CASSANDRA POV
Mata gue membuka perlahan. Mengumpulkan serpihan-serpihan jiwa yang masih belum seluruhnya terkumpul. Menarik nafas dalam dan membuang perlahan. Kejadian malam itu kembali terputar di fikiran gue yang sama sekali belum stabil.
Kemarin, seharian full gue habiskan dengan diam di kamar. Gue ga mau ketemu siapa pun , cuma itu. Walau hampir setiap saatnya Kak Wishley , Kak Xanelle , juga Diandra ga berenti-berentinya untuk keluar , seenggaknya untuk makan.
Tapi ngga.
Gue ga akan keluar dalam keadaan seperti itu dan dengan emosi yang masih susah untuk gue atur. Dan beruntungnya, gue masih punya stok cemilan yang senggak cukup buat ganjel perut, HAHA. Tapi tetep , pikiran gue ga pernah bisa terlepas dari semua itu.
Kenapa gue jarang banget bisa ngertiin Mama? Bahkan disaat Kak Xanelle udah mulai bisa menerima keadaan ini mengikuti jejak Kak Wishley dan Diandra. Kenapa gue ga bisa untuk ngelupain kejadian itu? Kenapa terlalu sulit untuk mengusir semuanya dari benak gue? Bahkan disaat Papa udah ninggalin kita sejak 2 tahun lalu. Papa bener-bener udah pergi.
Gue berjalan perlahan ke arah jendela , dan membukanya dengan tenaga-tenaga yang perlahan mulai ada. Gue kembali menghirup udara pagi ini dengan perlahan , menikmati setiap suara dan pemandangan yang mewarnai pagi ini. Suara burung , suara tiap hantaman kaki beberapa orang yang memutuskan untuk mengisi pagi ini dengan berolahraga , atau bahkan suara sepeda si tukang koran , dan ada juga suara anjing yang menggonggong milik tetangga diujung komplek. Entah kenapa suasana pagi terlihat begitu tenang. Tanpa sadar , ternyata ujung-ujung bibir gue dari tadi udah tertarik keatas. Tapi seketika senyum itu surut seketika kejadian itu kembali muncul di fikiran gue. Semuanya kacau.Ya kacau. Entah karna siapa. Atau apa penyebab utamanya. Tapi semuanya hanya terlalu sulit untuk gue terima. Terlalu sulit.
*********
Gue melangkahkan kaki gue perlahan menuruni tangga. Bel yang dari tadi berbunyi itu terlalu annoying buat gue yang lagi berantakan. Dengan penampilan yang sama sekali ga ada sopan-sopannya untuk menyambut tamu , plus muka yang masih keliatan parah setelah mandi dan di kompres , gue tetep berniat untuk ngebukain pintu karna emang dari tadi belnya itu ga brenti-brenti berbunyi.
Ting Tung Ting Tung
Ohgat. Sumpah ga sabaran banget jadi orang. Gue meraih gagang pintu. Dan tanpa pikir panjang langsung ngomel. (efekbadbadbadbadmood)
"Siapa sih , ga sabaran banget jadi orang , ha----"
Kalimat gue berhenti ketika mendapati sepasang kaki yang berdiri dengan cukup confident dan perlahan mulai naik keatas sampai ke mukanya. Dan matanya.
Seketika gue membelalakan mata melihat senyumnya yang mengembang. What de? Ngapain ni anak kesini?!
"Hai" sapanya dengan super woles dan mendadak mengeryit bingung. What?
"Kenapa? Ada yang aneh?" tanyanya dengan memperhatikan penampilannya sendiri. Lo aneh karna terlalu ganteng. Eh. Salah fokus.
"Nga- Ngapain lo disini?" Duh. Pake acara gagap segala sih gue.
"Gue bahkan belum di persilahkan masuk lho?" tanyanya dengan tatapan yang---- ga tau gimana. Gue cuma mandangin dia sambil menaikan alis kiri gue. Bingung sebenernya mau ngerespon apa.
"So? Gue boleh masuk?"
"Masuk kemana?" Tanya gue tanpa sadar. Aduh bego banget ya ampun. Gue menutup mata sebentar lalu mulai tersenyum konyol. Dan ya , itu buat pertanyaan gue barusan. Hufftt , ya iyalah itu pertanyaan yang konyol pake banget. Kan udah pasti masuk ke dalem rum--