Bentuk Cinta #2

319 76 14
                                    

Budayakan Vote Sebelum Membaca
Happy Reading!
~~~~~~~~

    Cewek itu baru saja selesai memakai cream wajahnya saat ponselnya bergetar dan menampilkan deretan nama yang membentuk sebuah nama Aluna Nafisya, padahal ini hari libur niatnya Yuna mau malas-malasan seharian di rumah.

    "Kenapa Na?"

    "Ke rumah gue ... hiks ... cepat!"

    Hanya seperti itu, lalu panggilan itu ditutup begitu saja, membuat cewek itu menghela napas, susah memang berurusan sama orang yang baru ngerasain jatuh Cinta pertama kali, namun sebagai teman yang baik cewek itu mau tidak mau harus datang.

    Yuna memakai cardigan miliknya, lalu mengambil ponsel dan kunci rumahnya, setelah keluar dan mengunci pintu rumahnya Yuna langsung berjalan menuju komplek sebelah, melewati lapangan yang saat itu masih sepi, memang sih di sana ramai saat sore saja.

    Pandangan Yuna lurus ke depan saat melewati lapangan, dia bisa mendengar sedikit keributan dari arah rumah yang tepat bersebelahan dengan lapangan, Yuna berbelok begitu jalanan beraspal terlihat, kali ini tatapannya tertuju pada cowok yang berjalan dari arah berlawanan dari dirinya.

    "Eh! Yuna!"

    Cewek itu menoleh saat namanya dipanggil, beruntung karena cowok itu tidak saat Yuna memperhatikan dirinya, jadi Yuna berusaha mengalihkan fokusnya kepada orang yang tadi memanggil dirinya.

    "Oh? Pada ngumpul?" cewek itu menoleh sepenuhnya dan menghentikan langkah kakinya.

    Yuna bisa melihat beberapa dari mereka melihat ke arah dirinya dan melemparkan senyum, Yuna membalasnya juga dengan Senyum.

    "Mau ke mana?" salah satu dari mereka bertanya.

    Lewat ekor matanya Yuna bisa melihat cowok yang tadi berjalan dari arah berlawanan dengannya sudah mulai mendekat, itu artinya dia harus pergi sekarang.

    Yuna melemparkan senyum. "Rumah Aluna, duluan ya." Yuna lalu beranjak pergi dari tempat itu.

    Saat mereka berpapasan, Yuna sempat merasakan lengan dipegang, bukan karena tidak sengaja tersentuh, cowok itu benar-benar memegang lengannya, namun hanya sekilas mungkin agar teman-temannya tidak sadar.

    "Eh numpang kamar mandi dong, udah nggak tahan."

    Yuna hampir terkekeh mendengar ucapan cowok itu, ternyata bakat untuk membuat orang lain tertawa sudah mendarah daging.

~

    Cewek itu menghela napas saat mendengar bel rumahnya berbunyi, padahal dia lagi seru nonton film, siapa juga yang menggangu aktifitasnya ini.

    Jadi Yuna berjalan menuju pintu rumahnya, saat terbuka dia bisa melihat seorang cowok sedang berdiri di depan pintu rumahnya.

    "Kenapa?" tanya Yuna ,sebenarnya dia tidak terlalu bingung, cowok itu memang beberapa kali datang dengan banyak alasan yang kadang membuat Yuna menggelengkan kepalanya.

    "Jalan Yuk?"

    "Mau ke mana?"

    "Jalan aja, Lo udah makan belum?"

    Besok memang masih hari libur sih, tapi Yuna lagi malas banget buat keluar, dia malas ganti baju, walau sebenarnya dia juga belum makan malam, alasannya karena Yuna malas pergi keluar untuk beli makanan jadi atau bahan makanan.

    "Ya udah tunggu di sini, duduk dulu gue mau ganti baju."

    Cowok itu menunjukkan cengiran yang membuat Yuna tidak bisa menahan rasa gemasnya, jadi dia memilih untuk pergi ke kamarnya untuk berganti baju.

    Jeremy, laki-laki itu mampu membuat Yuna kembali merasakan jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya, bukan hanya tampan, cowok itu juga memiliki senyum yang memang bisa membuat siapa pun ikut tersenyum saat melihatnya.

    Yuna berharap cowok itu berbeda dari pacar-pacarnya yang sebelumnya, karena dia sudah lelah dengan hubungan yang main-main, dia sudah berumur dua puluh tiga, pacaran terlamanya hanya sekitar satu setengah tahun, alasan putusnya yang membuat Yuna akhirnya kecewa.

    Terlalu serius.

    Mereka semua tidak suka dengan hubungan yang serius, lalu memangnya menurut mereka tujuan dari pacaran itu apa? Putus? Berantem? Atau mereka cuma mau pacaran saja terus?

    Yuna tidak paham dengan cara pikir seperti itu, makanya dengan Jeremy, cewek itu tidak mau berekspektasi berlebihan, dia masih belum kenal cowok itu dengan baik, apa lagi Yuna tahu kalau Jeremy baru saja putus dengan pacarnya.

    Entah kalian anggap Yuna apa, mereka berdua memang sudah dekat saat Jeremy masih memiliki pacar namun cowok itu hanya menganggap Yuna teman dari adiknya dan bisa saja sekarang cowok itu hanya mencoba mencari pelarian karena ingin melupakan mantannya.

    Pelarian? Jangan kasihani Yuna, karena pada dasarnya melupakan memang sesulit itu, Yuna tahu bagaimana rasanya dipaksa melupakan padahal dia tidak ingin.

    Yuna juga paham kenapa Aluna temannya, sulit sekali melupakan Justin, dipaksa untuk melupakan sesuatu itu benar-benar menyakitkan dan setiap orang memiliki cara berbeda-beda untuk melupakan, setiap orang punya pengalaman yang berbeda, tidak bisa disamakan, apa lagi memaksa untuk disamakan.

    Yuna menarik napas panjang dan menghembuskannya, dia memakai tas selempang kecil miliknya untuk menaruh ponsel dan dompetnya dan mulai mematikan lampu dan juga televisi, dia hanya menyalakan lampu ruang tengahnya.

    "Ayo."

    Cowok itu bangkit, lalu menunggu Yuna yang sedang mengunci pintu rumahnya.

.
.
.
.
.
~~~~~~~~~~~~~~
Ini pas adegan Erin belum lama keluar dari rumah sakit, pas Aluna lagi nangis di kamar mandi, sampai Jeremy numpang kamar mandi di rumah Satriya 🤣🤣🤣🤣

~~~~~~~~~~~~~~Ini pas adegan Erin belum lama keluar dari rumah sakit, pas Aluna lagi nangis di kamar mandi, sampai Jeremy numpang kamar mandi di rumah Satriya 🤣🤣🤣🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝑩𝒆𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑪𝒊𝒏𝒕𝒂 0.4 [𝒀𝑼𝑴𝑰𝑵 𝒇𝒕 𝑩𝑨𝑵𝑮𝑪𝑯𝑰𝑵] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang