•Kertas•

66 56 33
                                    

Happy Reading

°
°
°


Setelah pelajaran penjas berakhir, Naira mengganti baju olahraganya dengan seragam sekolah.

Mendapati Naira yang sudah berganti baju kening Diara berkerut, "Lo bawa baju ganti Na?".

"Hm"

"Gue kira enggak" celetuk Rana.

"Yakali gue gak ganti baju bukannya wangi malah bau bangke" sungut Naira.

Mereka tertawa membuat Naira mendengus kesal.

Tersadar ada yang melihat Diara menyipitkan matanya menatap apa yang dia lihat, tubuh Diara seketika menegang.

Diara langsung menutup mata dengan kedua tangannya, "Di, Lo kenapa?" tanya Rana heran.

"Plis jangan liatin gue" ucap Diara lirih. Naira sedikit kaget pasalnya hanya mereka yang ada di UKS.

Jangan heran kenapa Naira dan sahabatnya di ruang UKS, setelah pelajaran penjas selesai Pak Harto menyuruh mereka mengganti seragam sekolah. Karna banyak yang mengganti seragam ditoilet, Rana mengusulkan untuk berganti di ruang UKS.

"Gak ada yang liatin lo Di!" Hana mengedarkan pandangannya tidak ada orang selain mereka.

Diara menggeleng.

"Buka deh mata Lo, mungkin tadi lo salah liat" Diara tetap menggeleng.

Naira, Rana dan Hana saling pandang, lalu menatap Diara yang masih menutup wajahnya dengan tubuh bergetar, Diara sangat takut dia tidak salah lihat matanya masih berfungsi.

Naira menghela nafas jiwa rebahannya mengalah, mungkin Allah gak ngizinin gue bolos, astagfirullah maafin Nana.

"Kita kekelas aja deh, kayaknya Diara gak nyaman" Rana dan Hana mengangguk setuju.

_

"Lo tadi lihat siapa sih Di?, kayaknya lo takut banget" tanya Naira.

Jawabannya tetap diam.

Naira mendengus dari tadi Naira bertanya tapi dijawab diam oleh Diara, gini nih efek kacang murah!!

Hana dan Rana kekantin membeli makanan untuk mereka berempat, sedangkan Naira dan Diara kekelas karna Diara masih syok kejadian di UKS tadi.

Jadilah Naira sendiri yang menghadapi diamnya Diara.

"Kak Naira dipanggil Bu Rohani ke ruangannya" belum sempat Naira bertanya adik kelasnya langsung pergi.

Naira menyerngit berpikir masalah apa yang dia buat hari ini, kayaknya gue gak buat masalah deh,

"Tapi kok Bu Rohani nyuruh gue keruangannya" gumamnya.

"Di, gue keruangan Bu Rohani bentar ya" Diara hanya berdehem.

_

"Assalamualaikum, permisi" Naira mengetok pintu yang bertulis Ruang BK.

"Waalaikumussalam, masuk Naira" bahkan suara saja Bu Rohani mengenalnya.

Naira masuk berjalan pelan ke meja Bu Rohani, "Bu Roh manggil Nana?".

Bu Rohani memelototi Naira, "Nama saya Rohani bukan Roh". Bukan Naira namanya kalau gak bikin orang kesal.

"Sama aja kali Bu" Bu Rohani menghela nafasnya, "Terserah kamu".

"Jadi Ibu manggil Nana?"

"Iya Ibu manggil kam--"

"Tapi Bu Nana gak buat masalah hari ini" potong Naira.

"Yang bilang kam--"

"Serius" tolong siapapun beri Bu Rohani kesabaran.

"Nairaa, yang bilang kamu buat masalah siapa?" Naira menyerngit.

"Lah, terus Bu Roh ngapain nyuruh Nana kesini" Bu Rohani mendelik gemas, menghadapi Naira butuh kesabaran ekstra.

"Makanya kamu dengerin Ibu dulu" balas Bu Rohani geram, Naira mengangguk.

"Jadi Ibu suruh kam--"

"Naira boleh duduk kan Buk"

Golok mana golok!!, Dengan berat hati Bu Rohani mengangguk, Naira langsung duduk di bangku depan meja Bu Rohani.

Sebelumnya Bu Rohani menghela nafas, "Sekarang boleh Ibu bicara?".

Naira menyengir, "Silahkan".

"Baik Ibu nyuruh kamu kesini ada yang mau Ibu bicarakan, sebelumnya kamu baca dulu ini" Bu Rohani memberikan kertas kepada Naira.

Naira memiringkan kepala melihat isi kertasnya.

"Gimana Naira?"

"Gimana apanya Bu?!" Bu Rohani mulai kehabisan stok kesabaran.

"Kamu belum baca?"

"Gimana mau baca kertas yang Ibu kasih gak ada tulisannya" Bu Rohani menepuk keningnya.

"Kenapa gak kamu bilang dari tadi"

"Gima--" potong Bu Rohani.

"Udah kamu baca ini" memberikan kertas yang sebenarnya.

Naira membaca perlahan, keningnya mengkerut, "Bu Roh serius?".

"Iya, gimana kamu mau kan?"

Bukannya menjawab Naira malah bertanya, "Ibu percaya sama Nana?".

"Kalau ibu gak percaya ngapain Ibu suruh kamu", Naira berpikir antara mau atau tidak.

"Pertandingan tahun ini sangat meriah, jadi sekolah bakal beri biaya buat yang mau memberikan tenaganya untuk membantu!"

"Ibu serius?!" Bu Rohani mengangguk.

"Kalau gitu Nana mau!, Bu Roh tenang aja Nana bakal ajak sahabat Nana buat nyumbangin tenaganya untuk sekolah"

"Baik, Ibu percayakan tugas ini sama kamu".

Naira mengangguk, "Yaudah Nana ke kelas ya Bu, Assalamualaikum".

"Waalaikumussalam"

Pak Harto yang sedari tadi berada diruang BK dan tanpa sengaja mendengar obrolan mereka, Dia sangat tau kenapa Bu Rohani memanggil Naira.

Pak Harto menghampiri meja Bu Rohani, "Bu Rohani yakin Naira bisa melakukannya?" Pak Harto bertanya seperti ini karna dia sangat tidak setuju dengan keputusan Bu Rohani mengutus Naira dan temannya apa lagi Naira itu siswa yang bisa dibilang berandalan.

"Memberikan kesempatan pada siswa seperti Naira tidak ada salahnya kan?" jawaban Bu Rohani sontak membuat Pak Harto terdiam.






Jangan lupa kasih bintang ya sama komen:)

Makasih loh udah baca, semoga syukak hehehe...

Salam manis dari Farah,

•Kisah Naira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang