"diam juga harus jujur bukan?
Tapi bagiku itu sulit"🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Sudah jadi rutinitas tari untuk pergi ketempat latihan baletnya hampir setiap hari.
Tari sangat suka balet bahkan ia mempunyai koleksi sepatu balet yang tak jarang penari balet punya, bagi tari melakukan balet adalah jalan satu satu untuk ia melupakan semua yang mengganggu pikiran.
Tari mulai menyukai balet semenjak SMA dan sakarang walaupun usianya sudah hampir 19 tahun ia masih sangat suka mengikuti perlombaan balet.
Dulu selaku SMA ia sering menjuarai lomba balet, tari selalu juara pertama dan tak kadang juga mendapatkan juara ke2 dan ke3, bagi tari menang atau pun kalah dalam perlombaan itu tidak masalah, lagian tari mengikuti lomba untuk kesenangan tari saja bukan untuk mendapatkan juara.
Tari yang sudah siap untuk pergi ketempet latihan baletnya di urungkan karna ayahnya tak bisa mengantar tari.
"Kenapa gak bilang dari awal kalau ayah gak bisa antar tari ke tempat latihan!"ucapnya yang sedikit kesal.
"Kak Aflan baru bilang ke ayah kalau dia mau pinjam mobil ayah"fero yang melihat tari yang sudah sangat kesal.
"Kak Aflan mau pergikan, yaudah anterin tari dulu ke tempat balet"menarik tangan Aflan yang sedang memakai sepatu.
"Gue gak bisa antar lo, tempat kita gak searah dek"jawab Aflan
"Teruss tari naik apa yah?"wajah yang tadinya semangat untuk pergi ketempat latihan baletnya kini berupa menjadi cemberut.
"Lo naik taksi aja"sahut Aflan seenaknya
"Enak banget Lo nyuruh gue naik taksi! kenapa gak lo aja naik taksi?"memberikan tatapan sinisnya.
"Kamu apaan sik tari! Apa susahnya tinggal mesan taksi terus pergi!"ketus Kayla tak suka jika tari menyuruh Aflan untuk naik taksi.
"Bun nunggu taksi itu lama dan sekarang tari udah telat! Bukan hanya tari belajar balet tapi tari juga ngajar anak anak di sana!"suara tari yang mulai meninggi.
"Kalau udah telat kenapa kamu masih mau pergi! udahlh gak perlu pergi kan udah telat juga tari"sahut fero.
"Bisa gak sik kalian ngertiin tari sekali ini aja!"menatap Kayla dan fero bergantian.
"Kemarin pas tari mau naik taksi ke tampat balet kalian malah nyuruh tari di antrian ayah aja, sebenarnya kalian mau tari gimana?"Tari yang sudah tak bersemangat mendudukan dirinya di lantai.
"Boleh tari jujur?"ucap tari parau dengan mata yang melihat lurus ke lantai.
Fero, Kayla dan Aflan yang mendengar ucapan tari membuat mereka bingung sebenarnya apa yang di maksud ucapan tari barusan, dia mau berkata jujur, apa tari pernah membohongi mereka.
"Apa maksudmu kau mau berkata jujur?"linglung Kayla.
Mata yang sedari tadi hanya lurus melihat lantai kini terharakan karna mendengar ucapan kayla.
"Lupakan saja"sesingkat itu tari berkata dan segera berdiri untuk meninggalkan rumah.
"LUPAKAN SAJA MAKSUD MU APA TARI!"teriak Kayla dari dalam rumah yang masih terdengar oleh tari yang sudah sedikit jauh dari karangan rumahnya.
********
Tari yang sangat fokus melihat anak muridnya yang sangat bersemangat untuk berlatih balet dengannya.
"Sekarang giliran kalian yah"menyuruh anak muridnya melakukan apa yang dia lakukan tadi.
"Baik kak!"teriak mereka bersama.
Hampir 1 jam ia melatih anak muridnya dan waktunya giliran tari yang berlatih sendiri.
"Istirahat dulu tar"seseorang menepuk bundak tari yang membuat dari cukup kaget.
"Lo ngagetin gue aja Zara"Zara yang mendengar itupun hanya terkikik sendiri.
Tari dan Zara memutuskan untuk duduk di salah satu bangku yang barada di dalam tempat latihannya.
"Udah ada minat kuliah?"tanya Zara yang masih fokus memakan cemilannya sedangkan tari dia hanya melirik Zara sekilas.
"Gak tau zar"jawab tari dengan tak semangat.
"Umur lo udah hampir 19 tahun bulan depan dan lo belum ada pikiran untuk kuliah"
"Apa gue harus kuliah za?"Zara tersedak mendengar ucapan tari.
"Gue nanya ke lo, Lo nanya ke gue pusing gue sama jalan pikiran Lo tar"cibirnya
"Gue pengen kuliah zar tapi gue takut gak bisa"menatap Zara dan Zara juga menatapnya.
"Kuliah itu gak gampang zar banyak berkas berkas yang harus di urus pas mau masuk kuliah"lanjut tari dan memalingkan wajahnya dari hadapan Zara.
"Lo bisa tanya sama nyokap dan bokap lo apa aja yang harus di urus"jawab Zara masih melihat tari.
"Bahkan gue pernah nanya sama mereka soal gue yang mau kuliah mereka aja gak perduli"kekehnya.
"Tar gue..."ucapan Zara langsung di potong tari.
"Gpp zar, gue pulang yah udah mau sore"beranjak pergi dari tempat latihannya.
********
Tari yang hanya diam melihat Kayla sperti sangat khawatir melihat Erik akan pergi keluar kota untuk pekerjaannya.
"Bun Erik hanya 1 Minggu di sana lagian Erik ke sana sama ayah"memberi penjelasan kepada Kayla.
"Kak Erik udah besar bun"cibir tari tiba tiba membuat semuanya melihat ke hadapannya.
"Kenapa tari salah?"tanya tari ketika melihat keluarganya menatap dirinya.
"Benar kata tari Erik udah besar, Erik udah bisa jaga diri Erik sendiri bun"
"Yaudah kamu hati hati di sana"Kayla mengela nafas tak rela ketika Erik harus pergi ke luar kota.
Tari yang merasa tak enak ketika melihat bunda, ayahnya dan kedua Abang nya berpelukan di depan dirinya.
Tari merasa di kucilin di dalam keluarganya sendiri, tari berfikir apa dia masih di anggap di dalam keluarga ini.
Aflan yang menyadari kalau tari tak ikut berpelukan bersama mereka angsung menariknya ke dalam pelukan tersebut.
Tari yang di tarik oleh Aflan tersentak ketika menyadari dirinya telah di dalam pelukan tersebut.
"Aku harus menunggu sampai di salah satu dari kalian menyadari kehadiranku dan hari ini kak Aflan yang menyadari nya"ucap tari dalam hati.
DIAM
KAMU SEDANG MEMBACA
DIAM
General FictionDiam adalah jalan satu satunya yang terbaik untukku merenungkan semua tanda tanya yang tiba" muncul di benakku. Diam adalah suatu ungkapan yang tak bisa di lontarkan di depan semua orang. Diam adalah cara untuk ku merendam amarah ini. Diam adalah ca...