Kantin teknik

21 2 0
                                    

***

Kalau bukan karena zenna yang mohon-mohon untuk minta ditemenin ke kantin teknik dengan ke bm annya makan soto disini yang sudah berhari-hari ditahan, jelas aku tidak mau.

Untungnya galen sibuk dengan organisasinya, karena sudah beberapa hari aku jarang bertemu langsung dengannya

"Sumpah ya dar, ini soto tuh enak banget" rasanya inginku tampol muka zenna yang sedang menyuapkan soto kedalam mulutnya "cobain nih anjir enak" aku menggeleng pelan lalu kembali menatap layar ponselku

Zenna sibuk makan, aku sibuk menscroll beranda twitter, namun colekkan zenna membuatku menatapnya kembali

"Kenapa?"

"Cowo lo" zenna menunjukkannya dengan mulutnya, aku yang peka langsung menoleh kearah yang dia maksud

"Ya terus?"

"Panggillah anjir"

"Lu gak lupa kan zen? Gue sama galen pacaran yang tau lu dan temen deketnya galen doang?"

"Engga, tapi itu dia sama annet anjir"

"Ya biasanya kan emang bareng anet mulu" sahutku heran

Padahal dalam hati sudah mengeluarkan berbagai macam kata kasar

Tahu diri adara, kamu siapa? Cuma pacar.

Baperan sekali.

"Dar, dar galen liat gue lagi duh gimana doang"

"Ya lu ngeliatin dia mulu, naksir?"

"Anjir, kalao ngomong ga difilter"

"Yaudah biarin dia liat"

"DAR DIA KESINI" ucapan zenna yang ditekankan agar tidak terlalu didengar oleh sekitar

Galen menghampiriku dengan anet dan abim dibelakangnya, aku pura-pura sibuk dengan ponsel, zenna sudah tersenyum duluan saat abim meneriakkan namanya

"Kok kesini ga bilang?" Galen langsung duduk disampingku

"Nganterin nih anak satu bm soto disini" jawabku santai

"Ga rapat lo len?" Tanya zenna

"Lagi break ishoma, laper banget anjir daripagi rapat gak selesai-selesai"

"Zen minta zen laper" abim menarik mangkok soto zenna dengan cepat

"Anjing bim gue baru makan 3 sendok, pesen kek"

"Males zen ngantri"

"Gaada akhlak lo ye"

Saat zenna dan abim sibuk berdebat, suara annete menghentikkan perdebatan itu, aku kembali menatap layar ponsel

"Kamu ga makan len?" annete bertanya pada galen

"Makan"

"Aku pesenin sini, kamu makan apa?"

"Kamu mau makan apa?" Bukannya menyahuti annete, galen malah menanyakan aku

sial, kenapa galen mendekatkan mukanya ke depan mukaku

"Aku ga laper nanti aja pas jalan pulang mampir warteg biasa" jawabku tenang

"Len jadi makan gak?" Suara annete membuat galen memundurkan wajahnya dari hadapanku

"Jadi, pesenin mie goreng tektek kayak biasa"

"Lu apa bim?" Tanya annete pada abim

"Soto pedes ye" begitu abim menyahut annete langsung meninggalkan tempat

"Anjir len sama lo kok aku kamu, sama ni manusia satu lo gue" yang ditanya hanya mengangkat bahu pelan

Aku tetap diam, sampai dimana aku mendengar galen menghela nafas kesal dan menarik ponselku begitu saja

"Apa?" Tanyaku heran

"Aku disini, kamunya sibuk main hp, gasuka ah"

"Iyaiya apa?" Aku mengatur ekspresi wajahku agar tidak terlihat kesal

Rasanya aku ingin marah-marah pada zenna yang telah mengajakku kesini, ketempat yang sangat amat aku tidak suka dan selalu aku hindari

"Kangennnn"

"Ih anjir geli bangsat" ledek abim begitu galen menduselkan kepalahnya keleherku

"Iri aja jomblo" bukan galen yang menyahut melainkan zenna

Aku mengusap-usap pipi galen, saat annete mendekat kemeja aku ingin menarik tanganku kembali namun ditahan oleh galen

"Lanjutin ih, enak aku jadi ngantuk" aku menurut, aku bisa lihat persis muka kesal annete begitu melihat galen yang sedang manja denganku

"Nih"

"Wih makasih anet, baik deh" respon abim begitu annete meletakkan makanan milik abim dan galen dimeja

Annete tidak duduk melainkan pamit untuk bergabung dengan teman perempuannya disebrang sana

"Lah anjir cabut" ucap zenna begitu heran melihat tingkah laku annete

"Cembokur itu dia liat galen manja sama adara"

Aku tertawa puas dalam hati, dari awal aku sudah tau annete menyimpan rasa dengan galen. Namun, galen hanya menganggapnya sebagai teman dan partner organisasi saja.

Walaupun perilaku galen kadang berlebihan, tapi itu tidak ke annete saja. melainkan ke teman-teman perempuan galen yang dikenal dekat dengannya.

***

Annete Pramusita

Liebste || Lee Haechan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang