(1) Amnesia

526 76 20
                                    

Happy reading semuaa!

_____

Dia membuka matanya perlahan, sedikit menyipitkan matanya, menghalau cahaya yang menusuk mata.

Dia---gadis itu---Sudah membuka matanya dengan lebar. Mendapati seorang pria paruh baya yang sialnya masih ganteng itu menatapnya dengan raut bahagia, sepertinya.

Badannya terasa sakit, berbicara saja sepertinya susah. Matanya yang sipit memperhatikan sekeliling, terlihat tangannya yang kecil ternyata sedang diinfus. Dan kakinya juga sedang di-gips.

Mengabaikan hal itu, matanya dengan jeli memperhatikan ruangan tempat dia berada. Ruangan dengan nuansa putih ini---sepertinya ia sedang berada di rumah sakit.

Buktinya, badannya terasa sedikit sakit, lalu tangannya diinfus, dan yang terakhir, kakinya sedang di-gips. Dimana lagi, tempat untuk merawat orang yang sakit sepertinya, selain dirumah sakit?

Apa yang membuatnya bisa berada disini? Entahlah, ia tak tahu. Ia saja bingung dengan segala hal yang terjadi sekarang.

Pria paruh baya ganteng itu tiba-tiba memeluknya. Sambil menggumamkan kata 'maaf' berkali-kali. Gadis itu tentu saja kaget, lalu mengerutkan dahinya. Mengapa bapak ini meminta maaf kepadanya? Ada salah apa si bapak sampai minta maaf segitunya?

Hei, badannya saja masih sedikit sakit, si bapak malah main peluk aja. Lagian bapak ini siapa sih? Sok-sok an peluk, Kenal aja enggak. Walaupun jujur, dia merasa enak dipeluk sama bapak-bapak ganteng. Coba kalo yang peluk bapak-bapak gendut abis itu botak, kayaknya bakal ia kira orang mesum, terus juga ia bakalan langsung dorong tuh si bapak.

Haha, biasalah, manusia emang bakal lebih mandang orang yang good looking.

Oh ya, omong-omong, kenapa dia enggak bisa mengingat hal apapun? Minimal inget namanya kek. Lah ini dia gak inget satupun. Ini kenapa sih? Dia tuh bingung tau.

"Ishh, ba--pak siapa sih?? ma--in peluk a--ja?" Tanyanya serak kepada bapak ganteng, dengan susah payah. Rasanya, tenggorokan nya kering banget, serasa belum minum satu tahun.

Dan respon bapak itu seperti orang kaget, tapi untungnya enggak lama kemudian bapak itu memberikan sebuah botol minum yang masih tersegel kepadanya.

Wah, si bapak ini kayaknya tipe-tipe orang peka nih, jadi terharu.

Tanpa basa-basi, langsung saja ia menenggak minumannya sampai habis tak tersisa. Minumnya emang kayak orang yang gak minum setahun. Kayaknya haus banget ya neng?

Memberi kembali botol yang sudah kosong kepada bapak ganteng itu, ia pun menatap intens kearah mata pria paruh baya tersebut. Dan si bapak itu menatap balik juga kepada dirinya.

Uhh, tatapannya, sangat-sangat teduh. Dia meleyot nih, dipandang kayak gitu sama cogan. Begini-begini, dia juga cewek kali, yang kalau liat orang ganteng tuh bawaannya mau jadi meleleh. Tapi ia masih waras sih, ga mungkin dong sampe doyan om-om.

Mengelus lembut rambut gadis tersebut, dengan tatapannya yg terlihat khawatir, lalu berucap, "Kamu... gak inget sama ayah?"

Apa? Ayah katanya?

Gak salah denger kan?

Hmm, beneran nih orang seganteng di depannya adalah ayahnya? Kok dia gak inget ya punya ayah seganteng ini?

The ExtraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang