" Aku ikut! "
Dan di sinilah mereka, berjalan memasuki daerah pasar yang tidak begitu jauh dari kedai teh Levi. Mereka berdua masing-masing memakai jubah gelap panjang dengan tudung yang menutupi kepala mereka. Levi sendiri tidak tahu alasan mengapa ia mengajak perempuan itu untuk ikut membeli bahan makanan serta berbagai daun teh yang kebetulan persediaannya sudah tinggal sedikit. Padahal tidak ada keuntungan yang ia dapatkan jika membawanya. Bahkan kemungkinan besar dia yang akan kerepotan sendiri.
"Anda ingin membeli apa?" tanya perempuan yang berjalan di sebelah Levi itu sambil memegangi ujung tudung jubahnya yang sepertinya cukup kebesaran sehingga wajahnya sulit dilihat.
Orang yang ditanyai tidak menjawab, tetapi menuntun bahu perempuan itu untuk berbelok ke sebuah toko. (Name) hanya mengikuti langkah prajurit yang kini ia ketahui berprofesi juga sebagai pemilik kedai teh itu untuk memasuki toko kecil yang menjual dedaunan dan biji-bijian.
Levi menyingkap tudungnya saat di dalam toko hanya ada mereka dan wanita paru baya yang menyambutnya dengan senyum ramah.
"Ah, kali ini anda kembali lebih cepat, ya? Pasti sudah banyak pelanggan di kedaimu." sapa wanita itu sambil langsung menyiapkan daun teh hitam yang selalu dibeli Levi.
Pria itu hanya membalas dengan, "Ya, begitulah," kemudian menyebutkan jenis daun teh lainnya yang sudah habis. (Name) yang hanya memperhatikan sedari tadi meringis di balik tudungnya. Ia menyadari bahwa kepribadian Levi ternyata memang seperti itu.
(Name) berjalan ke samping ruangan yang terdapat deretan kantong berisi biji kopi. Perempuan itu mengulurkan tangannya untuk mengambil beberapa biji kopi dan menghirup aromanya. Jujur saja perempuan itu lebih menyukai kopi daripada teh. Saat ia bekerja di istana, gajinya selalu ia sisihkan untuk membeli biji kopi dan mengolahnya di dapur istana yang lengkap akan segala peralatannya.
"Oh, itu baru saja kubeli hari ini. Setiap kantongnya berbeda jenis," sahut sang penjual yang melihat (Name). Kemudian ia tersadar, "Ah, anda datang bersama tuan ini, ya?" tanyanya sambil melihat (Name) dan Levi bergantian.
(Name) hanya menjawabnya dengan pelan sambil meletakkan kembali biji kopi itu.
"Kau mau itu?"
Perempuan itu hampir saja menjatuhkan barang jualan di depannya saat Levi sudah berdiri di belakangnya.
Dia menggeleng dengan cepat, "Tidak. Aku hanya ingin menghirup aromanya." jawabnya dan beralih untuk duduk di bangku panjang dekat pintu masuk.
Setelah menunggu sekitar sepuluh menit, akhirnya (Name) dan Levi keluar dari toko itu dengan bawaan berupa kantong besar yang tentu saja dibawa oleh Levi. Untuk menghemat waktu, (Name) berinisiatif dalam membantu Levi membeli bahan lain selagi Levi menunggu si penjual menyiapkan barang pembeliannya. Awalnya Levi menolak, tetapi (Name) memaksa dengan alasan agar mereka bisa cepat pulang. Maka dari itu (Name) berjalan ke beberapa tempat lain untuk membeli bahan yang Levi butuhkan. Yah pria itu mengizinkannya karena tempat yang dituju (Name) masih dalam jarak pandangnya.
Akhirnya acara berbelanja mereka selesai dan kini mereka berjalan menuju kedai teh Levi.
"Biar kubawa." ucap Levi sambil mencoba meraih bawaan (Name). Tetapi perempuan itu mengelak.
"Tidak apa-apa. Tidak berat, kok." tolaknya dengan tenang.
Dan pria itu tetap bersikeras ingin merebut kantong yang dibawa (Name). "Itu adalah barangku."
"Levi-san, tangan anda sudah penuh. Daripada nanti semua ini terjatuh, lebih baik aku bantu bawakan." balas (Name) sambil menggoyangkan kantong berisi apel di tangan kiri dan kantong berisi kentang di tangan kanan tepat di hadapan Levi. Pria itu mengalah dan membiarkan perempuan itu berbuat sesukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Freedom (Levi x Reader)
Fanfic[HIATUS] Ratu Historia telah mengumumkan bahwa kebebasan dari ancaman Titan telah diraih. Tapi, situasi apa yang dialami (Name) sekarang? Kala malam hujan deras, dirinya tengah berusaha menyelamatkan diri dari kejaran Titan di belakangnya. ~~~~~~~ ...