Dita memarkirkan mobilnya di parkiran yang sudah di reserve olehnya, terimakasih Jennie untuk spot parkiran yang dekat dengan Estate Kamaniya.
Hari ini adalah ulangtahun Neneknya Jennie, Arian Kamaniya yang terkenal dari keluarga Kamaniya, yang merupakan salah satu orang berpotensial di Indonesia karena bisnis sumber daya alam yang di kelola oleh keluarganya.
"Lo serius mau pake itu?" Dita sedang membuka bagasi mobilnya untuk mengambil sepatu heelsnya saat Sheren menghampirinya.
"Enggak lah. Lo gila? Ini gue lagi mau ganti sepatu gue pake heels" jawab Dita duduk di atas bagasi mobilnya untuk mengganti sepatu. Sheren hanya berdiri di depannya menungguinya.
Sambil memakai heelsnya, Dita meliha Sheren dari atas sampai bawah, "Lo cantik. Dress baru?" tanya Dita karena dirinya ingat Sheren mengirim foto dressnya yang ia beli tetapi sekarang ia emamkai dress yang berbeda.
"Iya hehehe. Gue akhirnya bikin dress ini karena mood gue berubah sama dress yang waktu itu gue kirim ke lo" tipikal Sheren, labil, tidak bisa memutuskan pilihannya.
"Liat deh heels gue" ucap Sheren memaerkan heelsnya, "Ini vintage. Nyokapnya nyokap gue alias oma gue, beliin sepatunya di Paris, dan ini one of a kind dan merk Dior" katanya memamerkan heelsnya.
"Masih bagus" ucap Dita bangkit dari bagasinya. "Iyalah kan di take care sama nyokap gue" jawab Sheren.
Di lain sisi, Greta yang baru saja selesai volunteer di rumah sakit sedang memoleskan makeupnya di ruang ganti.
"Mau ngedate ya?" tanya Lana memasuki ruang ganti melihatnya. "Lo kira gue ada waktu buat ngedate" balas Greta masih fokus dengan eyeshadownya.
"Menor banget tu makeup" ejek Lana. Greta hanya menghela nafasnya dengan kasar, "Gue ada acara di rumahnya Jennie Kamaniya. Formal, dan gue harus cantik" jawab Greta dengan percaya diri.
"Lo ke acara Keluarga Kamamiya pakai itu?" tanya Lana menunjuk pakaian yang dipakainya, kaos hitam dengan jeans. "Ya enggaklah. Lo gila. Nanti gue mau ganti di mobil" ucap Greta.
"Bodoh. Kenapa gak sekarang?" tanya Lana kesal. "Kenapa jadi lo yang kesel? Ya gue gak bisa lah make dress mini gitu di rumah sakit, lo kira gue mau nyari perhatian ke dokter-dokter" ucap Greta.
"Gue ada jaket panjang sampe lutut. Lo bisa pake sampai ke mobil, buat nutupin dress lo" ucap Lana dengan santai.
"Serius lo?" tanya Greta. "Serius, pake aja. Tapi abis itu balikin lagi, mahal masalahnya" ucap Lana lalu menyodorkan jaket berwarna kremnya. "Thanks loh, Lan" ucap Greta lalu mencium pipnya dengan.
"Sialan Greta Aregntina!" seru Lana kesal sambil menghapus bekas ciumannya.
Setelah berganti baju dan selesia makeupnya, ia keluar ruang ganti dan berpas-pasan dengan Angkasa yang baru saja keluar ruang ganti juga.
"Lo cantik" puji Angkada menyadari Greta tamil beda, dirinya juga tidak sengaja mengatakan tersebut. "Gue mau ke acara keluarganya Jennie. Lo di undang?" tanay Greta tidak mepedulikan pujiannya. "Di undang, tapi gue gak bsia dateng" ucap ANgaksa. "Kenapa?" tanaya Greta bingung, karena tidak ada yang pernah menolak undnaga Keluarga Kamaniya, selain itu acara societal di jakarata, makananna yang di hidnagakan sangat enak.
"Karena gue gak suka acara kayak gitu. Have fun, Gret" ucap Angkasa lalu meninggalkannya terdiam di depan ruang ganti. "Anjir! Gue telat!" gumamnya saat ponselnya berdering.
...
"Lo bukannya seharusnya di Amerika?" tanya Jennie kesal melihat sepupunya, Tanaka. "Emang kenapa? Lo gak tau kalo di Ameruka liburan tengah tahunnya lama banget" balas Tanaka dengan malas. "Natasha, adek gue, ada disini. Jangen lo jahatin" bisik Tanaka menganvam Jennie. "Sejak kapan gue hata sama Naatasha" gumam Jennie, lalu dirinya turun dang melihat latai bawah yang sudah penuh dengan para tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIRLS [REVISION PROCESS]
Fanfiction[LITTLE SERIES] Kisah tentang pertemanan empat perempuan yaitu, Jennie, Greta, Sheren dan Dita, di masa-masa dewasanya. This is a work of fiction. Names, characters, visuals, business, events and incidents are the products of the author's imaginatio...