CASSANDRA POV
Rafael Enrico Alviano.
Fix pake banget , nama yang satu itu bener-bener ga bisa berenti keputer ulang dan ulang layaknya kaset yang bener-bener rusak di otak gue sekarang. Setelah , seharian full gue jalan sama dia mengisi kebolosan gue hari ini , akhirnya , finally , gue tau nama dia , nama panggilan ataupun lengkapnya gue tau. Dia umur berapa. Dan ternyata dia anak kuliahan. Dan most important thingsnya adalah dia itu... siapanya si kampret , oke. Garis bawahi yang satu itu. Karna tebakan gue salah , dia bukan kakaknya , melainkan sepupunya.
Gue menghempaskan diri ke kasur. Fix , fix , and fix. Great. Hari ini adalah hari terabstrak yang pernah ada di hidup gue. Hari terabstrak yang pernah gue rasain. Hari terabstrak yang... semua perasaan , semuanya , gue rasain dalam hari ini.
"Jadi lo Cassandra , yang katanya rese dan cewe paling jengkelin plus keras yang pernah dikenal Andra. Tapi taunya sekarang , gue ngeliat lo nangis. Lo kenapa?"
Oh gat. Plis , nada pertanyaan itu bener-bener--- ekhhh , ga bisa ilang dari pikiran gue. Dan raut wajah carenya yang ditunjukin tadi. Oh gat. Untung tadi gue ga pingsan. Oke , gue lebay.
"Ya udah kalo lo ga mau cerita , gue ga maksa. Tapi--- kalo lo emang butuh temen buat cerita , gue siap dengerin kok"
Dan... Garis bawahi , Bold , Italic , pokoknya semuanya untuk kalimat terakhirnya itu. Dia masih stranger , baru kenal , satu , dua , tiga. Yap. Tiga hari. Baru tiga hari , tapi entah kenapa gue bisa secepat itu nyaman sama dia.
Pudden? Nyaman?
Gue cepet-cepet menggelengkan kepala gue. Membantah apa yang ada di pikiran gue sendiri , atau lebih tepatnya mungkin yang dirasain hati gue. Tapi , ga. No. Nope. Gue ga boleh. Ga boleh. Yep. That's right cass.
Dreett Dreett
Gue melirik sekilas ke hape yang ada ditangan gue. Geter. Yep. Brarti ada suatu notif pastinya. Gue membuka kunci di layar hape gue dan mulai membaca satu persatu notif yang ada. Tapi dengan cepat , mata gue terpaku pada satu notif.
Line : Rafael Alviano send you a friend request
Wait. Gue familiyar sama namanya. Familiyar banget malah kayaknya. Siap-- Ohgat. Ko gue bego banget ya? eh. Itukan si Vano. Ekhh.
Gue langsung terbangun dari tidur-tiduran santai gue setelah menyadari ketelmian gue yang mungkin nular dari Diandra. DUH.
Gue langsung membuka aplikasi berwarna hijau putih tersebut lalu sibuk dengan pikiran gue sendiri yang cuma muter-muter di dua pilihan.
Add balik. Ngga. Add. Ngga.
Huffftt. Gue membenamkan wajah gue ke bantal terdekat. Kembali merebahkan diri di kasur ddengan posisi tengkurep dan muka yang bener-bener ketutup sama bantal. I hate this moment. Oke , ralat sebenernya lebih ke benci untuk memilih. Yep. That's right. And so true.
Add. Ngga. Add. Ngga. Add.
"Haf hmm haf hmm haf hmm" Gue mengangkat wajah gue dari bantal saat merasakan dada gue mulai sesak. Duh gilaaaa , gue bego banget. Ampir aja gue bunuh diri. Oke, Cassandra lo stupid banget. Sumpah.
Oke , oke , fokus. Sekarang gue memandangi layar hape gue. Hening. Dan itu keadaan yang gue butuh untuk memikirkan keputusan yang terbaik. Oke , itu lebay.
Inhale. Exhale. Inhale. Exhale.
Oke , sekarang harus diputuskan. Finally , gue memberanikan jari jempol dari tangan kiri gue perlahan menuju keatas kiri layar hape gue. Oke , gue add. Yep. Dikit lagi , tinggal di touch dikit aja Cass. And---