Bentuk Cinta #9

194 61 25
                                    

    "Bukan tidur malah ngegalau, udah lah apa lagi yang mau coba lo usahain?" Jeremy menghela napas saat melihat keadaan Aluna

    "Lo yakin kalau lo benar-benar udah move on dari kak Selena?"

    Jeremy yang tadinya sedang fokus dengan ponselnya, menoleh ke arah Aluna. "Kata Yuna, move on itu cuma omongan orang-orang yang putus asa karena nggak mau dibilang cupu, karena nggak bisa ngelupain orang yang pernah ngisi hati dia."

    "Gue tau."

    "Kalau gue jujur, gue nggak bisa lupain perasaan gue sama Selena, bertahun-tahun gue habisin waktu sama dia, nggak mungkin kan dalam waktu sebulan atau dua bulan semua itu ilang?"

    Aluna melepas earphone nya, lalu memiringkan tubuhnya agar menghadap ke arah Jeremy.

    "Yuna bilang, nggak usah nyakitin diri sendiri dengan bilang kalau lo udah move on padahal itu nggak pernah terjadi, ada orang yang proses move on yang sampai bertahun-tahun dan itu wajar, hati orang itu beda-beda."

    Aluna menyandarkan kepalanya pada bahu Jeremy. "Kalau gue berjuang sekali lagi apa itu mungkin? Apa gue malah jadi kayak orang bego?"

    "Na, Justin mungkin bukan takdir lo, kalau kayak gitu beberapa banyak lo berjuang pun, nggak akan berhasil."

    "Terus gue harus nyerah?"

    "Bukan nyerah, lo itu udah sampai finish, tapi bukan yang jadi juara pertama, mungkin juga bukan yang kedua. Tapi setidaknya lo udah berjuang untuk sampai di garis finish."

    Aluna mengeratkan cengkramannya pada kedua ujung baju Jeremy. "Sakit banget rasanya kak, kenapa gue harus kayak gini sih?"

    Jeremy menghela napas entah untuk yang keberapa kalinya. "Cinta itu salah satu proses untuk menjadi dewasa Na, ini baru satu orang, kedepannya mungkin akan ada dua atau tiga orang lagi yang mungkin bisa ngebuat lo ngerasain patah hati lebih dari Justin, lo harus bisa ngelewatin itu."

~

    "Wih, udah jadi pakar Cinta nih."

    "Iya dong, siapa dulu gurunya?"

    "Gue?" tawa Yuna entah kenapa menjadi pengiring tidur yang paling Jeremy suka. "Nggak semua perasaan harus dilupain, lo cuma perlu ingat yang bahagianya aja, jangan yang sedihnya, boleh sih sesekali diingat yang sedihnya, tapi cuma buat jadi pembelajaran, jangan terlalu larut."

    "Kayak ucapan lo, gue sama Selena udah sampai garis finish, nggak ada yang kalah atau menang, setidaknya dulu gue udah berusaha sampai akhir."

    "Bukaan cuma lo kak, gue dulu juga pernah kayak gitu, pada akhirnya lo akan bisa ikhlas, bukan cuma di mulut aja, karena pada akhirnya akan ada satu orang yang menjadi alasan lo untuk berani melangkah kembali dan mungkin saat itu lo berdua bisa sampai di garis akhir, bareng-bareng."

    "Kalau gue jadiin lo sebagai alasan gue untuk itu, lo keberatan nggak?"

    "Gue? Lo lari nya cepet nggak? Gue ini pernah menang lomba lari juara satu antar sekolah."

    "Ya, gue tim leha-leha di belakang."

     Yuna kembali tertawa mendengar jawaban Jeremy, sementara cowok itu juga tertawa karena ucapan Yuna.

    "Udah malem nih, tidur besok kerja."

    "Ya udah lo yang matiin."

    "Oke deh, good night kak Jeremy, mimpi Indah, tapi harus sama gue."

    "Hilih, ngegembel aja."

    "Sesekali, ya udah gue tutup nih."

    "Iya, good night Yuna, nanti kita ketemu di mimpi."

    Yuna kembali tertawa. "Udah ah, bye kak Jer, i love you!"

Klik

    Cewek itu menendang-nendang udara untuk melampiaskan perasaannya, Akhir-akhir ini hubungan mereka berdua memang sudah lebih intens dari sebelumnya, Yuna sudah percaya sepenuhnya kepada Jeremy, begitu pula dengan cowok itu.

    Lalu Yuna menekan room chat nya dengan Jeremy dan mengetikkan beberapa kalimat di sana.

Tadi lupa jawab <
Lo nggak perlu minta izin sama gue <
Kita kan mau lari sama-sama <
Pastinya gue udah siap di samping lo,
tanpa lo minta<


  Yuna menantikan jawaban yang akan Jeremy berikan, semoga cowok itu tidak terlalu ambyar untuk membalas pesannya.

Kak Jeremy
> Yun
> Gue gemeteran sial
> Tanggung jawab lo!

.
.
.
.
~~~~~~~~

𝑩𝒆𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑪𝒊𝒏𝒕𝒂 0.4 [𝒀𝑼𝑴𝑰𝑵 𝒇𝒕 𝑩𝑨𝑵𝑮𝑪𝑯𝑰𝑵] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang