(3) Transmigrasi??

114 11 3
                                    

Malam ini, gadis mungil itu tampak baru saja mulai tertidur pulas. Ia baru saja mulai tertidur setelah puas memainkan handphone-nya sampai larut malam.

Tetapi, tak lama kemudian, belum ada sampai satu jam, terlihat gadis itu tiba-tiba berkeringat dingin dengan wajah yang mulai menggeliat tidak nyaman.

Hal tersebut terus berlangsung, sampai pagi pun datang.

Riana membuka matanya bangun dari tidurnya hingga duduk dengan terengah-engah, ia mencoba menenangkan dirinya terlebih dahulu.

Ia bergumam,"Apa yang gue mimpiin tadi?? Jadi gue bukan Riana??"

Didalam tidurnya, gadis itu memimpikan ingatan selama dirinya hidup, sebelum jiwanya masuk kedalam tubuh seorang 'Riana'.

Ia tidak menyangka, dia bukanlah seorang Riana yang asli, melainkan hanya gadis biasa yang jiwanya memasuki tubuh orang lain.

"Gak, ini gak mungkin kan?? Ini gak masuk akal banget!" Gadis itu tampak mencoba menyangkalnya. Karena ini memang kejadian yang sangat aneh, transmigrasi jiwa yang dialaminya saat ini.

Memang, hal seperti transmigrasi jiwa ini memang sangatlah tidak bisa masuk ke nalar manusia. Bagaimana bisa, hal ini terjadi kepadanya?

Padahal, hal yang terakhir ia lakukan sebelum masuk kedalam tubuh Riana adalah dia hanya sedang membaca buku saja, sampai ketiduran. Bagaimana bisa tiba-tiba ia menjadi masuk kedalam tubuh Riana?

Hiks

Gadis itu mulai menangis, ia sedih dengan kenyataannya. Dia bukanlah Riana yang asli. Kejadian ini sangat memukul dirinya.

Disini membuat Riana tiba-tiba merasa menjadi asing, setelah mengetahui fakta bahwa dia bukanlah Riana yang asli, melainkan seorang gadis biasa. Disini bukanlah tempatnya, tetapi ia juga tidak tahu harus bagaimana.

Ia sudah menyayangi adiknya yaitu Gerall, dan ayahnya yang tampan itu, Ari. Ia juga senang tinggal disini, apakah bisa ia tetap disini?

Katakanlah ia egois, tetapi dia sudah sangat bahagia hidup disini, ayah yang sayang kepadanya, dan adik yang juga cukup perhatian kepadanya.

Di kehidupan sebelumnya, ia hidup dirumah sebatang kara. Ibunya meninggal saat ia balita, dan ia tidak mempunyai saudara.

Ia hanya tinggal mempunyai ayah, tetapi ayahnya jarang sekali pulang, dan ayahnya bukanlah tipikal ayah yang baik. Ayah yang setiap kali pulang kerumah selalu hanya melampiaskan marah kepadanya. Tidak ada kata sayang untuk dirinya, membuat ia tidak tahu apa arti dari keluarga.

Untungnya, kepribadiannya yang ceria, barbar, dan humble, membuat dia memiliki banyak sekali teman. Banyak temannya yang tulus kepadanya, membuat ia tidak merasakan kesepian.

Riana menghapus jejak air matanya, menghentikan tangisnya. Dan sebuah pikiran tiba-tiba terlintas di otaknya.

Jika jiwanya ada disini, apa yang terjadi dengan jiwanya Riana yang asli? Lalu bagaimana kondisi tubuhnya yang asli, apakah dalam keadaan koma?

Riana menggaruk kepalanya frustasi, ia tidak dapat menemukan jawabannya jika hanya dengan memikirkannya begitu saja.

Memikirkan hal ini hanya membuat otaknya serasa mau meledak saja.

"Mendingan gua pikirinnya nanti aja. Yang ada pusing otak gue anjrit," misuhnya dalam hati.

_____

Tak terasa, kakinya sudah sembuh sepenuhnya. Sekarang ia bisa jalan sendiri, dan bisa berlari kemanapun yang ia mau. Itu membuat dirinya senang. Dan, dua bulan memang sudah berlalu.

The ExtraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang