Setelah saling mencuri pandang beberapa waktu, Danita yang sedari tadi fokus menyambut tamu lain kembali pada Kinanthi.
"Eh, Nan. Kamu inget Aslan 'kan? Adek aku," tuturnya kemudian.
"Inget, tadi agak lupa dikit sih," jawab Kinanthi sambil terkekeh.
"Hm, ya kayak gini lah sekarang penampilan dia. Tato di mana-mana, tindik juga di mana-mana, kadang kesel aku liatnya." Danita mencebik sambil sesekali memindai penampilan sang adik.
"Mbak, jangan liat dari penampilannya dong. Tato itu 'kan seni, tindik juga hobi," bela Aslan. Kedua irisnya yang segelap obsidian tidak berhenti menatap wajah Kinanthi yang sesekali menyunggingkan senyuman tipis.
Astaga! Manis sekali!
Bahkan Aslan tidak takut terkena diabetes, jika terus-terusan menikmati senyuman Kinanthi.
"Halah, kamu itu loh bisa aja ngejawabnya," dengus Danita.
"Aku juga suka tindik." Kinanthi menyelipkan helaian rambut cokelatnya dan menampilkan deretan tindik di telinga bagian kanan. "Aku juga tindikan."
"Wah kalian keknya cocok nih, satu frekuensi!" ujar Danita dengan salah satu sudut bibir tertarik ke atas.
Melihat tindik aneka bentuk di telinga Kinanthi, Aslan tersenyum tipis. Setidaknya ia sudah menemukan satu kesamaan yang bisa dijadikan alasan untuk kencan pertama mereka, mungkin.
"Oh ya Nan, nanti ikut after party ya. Kamu bawa dresscode sesuai yang aku bilang to?" terang Danita. "Aku udah siapin kamar khusus buat kamu dan temen-temen yang lain. Buat ganti baju sama istirahat sebentar."
"Tenang aja, aku bawa kok," jawab Kinan. Ia sudah menyiapkan satu gaun sesuai dengan tema yang ditentukan oleh Danita, Lady of Burlesque.
Melihat tatapan Aslan yang enggan berpindah, Danita membuat lirikan tidak suka. Lantas ia mencubit tangan Aslan dan memintanya pergi. "Aslan, kamu belum sowan sama Pakde to? Buruan sana!" Ia menunjuk ke arah berlawanan dengan ujung dagu. [1]
"Duluan ya, Mbak," ujar Aslan yang berpamitan kepada Kinanthi diikuti senyuman yang mengembang.
"Iya, Aslan," jawab Kinanthi dengan senyuman yang tidak kalah merekah.
Sambil melenggang, Aslan terus menoleh pada Kinanthi. Sepasang mata Aslan masih terfokus pada pesona cinta pertamanya itu. Meskipun sudah cukup lama, tetapi cinta Aslan masih sama besar seperti dulu. Bahkan sekarang detak jantung Aslan berdetak semakin cepat saat melihat Kinanthi.
"Kinanthi." Senyuman Aslan masih senantiasa terukir diikuti tangannya yang memegangi dada kiri karena berdebar setelah pertemuan mereka.
Sementara perhatian Kinanthi teralih pada kawan lama yang baru saja menghampiri. Sudah lama mereka tidak bersua. Terakhir kali ketika menghadiri pesta pernikahannya bersama Daniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Sexy Mama, I Want You!
RomanceADULT ROMANCE, HARAP BIJAK MENCARI BACAAN ❤ Kinanthi terpaksa harus kembali ke kota kelahirannya, karena dipindahkan ke hotel D'Amore cabang Semarang sebagai marketing director. Selama 3 tahun ia melarikan diri ke Yogyakarta untuk melupakan perihny...