"Okay. Resume gue keliatan bagus" batin Sheren dalam hati. Diriny tersenyum melihat bagian 'pengalaman kerja' dimana ia menghabiskan waktu libur untuk bekerja pada tanteny saat Jakarta Fashion Week. Dirinya selalu bersyukur untuk semuanya.
Dirinya membuka website Vogue dan mencantumkan resumenya ke pendaftaran karyawan. Dirinya selalu ingin ke New York, untuk megejar karir fashionnya. Ia pertama kali suka fashion setelah menonton Winx Club pada umur lima tahun dan lebih yakin setelah menonton The Devil Wears Prada pada umur duabelas. Dirinya sangat suka fashion dan ingin hidup di dalamnya.
"Sheren!" teriak ayahnya dari bawah. "Iya, pa! I'm coming!" teriaknya balik menuutup laptopnya. Dirinya melihat ke cermin, dan merapihkan rompi yang ia pakai. Sheren memakai rompi perusahaan ayahnya Wyd, atau pekerjaan ayahnya sekarang dimana ia menjadi manager sektor.
"Sheren!" panggil ayahnya lagi. "Iya pa, ini lagi turun" sahutnya menuruni tangga. Dirinya terdiam sesaat, melihat sosok yang ia kenal, "Tunggu," ucapnya menghampiri pria tinggi yang sedang membawa box dari ruang tamunya, "Lo—"
"Dilan. Ketemu lagi, Sheren" ucapnya dengan senyuman. "Lo ngapain disini?" tanya Sheren merebut box yang ada di pelukan Dilan, "Eits, ini proyek gue" sahut Dilan memutar badannya menghindar dari Sheren. "Papa minta gue bantu" kata Sheren datar. "Pak Lonardo boss gue, kalau gue gak bantuin," kata Dilan diam sesaat, "abis karir gue dibidang asuransi" bisik Dilan yang membuat Sheren menatapnya aneh.
"Tuh ambil box yang itu" perintah Dilan menunjuk box yang berisi barang-barang yang akan di donasi. "Masih banyak banget, gila!" seru Sheren melihat berberapa box masih terjejer. "Ya salah sendiri bokap lo punya karyawan yang kaga mau bantu" kata Dilan, "Bokap lo terlalu baik. Karyawan pada minta gak ikut hari ini, di iya-in" kata Dilan, "Gue jadi Pak Lonardo langsung pecat semua" tambahnya.
Sheren tersenyum kecil. "Ini kan acara donasi, di luar waktu kerja. Ya wajar siapa tau mereka mau spend time sama keluarga" kata Sheren. "Lagian kalau acara bakti sosial gini kalo dipaksa mah gak bagus juga" tambah Sheren. Dilan menghela nafas panjang, dan meletakkan tangannya di depan pintu menghalangi jalan Sheren.
"Gue ga ngomongin konteks donasi, gue ngomongin soal kerjaan, profesional. Gimana sih lo ah" ucapnya lalu mengacak rambut Sheren yang membuatnya memukul kepala Dilan. "Sakit!" pekik Dilan kayak anak kecil. "Gak peduli" balas Sheren lalu berjalan mendahuluinya ke mobil ayahnya.
"Pa! Ini taro mana?" tanya Sheren memanggil ayahnya. "Bagasi!" balas ayahnya yang sedang menelfon di teras. Baru saja Sheren ingin ke bagasi, Dilan sudah terlebih dahulu sampai, "Ya taro mana lagi kalo bukan bagasi, duh Sheren" ucapnya gemas sambil mencubit pipi Sheren.
"Lo nyadar kan untuk kita yang baru kenal, lo kebanyakan megang gue tanpa tanya apa gue nyaman atau engga" ucap Sheren dingin. Dilan terdiam sesaat, "Gue gak ada niatan gitu. Gue gatau kalo lo ga nyaman" balas Dilan. "Gak semua orang nyaman di pegang-pegang, apalagi kalau baru kenal" ucap Sheren lalu masuk lagi ke rumah.
Dilan mendecak kesal, menyesal perbuatannya. Dirinya berlari menghampiri Sheren ke dalam, "Maaf" ucap Dilan singkat lalu mengambil box lalu keluar rumah. Sheren tidak terima Dilan minta maaf begitu saja, ia pung mengikuti, "Gitu doang?" tanya Sheren dingin. Dilan menoleh ke Sheren, "Ya terus gue harus ngomong apa?" tanya Dilan, "Apa gue harus ngomong, maafin gue Sheren lo mau gak hook up sama gue sehari aja?" sarkasnya sambil memutar bola matanya malas. Sheren makin kesal mendengar Dilan yang seenaknya begitu.
Baru saja Sheren ingin marah, mobil yang Sheren kenal masuk ke daerah rumah Sheren. "Wyd!" teriak Sheren senang berlari ke arahny, "Akhirnya ada orang yang waras disini!" seru Sheren menyindir Dilan yang sedang menyender di mobil menyeringai.
"Om!" seru Wyd yang membuat Lonardo sedikit tersentak, "Tadi om nelfon papa katanya mau ada mobil di antar, kok malah kamu kesini" ucap Lonardk bingung. "Iya, aku yang mau. Sekalian bantuin" ucap Wyd dengan senyuman kecil. "Sebenernya kalau bantuin udah enggak, mungkin nitip Sheren sama Dilan aja kali ya di mobil kamu. Mobil om penuh box" ucap Lonardo.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIRLS [REVISION PROCESS]
Fanfiction[LITTLE SERIES] Kisah tentang pertemanan empat perempuan yaitu, Jennie, Greta, Sheren dan Dita, di masa-masa dewasanya. This is a work of fiction. Names, characters, visuals, business, events and incidents are the products of the author's imaginatio...