Chapter 3 - 👄Aslan Wira Atmaja👄

992 209 165
                                    

Langkah Kinanthi terasa berat ketika keluar dari pintu kedatangan Bandara Internasional Ahmad Yani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah Kinanthi terasa berat ketika keluar dari pintu kedatangan Bandara Internasional Ahmad Yani. Beberapa kali ia menghela napas panjang dan menegakkan posisi tubuh. Ia harus mulai berdamai dengan masa lalu agar hidupnya lebih tenang. Lagi pula sampai kapan Kinanthi harus menghindari kota yang merupakan tempat kelahirannya itu?

"Bunda! Itu Eyang!" tangan Arjuna yang memegang jemari Kinanthi mengayun cepat ketika melihat pribadi Priambodo sedang melambaikan tangan ke arah mereka.

"Papa? Katanya sakit, kelihatannya baik-baik aja tuh," gumam Kinanthi memperhatikan sang ayah yang terlihat bugar.

"Bunda! Ayo kesana, cepet!" rengek Arjuna sembari menarik tangan Kinanthi.

"Iya, sebentar Sayang." Menarik koper berukuran 32 inchi kemudian berlari kecil menghampiri ayahnya.

"Eyang akung!" seru Arjuna sembari berlari ke dalam pelukan Priambodo. Kaki kecil Arjuna sudah kuat menapak dan mampu berlari dengan cepat. Terkadang Kinanthi kewalahan jika harus mengikuti kemana Arjuna ingin berlari kesana kemari.

"Cucu Eyang!" Priambodo merendahkan tubuh hingga ke posisi jongkok agar bisa memeluk tubuh mungil cucu pertamanya. Ia menciumi seluruh bagian wajah Arjuna dengan penuh kasih. Rindu yang selama 6 bulan dipendam, terasa mencair saat mendekap erat Arjuna.

Kinanthi ikut mengulas senyum ketika melihat tawa riang lolos dari bibir mungil Arjuna. Bocah berusia 3 tahun itu kegelian sebab ujung brewok sang kakek yang menusuk permukaan kulit.

Seorang wanita dengan rambut yang digelung secara keseluruhan terlihat bersedekap di belakang Priambodo. Raut wajah tidak suka, tersirat di wajah yang berpulaskan make up tebal itu. Alis yang dicetak tegas beserta lipstik warna merah menambah kesan galak di wajahnya.

"Gimana kabarnya Tante? Sehat?" tanya Kinanthi kepada wanita yang menemani Priambodo selama 4 tahun terakhir ini.

"Sehat, Kin." Diana membalas dengan jawaban singkat. Senyum tipis juga terbit dari bibir tebalnya. Namun, Kinanthi hanya melihat kepalsuan dari sana.

Memperhatikan Arjuna yang bergelayut manja di pelukan Priambodo, Kinanthi semakin yakin jika sang ayah baik-baik saja.

"Sepertinya Papa udah sembuh nih," ujar Kinanthi mengulum senyum. "Perasaan Papa kemarin bilang sakitnya makin parah. Bikin Kinanthi khawatir aja."

"Kemarin emang Papa sakitnya lumayan berat, Nan. Sekarang Papa udah ketemu sama obat yang manjur, jadi langsung sembuh deh." Prambodo menjatuhkan kecupan penuh tekanan di salah satu pipi Arjuna. "Ya, 'kan cucu Eyang yang paling ganteng."

"Aw! Eyang atit!" pekik Arjuna dengan kalimatnya yang masih cadel.

"Ya udah, yuk langsung ke rumah aja," ajak Priambodo. Pria baya itu lantas masuk ke dalam mobil dan meletakkan Arjuna di kursi penumpang.

Sementara itu Kinanthi mengangkat kopernya dan memasukkan ke dalam bagasi mobil.

"Kuat, Nan?" tanya Priambodo memastikan.

Dear Sexy Mama, I Want You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang