    

Vote sebelum membaca
.
.
.
.
.

POV Jisoo

Bangun di ranjang rumah sakit bukanlah sesuatu yang membahagiakan.

Kilatan kenangan tadi malam kembali muncul.

Aku melihat ke sekeliling kamar dan tidak ada orang di sana.

Jadi siapa yang membawaku ke sini? Siapa yang menemukanku tadi malam? Apa aku baru saja diculik?!

Semua pertanyaan di benaknya berhenti ketika orang yang benar-benar ingin dia pegang dan temui memasuki ruangan dengan mata sembab dan wajah pucat berlinang air mata.

"Jen ... A-." Aku berhenti berbicara ketika dia tiba-tiba meninju perutku dengan keras.

Dia terus meninju tubuhku sampai dia akhirnya tenang dan nafasnya jadi lebih rileks.

Aku berpikir bahwa dia mungkin akan mematahkan tulang rusuk ku.

Kapan dia bisa boxing?! Serius, seluruh tubuhku sakit!

Dia mengambil nafas dalam-dalam sebelum...

"Kim. Sialan. Jisoo!! Kau membuatku khawatir! Sialan! Kenapa kau membuangnya!? Apa kau tahu berapa banyak waktu yang kita gunakan hanya untuk mencari tubuhmu berbaring di depan kuburan makam kakakmu, menggumamkan kata-kata bodoh tapi tulus tentang betapa bahagianya kau bersamaku?!" Dia menyeka air mata amarah yang mengalir di wajahnya.

"Kau benar-benar sakit, dasar jalang yang sangat kucintai!" Dia kemudian menutupi wajahnya dengan tangan yang gemetar. Membiarkan semua air mata itu jatuh.

Aku hanya bisa menatapnya. Lihatlah dia menangis begitu banyak karena aku.

Kata-kata kebenaran dan keputusasaan darinya.

Meskipun ada hal-hal yang tidak pernah ingin aku dengar darinya, aku membutuhkan semuanya.

"Aku sangat menyesal dan aku sangat mencintaimu." Itu adalah satu-satunya kata yang keluar dari mulutku dibandingkan dengan pidatonya yang panjang dan gila.

Dia menangis lebih keras, mengutuk dan sebagainya.

Aku mencoba untuk berdiri dan ingin memeluknya tetapi tubuhku mengkhianatiku.

Ugh! Bergeraklah kaki!

"Jangan mencoba berdiri jika kamu tidak bisa, Chu." Suaranya parau dan sedikit kepahitan bisa terdengar.

Aku sedih karena ucapannya tetapi dia memiliki hak untuk melakukan ini kepada ku.

Tapi dengan cara dia memanggilku dengan nama panggilan yang dia buat untukku sudah cukup bagus.

"O-oke." Aku perlahan berbaring di tempat tidur.

Ini menyebalkan.

Keheningan menyelimuti seluruh ruangan.

Bukan yang nyaman tapi sangat canggung.

Isakan kecilnya masih terdengar.

Itu satu-satunya suara yang bisa didengar di dalam ruangan.

Aku dengan canggung menghela nafas.

"Ini semakin konyol." Dia berdiri.

"Aku setuju denganmu." Aku dengan malu-malu bergumam saat memainkan ujung kemejaku karena gugup dan canggung.

Udara kembali tertutup keheningan.

"Kamu marah?" Aku akhirnya memiliki keberanian untuk memecah keheningan yang canggung dan tidak begitu akrab ini.

My contract with the CEO [Jensoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang