| 2018 |
"Kejora, hari ini katanya ada murid baru!" seru salah satu temanku yang duduk di kursi depan. Zamora namanya.
"Oh ya? Kamu tau darimana?" tanyaku riang.
"Kamu kayak gak tau aku aja, apa sih yang gak aku tau di sekolah ini?"
Aku tertawa mendengar ucapan sombong Zamora.
"Iya deh iya."
Lalu suara tumit sepatu Bu Dara yang beradu dengan ubin kelas langsung mengambil perhatian seisi kelas. Semuanya langsung berhambur ke tempat duduk masing-masing.
Tidak seperti biasanya, kali ini ada seorang anak laki-laki yang mengekori guru wali kelasku itu.
"Anak-anak, perkenalkan. Ini teman sekelas kalian yang baru. Ayo silahkan perkenalkan diri kamu."
Laki-laki dengan rambut bergelombang itu terlihat mengerjap sekali, mempersiapkan dirinya sebelum akhirnya mengenalkan diri.
"Hai. Nama aku Semesta Narendra. Salam kenal, semuanya."
Murid perempuan di kelas langsung menyambut dengan meriah. Kebiasaan.
"Semesta, kamu duduk sama Kejora ya?"
Aku tersentak samar mendengar ucapan Bu Daara. Namun segera mengangkat tangan kanan agar ia dapat mengetahui yang mana 'Kejora' itu.
Laki-laki itu mengangguk saat melihat aku. Lantas ia berjalan kesini. Membuatku gugup, entah kenapa.
Ia menaruh tas di kursinya lalu duduk di kursi sebelahku, satu meja denganku.
"Nah, sekarang Ibu ke WC sebentar ya. Ibu sakit perut tiba-tiba."
Kami semua menyahuti dengan semangat. Bu Dara hanya bisa mendelik melihat kami yang begitu senang karena memiliki waktu kosong beberapa menit.
Aku mencuri-curi pandang ke laki-laki—ralat, teman sebangkuku yang baru. Aku harus mengenalkan diri atau tidak usah ya?
Sepertinya memang tidak perlu. Karena murid baru ini sudah dikerubungi teman-teman sekelasku yang lain.
Kenapa kelas ini terlihat begitu kampungan sih?
Sampai Bu Dara kembali dari tugasnya di WC barulah anak-anak itu kembali lagi ke tempat semula mereka. Bu Dara kembali melanjutkan kegiatan mengajarnya.
Aku pun mulai memperhatikan papan tulis di depan. Walau sebenarnya pikiranku tidak sedikitpun berada di sana. Ya.. daripada kena tegur karena dianggap tidak memperhatikan?
"Kamu mau?"
Aku tersentak, bangun dari segala lamunanku saat si murid baru menyodorkan sebuah permen tangkai susu rasa coklat.
Kulihat keadaan sekeliling kelas, sudah istirahat ternyata. Namun kulirik kursi depanku, kosong.
Sialan, aku ditinggal Zamora ke kantin.
"Hai???" dia menggoyangkan permen itu ke depan wajahku.
"Eh? Iya, boleh. Makasih." ucapku yang pada akhirnya menerima permen tangkai darinya.
Daripada tidak memakan apapun, satu permen tangkai susu lebih baik kan?
Aku menatapnya, dia tersenyum padaku.
"Nama kamu Semesta?" tanyaku.
Tidak ada tujuan, karena aku dengan jelas mendengar namanya saat di depan tadi. Hanya mengisi keheningan diantara kami.
"Iya, Semesta Narendra."
"Hmm," kutaruh telunjukku di dagu sambil menatap ke atas, "Aku panggil Narendra aja ya?" tanyaku.
Dia mengerjap, sekali.
"O-oh, iya."
"Kalau aku Kejora Calava Alea. Panggil aja Kejora, Lava juga boleh sih, eh Alea juga bisa. Haha." aku tertawa saat sadar sifat cerewetku keluar.
"Oke, aku panggil Alea."
Kini gantian aku yang tersentak. Padahal aku hanya main-main saat menyebut potongan-potongan namaku itu. Panggilanku biasanya Kejora. Tidak ada yang lain.
"Eh? Aku cuma bercanda. Cuma kamu yang panggil aku Alea," kataku jujur.
Namun Narendra menyahut,
"Sama. Cuma kamu yang panggil aku Narendra."
Ia tersenyum. Aku pun ikut tersenyum.
"Gak papa kan aku panggil Narendra?" tanyaku sekali lagi.
"Buat Alea apa yang enggak?"
Aku tertawa malu. Dia hanya terkekeh sambil mengusap puncak kepalaku. Anak baru ini gampang sekali berbaur. Padahal kami baru mengenal beberapa saat lalu. Namun seolah sudah berteman dekat.
Narendra dan Kejora 14 tahun.
YOU ARE READING
lose
Fanfiction"kenapa tiba-tiba, naren?" "maaf," "narendra, aku nungguin kamu.." "lea, cantiknya naren. nanti naren balik lagi ya?" balik lagi? bullshit. kejora memilih move on dan melanjutkan hidupnya dibanding menunggu kebohongan narendra. tapi, kenapa saat k...