Chapter 22

1.3K 249 7
                                    

Vote sebelum membaca
.
.
.
.
.

Kalo tembus 125vote hari ini, aku double up
...


Jisoo POV

"Jadi, surprise apa yang kamu bilang tadi?" Jennie bertanya sambil memelukku.

Tubuh telanjang kami menempel sangat dekat satu sama lain. Kami sekarang berbaring di sofa.

Jennie berbaring di atasku.

"Jangan bilang kamu sudah merencanakan semua ini." Dia menambahkan.

Aku terkekeh.

"Tentu saja tidak." Aku menatapnya.

Dia menatapku dengan bingung.

"Apakah kamu siap untuk pergi ke Paris, sayang?" Aku bertanya.

Matanya melebar dan sebagai bentuk reaksinya dia memelukku erat seperti sangat erat.

"Sungguh?! Tidak mungkin! Jangan bercanda, Chu." Dia terus mengguncangku tubuhku.

"K-kamu tidak mau?" Aku mengeluarkan tiket pesawat dan paspor dari saku belakang.

Dia berhenti mengguncangku dan menatapku dengan tatapan kosong.

"K-kenapa?" Tanyaku gugup.

"Terima kasih, Chu!!! Benarkah? itu impianku! Mimpiku yang menjadi kenyataan! Terima kasih!" Dia menghujaniku dengan ciuman dan memelukku erat lagi.

"Tidak masalah, Jendeuk." Aku mencium keningnya.

"Aku sangat senang sekarang." Dia bergumam.

"Aku juga." Kataku.

...

Setelahnya...

"Jadi apa alasanmu menanyakan tempat impian para maknae?" Jennie bertanya sambil mengenakan pakaiannya.

"Aku juga memberi mereka beberapa tiket. Tapi tentu saja itu tempat impian mereka. Kita akan menghabiskan liburan kita berdua." Kataku sambil mengenakan pakaian juga.

"Itu bagus. Tidak ada gangguan." Dia menghela nafas lega. "Tapi bagaimana dengan perusahaan? Orang-orang itu mungkin akan membicarakan hal-hal buruk tentangmu lagi." Dia cemberut.

"Jangan khawatir. Aku akan mengurus semuanya sebelum kita pergi agar perusahaan stabil tanpaku." Aku menjelaskan.

"Wow... orang yang sangat cerdas." Dia berkata.

Aku mengangkat bahu.

"Aku hanya ingin menghabiskan minggu ini denganmu." Aku memeluk dan menciumnya.

Dia tersenyum cerah.

"Kapan kita pergi?" Dia bertanya.

"Besok." Aku menjawab.

"Secepat itu?!" Dia berseru.

"Kamu tidak mau?" Aku mengangkat alis.

"Tidak, bukan itu. Hanya saja kamu tidak pernah bisa beristirahat karena aku." Dia memainkan jari-jarinya sambil melihat ke bawah.

"Aku baik-baik saja dengan itu. Aku tidak perlu istirahat karena kaulah yang memberiku kekuatan untuk melakukan pekerjaanku." Kataku.

"Cheesy." Dia terkekeh.

"Aku tidak cheesy, aku pedas." Aku menyeringai.

Dia memukul lenganku.

"Pabo. Akulah yang pedas." Dia membantah.

My contract with the CEO [Jensoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang